Translate

Selasa, 03 September 2013

Lelaki Sederhana Itu, Suamiku...(Kisah Cinta Domo dan Theea)


Foto Pernikahan Kami


Perjalanan cinta yang berbuah manis, itu yang dapat kurangkai sedikit dari cerita cintaku.

Pada tanggal 6 juni 1992, saat itu saya dan beberapa teman dari berbagai Fakultas yang ada di IKIP Jakarta yang saat ini berganti nama dengan UNJ (Universitas Negeri Jakarta), bertemu dalam satu kegiatan Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) berbagai materi kami terima dengan antusias dan tentunya sebagai mahasiswa yang “haus” akan ilmu dengan materi yang berbeda diperkuliahan semakin membuat saya rajin mengikuti setiap materi yang diberikan oleh PMI (Palang Merah Indonesia).

Saya mulai mengenal banyak mahasiswa lainnya dari fakultas lain, tentunya kegiatan tersebut menambah pula pertemanan (saat itu belum ada facebook, xixixi...). Saya mengenal salah satu dari Fakultas Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan (FPOK), dia adalah Dedi Rahmat Hidayat.

Saat mengenal pertama Dedi Rahmat Hidayat, tidak ada kesan cinta apalagi saat itu saya masih memiliki seorang kekasih yang jauh lebih ganteng, hehehe....

Waktu terus berjalan, pertemanan kami masih pertemanan biasa. Tapi ternyata dari awal dia mengenal saya Dedi Rahmat Hidayat yang biasa dipanggil “DOMO” sudah memiliki “rasa” yang berbeda (menurut cerita Domo pada saya dikemudian hari).
Dia sangat berkesan pada saya karena setiap kali diskusi dan materi tanya jawab dalam pelatihan sering kali pertanyaan-pertanyaan maupun bahasan saya jauh melebihi hal yang kadang tak terpikirkan oleh orang lain (masih menurut Domo) dan sayapun menurut Domo orang yang sangat peduli terhadap orang lain, contoh kecil saat saya makan di kantin bareng temen-temen kuliah, menurut Domo saya selalu menawarkan makanan saya pada dia (padahal sih basa-basi kaleee, hehehehe).

Nyaris setahun kami berteman dan Domo yang sudah menaruh hati pada saya mengetahui dengan jelas bahwa pada saat itu saya sedang sendiri (alias jomblo dan ternyata dia punya mata-mata untuk memantau semua kondisi saya, paraaah....tapi seneng juga siiih).

Mulai pada saat itu kuantitas pertemuan kami sudah mulai semakin sering dan dengan situasi berbeda pula. Perhatian-perhatian banyak tertuju pada saya (wooow, senengnya emang lagi jomblo kebayangkan kalau ada yang merhatiin, xixixi).

Akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1993 Domo menyatakan bahwa dia mencintai dan beharap dapat memberikan kasih sayang pada saya, begini cara Domo menyatakan cinta pada saya :
Domo  : “Tia, kitakan sudah mengenal cukup lain dan dari ke hari saya semakin menyayangi Tia, saya mencintai Tia...andai Tia juga sma mau ngga jadi pacar saya?
Jawab saya : “Maaf....sudah ada orang lain yang mengisi hati saya...”.
Terlihat wajah kecewanya, lalu dia bertanya :
Domo  : “hmmmm...kalau saya boleh tahu siapakah laki-laki yang beruntung mendapatkan hatimu...”. Dia tertunduk memendam kekecewaannya.
Jawab saya : “Kamu....”

Domo terlihat bahagia, tetapi saya menambahkan bahwa saya tidak mencari laki-laki untuk menjadi kekasih saya tetapi saya mencari laki-laki yang memang menginginkan saya untuk menjadikan saya seorang istri.
Dan tanpa ragu dia mengatakan hal yang sama bahwa sejak awal Domo bertemu dengan saya dia sangat yakin dan harus menjadikan saya sebagai istrinya kelak.
Dan dialah Domo atau Dedi Rahmat Hidayat yang menjadikan saya sebagai istrinya pada 4 September 1994.

Domo adalah laki-laki pilihan saya, dia mencintai saya dengan sederhana. Dan dia menyadari untuk mendapatkan saya banyak kandidat yang harus terluka karena akhirnya saya memilih Domo.
Walau pilihan saya awalnya banyak yang berfikir saya “bodoh” memilih dia sebagai pendamping hidup saya (karena kesederhanaan dia dalam mencintai saya jauh dibandingkan dengan mantan kekasih saya terdahulu).
Domo paham, laki-laki yang menginginkan saya untuk menjadikan saya sebagai istri bukan laki-laki biasa. Sebut saja salah satunya seorang pengusaha dari negeri tetangga, dia hanya berbeda satu hari saat melamar saya untuk menjadikannya seorang istri.

Tapi saya lebih memilih Dedi Rahmat Hidayat karena dia laki-laki luar biasa buat saya. Dia menerima saya dengan semua kekurangan yang saya miliki, dia merawat saya saat sakit asma akut mendera saya dan saya tidak menemukan hal itu pada laki-laki lain.

Dia menerima semua kekurangan yang saya miliki, asma adalah salah satu penyakit yang saya miliki dan dengan kasih sayangnya dia merawat saya saat asma menyerang saya, saya bahagia memiliki dia dengan kesabarannya akhirnya asma yang saya derita sejak kecil saat ini sudah menjadi bagian dari masa lalu saya.

Domo tahu apa yang menjadi pemicu asma saya dan dia berusaha terus agar saya dapat menghadapi pemicu asma saya sehingga akhirnya saya mampu untuk bertahan dari serangan asma yang kadang membuat dia menangis bila saya harus memakai oksigen untuk membantu pernapasan saya.

Kami menikah pada  4 September 1994 dan saat ini kami sudah memiliki 3 orang putra dan putri. Anak pertama kami lahir yang kami beri nama Adinda Fauziah Juliana (nama tersebut terinspirasi dari lagu Bimbo yang berjudul Adinda) lahir pada 1 juli 1995 dan saat ini menjadi mahasiswa di UI. Anak kedua kami Fauzan Lazuardi (terinspirasi dari nama dosen Anatomi waktu kuliah bernama dr. Lazuardi) lahir pada 17 Pebruari 2000 saat ini kelas 8 SMP. Anak ketiga kami Citra Fauza Ditheea ( Citra terinspirasi dari lagu Bimbo berjudul Citra dan Ditheea dari penggalan Dedi-Theea nama panggilan saya) lahir pada 30 Juni 2009 saat ini TK/A.

Perjalanan pernikahan yang kami lewati selama 19 tahun ini bukan tidak ada hambatan tetapi buat kami hambatan adalah pelangi indah yang mewarnai kehidupan rumah tangga kami.

Sedih, duka dan bahagia kami lewati bersama. Kadang kami kesal dan marah tetapi kami senantiasa mengkomunikasikan kesal dan marah kami dengan komunikasi yang “sehat”.

Cinta yang kami rasakan semakin sulit untuk terpisahkan, semakin hari semakin mencinta. Sulit sekali kami untuk terpisah, selalu ingin bersama diberbagai kesempatan tetapi karena tugas kami berbeda jadi sering kali kebersamaan kami mengalami hambatan tapi demi tugas yang kami emban masing-masing, komunikasi tetap kami jalin.

Saya bahagia dan bangga memiliki suami yang selalu ada untuk saya saat suka duka.

Terima kasih buat suamiku tercinta dan tersayang karenamulah aku tetap bertahan dan karena kamulah aku menjadi wanita paling bahagia dan paling terhormat karena kamu senantiasa menghormatiku.

Selamat Ulang tahun pernikahan kita, semoga Allah senantiasa menjadikan kita keluarga sakinah, mawwadah dan warrahmah, Amiiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar