Translate

Rabu, 16 Januari 2013

Seks Bebas Dikalangan Remaja



Ini bisa jadi bahan renungan :
Saat saya mengirim tulisan tentang kehidupan, sedikit sekali yang membaca. Tetapi saat bersamaan seorang teman memunculkan tulisan tentang SEKS, tanpa diduga banyak sekali yang membacanya.
Apakah kita haus akan SEKS, sehingga ketika sebuah bacaan berbau SEKS tanpa kita duga pembaca dan pemerhatinya lebih banyak dibandingkan sebuah bacaan dengan realita kehidupan yang ada. Tetapi kadang ada manusia yang menghujat habis setiap tulisan atau tayangan berbau seks. Tentunya kita belajar untuk bijak, bahwa kenyataan yang ada mungkin sebagian dari kita memang masih haus akan pemahaman tentang seks.
 Masyarakat Indonesia masih menganggap tabu akan semua yang berbau seks, sehingga dengan kita sadari sendiri secara sembunyi-sembunyi kita mencoba mencari media untuk memenuhi kebutuhan kita tentang pemahaman seks.
Sebuah kenyataan yang benar-benar mencengangkan adalah ketika sebuah investigasi pada sebuah “daerah” (maaf tidak disebutkan tempatnya) bahwa sekitar 50% siswa/i SMP-SMA sudah aktif menjadi penikmat seks bebas diluar nikah. Apakah ini semua degradasi moral pada kalangan remaja di Indonesia?
Sebuah cerita yang cukup membuat saya semakin tercengang adalah disebuah sekolah SMP dan SMA, usia antara 15-17 tahun, melakukan hubungan seks sehingga mengakibatkan kehamilan. Dan selalu terulang setiap tahunnya. Bila di presentasikan dari usia 15-17 tahun di “sebuah” SMP-SMA yang sama dari siswa/i yang terdaftar di sekolah tersebut sekitar 5% sudah menjadi penikmat seks bebas yang mengakibatkan kehamilan.
Sebuah pendapat, bila 5% persen seorang siswi hamil karena seks bebas adakah kemungkinan presentase lebih besar lagi dari penikmat seks bebas dikalangan remaja yang sudah lebih bisa mencegah kehamilan dengan tetap melakukan seks bebas?
Sebuah fakta mencengangkan kembali, ketika disebuah kelas  SMP “tertentu” diadakan pemeriksaan spontan terhadap tas bawaan mereka, ada 1 siswi yang membawa kondom dan pil kb alasan dia adalah agar tidak terjadi kehamilan setelah melakukan seks bebas. Ckckckckck...sungguh ironisnya pergaulan remaja jaman sekarang.

Belum ada survey yang terbuka tentang keadaan ini semua, tetapi apalah arti sebuah suvey bila setelah itu tidak ada penanganan yang lebih intensif terhadap perubahan prilaku siswa/i kita.
Kita mencoba arif dalam hali ini, mengapa tidak diawali dengan kita sebagai pendidikan memberikan pemahaman dan perlindungan seks terhadap anak-anak didik kita. Mendidik mereka bukan hanya sekedar memberi pembelajaran untuk mencapai target kurikulum tapi memberikan target tentang akhlak yang baik sehingga meminimalisir seks bebas dikalangan remaja.

Mari bersama “melakukan” bukan hanya “kagum” dengan presentase yang ada tapi aksi kita sebagai pendidik, agar anak-anak didik kita lebih memahami tentang bahaya seks bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar