Translate

Kamis, 27 Juni 2013

Energi Positif dari Kekecewaan

Perjalanan menuju perlombaan LKKS (Lomba Kreatifitas Kepala Sekolah) SLB se-provinsi Jawa Barat adalah suatu pengalaman yang berharga buatku. Terutama adalah pengalaman dalam menerima kekalahan dan kegagalan, begitu biasa orang pada umumnya mengatakan.
Tetapi buatku tak ada kekalahan dan kegagalan walau prestasi dengan predikat kepala sekolah kreatif tidak ku sandang (;baca tidak menjadi pemenang). Kekalahan dan kegagalan adalah milik ikon kefrustasian. Tapi sebelumnya mari simak bagaimana perjalananku dalam mengikuti ajang LKKS tersebut :
Pada tanggal 24 Juni 2013 aku sudah harus berangkat ke daerah Cianjur tempat perlombaan LKKS itu dilaksanakan dan saat itu kondisi anak terkecilku sedang sakit muntaber yang paling menyedihkan adalah aku dan suami tidak memiliki uang yang cukup untuk membawa anakku ke dokter. Pada saat itu pula aku harus pergi ke Cianjur uang yang kami miliki sebesar Rp 11.000,-, pasti tidak akan cukup untuk berobat anakku dan transport ke Cianjur.
Pagi yang cerah dengan tetap senyum yang cerah dan berkeyakinan yang tinggi bahwa kuasa Allah diatas segalanya. Aku hanya mengatakan pada Allah, “Ya Robb, KuasaMu diatas segalanya”. Subhanallah, lewat tangan Allah semua kepastian itu selalu ada, Rp 400.000,- ada ditanganku pagi itu, ada seorang teman yang membayar hutangnya sebesar Rp 200.000,- tanpa harus aku minta dan Rp 200.000,- uang receh yang selalu kami simpan dan kami kumpulkan dari selipan-selipan kantong kecil di rumahku.
Selesai mengobati anakku ke dokter yang menghabiskan biaya sebesar Rp 100.000,- sisa uang yang ku bawa Rp 200.000,- karena Rp 100.000,- aku berikan untuk di rumah, bekal selama aku pergi.
Sesampainya di Cianjur, Alhamdulillah aku mendapatkan uang saku dari panitia gugus sebesar Rp 500.000,- cukup untuk bekalku pulang nanti selesai perlombaan.
Harapanku besar untuk mendapatkan juara dalam Lomba Kreatifitas Kepala sekolah (LKKS). Hadiah yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Bidang Pendidikan Luar Biasa pun buatku sangat menggiurkan. Lalu mimpiku pun berlanjut dengan kata “bila” aku menjadi juara.
Mimpi sederhanaku bila aku menjadi juara I dengan hadiah sebesar Rp 8.000.000,- aku sudah persiapkan untuk membayar uang honor guruku sebesar Rp 5.000.000,- (seharusnya honor guru sudah dapat dibayarkan melalui uang sertifikasi suami sebesar Rp 9.000.000,- tetapi sampai saat ini uang sertifikasi suami belum turun direkening), Rp 2.000.000,- untuk membayar PDAM dan listrik yang akan dicabut dan sisanya Rp 1.000.000,- akan ku berikan pada anakku yang saat ini kuliah di UI dan selama 5 bulan ini aku belum memberikan uang saku bulanan.
Bila Juara II, aku mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 6.500.000,- uang itu sudah kuimpikan untuk membayar gaji guru-guruku sebesar Rp 5.000.000,- dan Rp 1.000.000,- aku bayarkan untuk PDAM, Perusahaan Daerah Air Minum di tempatku selalu memberikan kemudahan pada SLB Ayahbunda bila keadaan tidak memungkinkan kami diberikan kemudahan dengan perjanjian.
Juara III pun sudah aku syukuri dengan hadiah Rp 4.000.000,- aku dapat membayar sebagian gaji guru-guruku. Dan bila Harapan I, II dan III aku pun sudah menyiapkan hitungan keuangan yang harus aku keluarkan.
LKKS tahun ini menampilkan kinerja kepala SLB dalam membuat RKST (Rencana Kerja Sekolah Tahunan), aku tidak mau tersisihkan seperti tahun 2012 dan tahun 2013 ini aku sudah persiapkan dengan beserta Tim Pengembang Sekolah dan sekaligus Tim RKS (Rencana Kerja Sekolah).
Pada bulan Januari aku dan Tim sudah mempersiapkan EDS (evaluasi Diri Sekolah) lalu kamipun menyiapkan RPS (Rencana Pengembangan Sekolah) dan didampingi dengan RKJM (Rencana Kerja Jangka Menengah) serta dijabarkan kembali dalam RKST (Rencana Kerja Sekolah Tahunan).
Butuh waktu 5 bulan kami menyiapkan semuanya, karena kami memegang komitmen bahwa RKS adalah wajib dimiliki oleh setiap sekolah dan tentunya sesuai dengan kapasitas sekolah tersebut berdasarkan hasil dari EDS.
Saya menayadari, saat memberikan paparan 10 menit dan 15 tanya jawab apa yang saya paparkan tidak dapat menyakinkan dewan juri bahwa RKST yang kami buat adalah proses yang panjang dan membutuhkan analisa yang rumit pula.
Ada beberapa kritikan dewan juri yang saya garis bawahi :
1. Bahwa saya terlalu agresif
2. Sayapun terlalu heboh dalam memberikan paparan
3. Dan saya terlalu berlebihan dalam menguraikan serta tidak sesuai dengan struktur kepantasan (saya mengistilahkannya)
4. Dan menurut dewan juri dengan RKST tebal dan cover yang bagus tidak menjamin dapat menyakinkan kami juri.
Saat pengumuman dengan menyimpan mimpi sederahanaku, aku tidak dapat meraih menjadi sang juara. Ternyata betul saya tidak dapat meyakinkan dewan juri bahwa RKST saya berharga dan prosesnya adalah pencarian, pembelajaran, dan analisis yang panjang. Melalui belajar pada yang berkompeten dibidangnya sampai mempelajari RKS sekolah lain serta diskusi yang panjang dengan Tim RKS sudah aku lakukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi, situasi dan kebutuhan sekolah kami tentunya berdasar pada EDS.
Saya cukup responsif ketika beberapa teman dalam LKKS tersebut mengatakan bahwa mereka menyiapkan RKST hanya dalam waktu beberapa minggu saja dan bahkan ada yang hanya 3 hari sudah dapat menyelesaikan RKST. Ternyata saya dan Tim tidak sehebat beberapa teman yang mengatakan seperti itu. Butuh waktu yang panjang dan tidak asal membuat RKST untuk sekolah kami. Karena RKST adalah jiwa sekolah kami.
Pembelajaran yang sangat berharga buat kami adalah, saya (sebagai penyaji) tidak dapat meyakinkan juri pada LKKS tetapi saya sangat bahagia dan bangga karena sudah ada sekitar 8 sekolah yang meminta saya untuk mengirim contoh dari RKS secara lengkap untuk bahan masukan di sekolah mereka dalam pembuatan RKS. Dan yang semakin saya bahagia dan bangga ternyata setelah Idul Fitri tahun 2013 ini, saya sudah diminta 11 sekolah untuk membimbing mereka dalam pembuatan EDS, RPS, RKJM sampai RKST.
Saya bahagia dan bangga walaupun saya guru dan kepala sekolah non PNS (; baca bukan Pegawai Negeri Sipil), tetapi saya berharga untuk SLB Ayahbunda dan beberapa sekolah yang membutuhkan ilmu yang saya miliki. Penghargaan dan kualitas kita buat saya tidak dapat dinilai hanya dalam waktu 25 menit dalam ajang LKKS tetapi proses dalam menjalaninya adalah penghargaan dan nilai yang tidak dapat diukur dalam jumlah hadiah Rp 8.000.000,-, Rp 6.500.000,- dan seterusnya.
Apa yang saya dan Tim buat, memang tidak dapat meyakinkan dewan juri dalam 25 menit di LKKS tetapi saya dapat meyakinkan diri saya bahwa ketidak mampuan saya mendapatkan predikat Kepala Sekolah Kreatif adalah energi positif untuk lebih mengembangkan kemampuan saya sebagai kepala sekolah untuk menjadi edukator, manager, administrator, supervisor, pemimpin, inovator dan motivator bagi guru-guru, peserta didik dan orang tua peserta didik di SLB Ayahbunda bahkan bila mungkin masyarakat yang membutuhkan masukan dengan ilmu yang saya miliki.
Permohonan maafku pada Tim Pengembang Sekolah sekaligus Tim RKS, maafkan bundamu ini yang belum bisa memberikan yang terbaik untuk rekan-rekan semua.
Permohonan maaf pada Gugus 1 SLB kabupaten Bogor, saya belum dapat memberikan yang terbaik tak lupa pula untuk Pengawas PLB bapak Drs. Asep Ading S.H., M.M.Pd. terima kasih atas bimbingannya dan mohon maaf belum dapat memberikan sesuai dengan harapan.
Tulisan ini bentuk kekecewaan diri yang saya olah menjadi energi positif.
Selamat buat semua juara dan sahabat semua pantas untuk menyandang sebagai kepala sekolah kreatif SLB se-provinsi Jawa Barat.

Selasa, 04 Juni 2013

Sekelumit Kisah Dalam Penerimaan Siswa Baru



Beberapa hari lalu dan hari ini ada yang daftar sekolah di Slb Ayahbunda Ayahbunda, persyaratan yang harus dilengkapi ; Akte Kelahiran, SKTM, KTP Ortu dan KK...tetapi semua tidak punya.
Ortu   : "Berarti anak saya tidak bisa sekolah, bunda?"
Aku    : "Sangat bisa sekolah bu walau persyaratan belum ada".
Ortu   : “kalau tetap ngga bisa?"
Aku    : "Anak ibu tetap sekolah bu...tetapi yang jadi pertanyaan saya buat ibu, kok ngga punya KTP sama sekali ibu atau bapak. Lalu selama ini ibu dan bapak warga mana?
Ortu   ; "ya...saya orang Parungpanjang asli..."
Aku    : "kalau begitu tolong buat KTP bu...."
ortu    ; "Wah...saya repot, bunda..."
Aku    : "kalau begitu saya juga boleh dong bilang..."maaf, bu...anak ibu ngga bisa sekolah di tempat saya sebab saya repot..."
Ortu   : "hehehehe....bisa aja si bunda mah..."
Aku    : "Ya...sekarang ibu harus bisa menyempatkan waktu ibu untuk membuat KTP, oke....kalau bicara repot semua orang repot bu....saya juga repot tapi bukan berarti saya harus tidak punya KTP. Masih ada waktu 2 bulan untuk membuat KTp, jadi sisishkan waktu ibu dan bapak untuk membeuat KTP, oke”.
Ortu     : “Insyallah, bunda....tapi tetep diterimakan anak saya?”...
Aku      : “tentu dan pasti, saya terima....dan harus sekolah awal tahun pelajaran ini, ya...”
Ortu     : “makasih, bunda...”
Aku      : “sama-sama..”
*********************
Lalu, kembali datang seorang ibu dengan mobil kijang Inovanya, emas bergelayutan disekujur tubuhnya (sepertinya sudah tidak bisa memuat jumlah emas yang dia miliki), dandanan menor, baju gemerlap, tasnya terlihat mahal dan elegan. Dia membawa seorang anak yang akan dia daftarkan ke SLB Ayahbunda, percakapanpun dimulai :
Ibu       : “Pagi bu...saya mau mendaftarkan anak saya untuk di sekolah ibu dan menurut informasi yang saya dapat sekolah ini menerima anak-anak “seperti anak saya” (sambil menunjukkan anak kecil mungil nan lucu).
Aku      : “Oh, iya bu.....”. (dengan ramah dan sigap ku perlihatkan formulir pendaftaran dan nominal administrasi).
Ibu       : “Wah, katanya sekolah ini gratis kok ada uang pendaftarannya...”
Aku      : “Oh, betul bu...sekolah ini gratis bagi kalangan tidak mampu secara ekonomi, sekarang saya bertanya pada ibu apakah secara ekonomi ibu termasuk orang yang tidak mampu dan berkesulitan?”
Ibu       : “Ya....memang saya berkecukupan...tetapi rasanya kalau harus mengeluarkan uang untuk sekolah anak ini tidak mungkin, dan apakah dengan saya mengeluarkan uang untuk sekolah anak saya, ibu bisa menjamin anak saya sembuh?”.
Aku      : “kalau ibu mau anak ibu gratis silahkan bu...saya dengan ikhlas menerima anak ibu tetapi tolong buat SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) sebagai tanda bahwa ibu dalam kondisi tidak mampu untuk menyekolahkan anak ibu di sekolah kami.
Ortu     : “ya ngga bakalan bisa bu...saya kan tidak miskin...”
Aku      ; “kalau ibu memang tidak miskin, mengapa tidak ibu sedikit mengeluarkan uang untuk anak ibu, sebagai amal ibadah ibu dalam membantu administrasi sekolah ini. Kami sekolah swasta yang sebagian besar anak-anak disini gratis, otomatis kami butuh dana untuk biaya operasional sekolah. Masalah ibu menginginkan kesembuhan karena harus bayar di sekolah ini, silahkan ibu cari sekolah yang bisa menyembuhkan anak ibu...jujur saya katakan saya bukan Tuhan yang bisa menyembuhkan anak ibu, Yang bisa saya lakukan disini adalah memberikan pendidikan dan pembelajaran pada anak ibu agar kelak menjadi anak yang mandiri dan bisa menolong dirinya sendiri.
Ortu     : “Jadi ibu ngga bisa menyembuhkan anak saya?....kalau begitu mendingan saya pergi ke “orang pintar” aja yang bisa menyembuhkan anak saya, saya selama ini sudah menghabiskan uang ratusan juta untuk anak saya dan kata “orang pintar” anak saya akan sembuh”.
Aku      ; “Silahkan bu....saya berdoa semoga harapan ibu sesuai dengan apa yang ibu inginkan...”
********************
Seorang ibu bercerita tentang kondisi anaknya yang tidak mampu berjalan tetapi gerak tubuh bagian atasnya masih berfungsi serta kemampuan integensinya seperti anak lainnya.
Ortu     : “Bunda, saya mau menyekolahkan anak saya disini, biayanya berapa?”
Aku      : “relatif bu...kami memang ada patokan harga tetapi itu semua dikembalikan pada kondisi ekonomi ibu karena yang tahu kondisi ekonomi keluargakan hanya ibu dan suami...kalau saya mengira-ngira nanti salah..., kira-kira ibu mampu berapa?” (sambil menyodorkan patokan keuangan sekolah).
Ortu     : “Sebenarnya harganya murah ya, Bun....tetapi saya hanya bisa bayar SPP Rp 50.000/bulan boleh? Terus uang masuknya Rp 150.000,- boleh ngga? Tapi itupun dicicil”
Aku      : “Oh, silahkan bu.....bila ibu dan bapak ikhlas kami menerimanya dengan ikhlas pula...tetapi bila memang kondisi ekonomi ibu tidak memungkin, jangan memaksakan diri untuk membayar uang sekolah bu...”
Ortu     ; “Maaf, bun....seberat apapun kondisi saya...saya tahu guru-guru disini berjuang untuk kebaikan anak saya, alangkah hinanya saya tidak bisa menghargai guru-guru untuk anak saya...”.
Aku      : “Subhanallah...terima kasih ibu....”
*************************
Ini adalah sebagian kecil kisah dari perjalanan Penerimaan Siswa Baru di SLB Ayahbunda. Sedikit pula menggambarkan kondisi karakter orang tua.

Banyak sekali permasalahan yang harus kami hadapi sebagai seorang pendidik, pola fikir setiap orang tua berbeda dalam memahami kondisi anaknya.

Menerima anak didik dengan kekhususan berarti pula kami sebagai seorang pendidik harus mampu menerima kondisi orang tua dengan beragam karakter dan pola fikir yang beragam serta penanganan yang khusus pula.

Selamat berjuang orang tua yang memiliki anak-anak yang khusus dan istimewa, Tuhan tidak akan mengamanahkan anak-anak khusus itu pada kalian karena Tuhan yakin kalian adalah para orang tua yag hebat dan istimewa.

Celoteh Kecilku Untuk Negeri tercinta


Aku tak pandai membuat sebuah argumen tentang politik,
Karena politik buatku licik dan keji.
Aku tak pandai berdiskusi, seperti  para pejabat atau politikus,
Yang terus membela kepentingan diri dan kelompoknya.
Aku tak pandai melobi seperti  Fathanah,
Dengan bahasa intelektualnya mampu menjual daging-daging segar yang menguntungkannya dengan milyaran rupiah.
Aku pun tak pandai  membuat suatu proyek seperti Djoko Susilo,
Keuntungan besar dan membahagiakan para istrinya.
Aku hanya rakyat kecil seperti sendal jepit dan terjepit dalam banyaknya korupsi di negeri Tercinta ini,
Dengan triliyun Rupiah habis hanya untuk Bank Century dan tak jelas kemana aliran dana tersebut bergulir.
Triliyun rupiah habis untuk sebuah proyek Hambalang yang menyeret orang-orang yang katanya membela kepentingan rakyat.
Ah, sementara jika kami berhutang ke Bank dengan jumlah teramat kecil dan bila dalam batas waktu tak mampu membayar...caci maki pun datang menghujat.
Ah, aku hanya rakyat kecil saja, tak mampu melawan kekuasaan yang besar.
Andai uang triliyun-an itu tak habis “kau” bagi-bagi untukmu dan kelompokmu rakyat negeri ini pasti tak ada yang sengsara.
Di negeri tercinta ini aku menunggu,
Menunggu kearifan sang penguasa untuk benar-benar membela kami rakyat jelata yang terjepit dan tersungkur dengan semua kebijakan-kebijakan yang lebih bijakSONO bukan bijak pada kami rakyat jelata.
Ah, entahlah celotehku pada negeri ini sampai atau terkubur bersama kasus-kasus yang semakin menyempit dan terkubur.
Aku menyimak kembali lagu dari Iwan fals, Besar dan Kecil :
Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit

Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?

Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang mentang menakutkan makan sembarangan
Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil merengit sulit dapat untung

Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?

Mengapa besar selalu menang?
Bebas berbuat sewenang wenang
Mengapa kecil selalu tersingkir?
Harus mengalah dan menyingkir

Apa bedanya besar dan kecil?
Semua itu hanya sebutan
Ya walau didalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil

Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit

Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?



Minggu, 02 Juni 2013

Kita Adalah Guru Dan Kepala Sekolah Yang Berdedikasi Dan Kreatif



Mengikuti ajang kompetisi dalam pemilihan Guru Berdedikasi, Kepala Sekolah Berdedikasi, Guru Kreatif maupun Kreatifitas Kepala Sekolah bukan hanya sebagai ajang untuk mengaktualisasikan diri tetapi proses dalam kegiatan tersebut adalah pembelajaran yang berkelanjutan.

Bukan hanya keinginan keras untuk menjadi seorang”Juara” tetapi belajar terus untuk mengaplikasikan semua yang berkaitan dengan semua materi dalam perlombaan tersebut.

Sebagai seorang peserta lomba dalam kegiatan tersebut diatas, dituntut untuk mampu memahami dan mengaplikasikan semua berhubungan dengan kegiatan tersebut. Proses yang panjang dan berkesinambungan  serta terus menerus dalam setiap tindakan serta kemampuan dalam mengimplementasikannya itulah penilaian yang sesungguhnya.

Menjadi seorang guru atau kepala sekolah yang kreatif maupun berdedikasi adalah mutlak dimiliki oleh seorang guru dan kepala sekolah, bukan hanya ada dalam ajang perlombaan. Ini membuktikan bahwa kemampuan ini kita dapatkan karena kita sebagai guru dan kepala sekolah menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan itu ada dalam setiap insan yang peduli terhadap kewajiban yang diembannya.

Bagaimanakah menjadi seorang guru dan kepala sekolah yang berdedikasi serta kreatif? Menjadi seorang guru atau kepala sekolah berdedikas dituntut pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan peserta didik maupun sekolah atau tujuan pendidikan serta pengabdian untuk melaksanakan tujuan tersebut diperlukan keyakinan dan pengabdian diri dalam profesinya.

Sedangkan Guru dan Kepala Sekolah yang kreatif adalah kemampuan untuk mencipta/daya cipta, intensitas, inspirasi sehingga menghasilkan manfaat dan daya guna untuk tujuan pendidikan.

Apakah Kita sudah (akan) menjadi guru atau kepala sekolah yang berdedikasi atau kreatif? Guru dan kepala sekolah yang berdedikasi serta kreatif ada dalam jiwa setiap pendidik untuk itu setiap kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru dan kepala sekolah sepantasnya menjadi indikator pencapaian kemampuan untuk terus berdedikasi dan kreatif agar menjadi pendidik dan pemimpin yang profesional.

Pemenang yang sebenarnya untuk menjadi guru dan kepala sekolah yang berdedikasi dan kreatif adalah bukan penyemaatan tanda penghargaan terhadap lomba yang kita ikuti tetapi pemenang yang sebenarnya adalah guru dan kepala sekolah yang dalam proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan pendidikan mengaplikasikan dan mengimplementasikannya dalam setiap aliran darah kita serta hembusan nafas kita karena guru dan kepla sekolah berdedikasi serta kreatif ada dalam setiap jiwa seorang pendidik.

Penghargaan tertinggi untuk setiap pendidik adalah bukan nilai sebuah penghargaan atas prestasi dalam ajang lomba tetapi penghargaan tertinggi adalah saat kita sebagai seorang pendidik mampu belajar dan terus memperbaiki diri menuju pendidikan yang lebih baik lagi.

Sudahkah kita menjadi guru dan kepala sekolah berdedikasi dan kreatif? Mari simak kinerja kita masing-masing karena adalah yang bisa menjawabnya bukan hanya sebuah ajang lomba saja yang bisa menjawabnya.

Rabu, 29 Mei 2013

Terus Berjuang, Bu Dhe...


Bepergian dengan ojeg sudah biasa untukku, bagi jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dari rumah. Pekerjaan kedinasan yang secepatnya harus selesai dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, mudah, aman, nyaman dan bersahabat ojeg adalah salah satu alternatif transportasi yang aku gunakan.

Adalah Bu Dhe, begitu biasa kami memanggilnya, beliau adalah seorang ibu yang sekaligus tulang punggung untuk keluarganya. Bu Dhe selalu setia menemaniku dalam perjalanan dinas dengan menggunakan motor yang berfungsi untuk mengantar beberapa pelanggan menuju tempat yang dikehendaki setiap pelanggannya.

Aku tak pernah menyangka bahwa sekitar 9 tahun lalu bu Dhe adalah orang yang berkecukupan secara materi. Dia adalah seorang istri dari pegawai BUMN yang sangat terkenal dan memiliki posisi yang cukup lumayan, otomatis secara materi bu dhe dan 3 orang anaknya sudah tak mengalami kesulitan.

Pada 12 tahun lalu saat bu dhe tengah hamil tua, dia amat sangat terpukul mendapat kenyataan suaminya menikah lagi dengan rekan kerjanya. Awalnya bu dhe mencoba untuk bertahan tetapi setelah beberapa tahun akhirnya Bu Dhe melepaskan suaminya untuk bersama dengan sang istri muda. Menurut bu Dhe memang keputusan yang sulit tetapi dia tidak mau menambah beban sang suami karena sudah mulai tidak memperhatikan keluarga dan jarang pulang.

Keputusan untuk berpisah dengan suaminya adalah awal yang sangat menyakitkan buat bu Dhe dan anak-anaknya tetapi dia mencoba tetap bertahan dengan awal mulanya menyibukkan diri dengan berjualan tetapi keadaan tersebut membuat dia tidak dapat melupakan peristiwa yang dia alami dan akhirnya memutuskan untuk menjadi “pengantar konsumen dengan menggunakan motor yang sudah lunas dia cicil” (:baca Ojeg Motor).

Ternyata setelah dia jalani menjadi seorang ojeg, selain menambah pendapatan rumah untuk mengantarkan anak-anak mengecap pendidikan, dan dia selalu bersyukur dengan mengojeg dapat pula memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Tak pernah dia menghilangkan rizki dari pemberian mantan suami tetapi biaya dari mantan suami tidak sepenuhnya dapat mencukupi kebutuhan kehidupan rumah tangganya.

Dia pun orang yang selalu bersyukur, walau hanya ditinggalkan sebuah rumah sederhana untuk tiga orang anaknya dan harta lainnya termasuk mobil mewah diambil semuanya oleh mantan suami tetapi dia tidak pernah membenci mantan suami. Bu dhe, “Allah tidak akan menguji umatnya diluar dari kemampuannya”. Sungguh suatu prinsip hidup yang sangat ikhlas dan sabar. Ditengah kesulitan masih tetap mampu untuk terus ikhlas dan bersabar.
Saat aku mengatakan, “Bu Dhe, mungkin setiap lelaki yang berlimpah uangnya akan memperlakukan wanita seenaknya dan mengkhianati istrinya”. Menurut Bu Dhe, “Tidak semua laki-laki berduit seperti itu atuh, Bunda....masih banyak laki-laki yang berduit tetapi tetap menghargai istrinya”.

Kembali aku kagum pada pemikiran bu Dhe, sungguh dia wanita yang tersakiti tetapi selalu berfikir positif.
Hari ini aku mendapatkan energi positif dari bu Dhe dan aku bersyukur mengenal beliau karena filosofi hidupnya yang terus mampu bertahan ditengah banyaknya manusia-manusia yang “galau” karena kondisi ekonomi maupun kondisi lainnya.

Terus berjuang bu Dhe, anak-anakmu sangat membutuhkanmu. Bu Dhe adalah salah satu lambang seorang ibu yang tegar dalam mengahadapi kemelut kehidupan. Bahagia aku mengenalmu, bu Dhe......

Selasa, 14 Mei 2013

Tuhan Sudah Menyiapkan Tabungan Besar Untuk Guru Honorer



Sudah sangat sering saya mendengar “curhatan” teman-teman seprofesi yang masih tersandung keadaan dengan status “guru honorer”. 

Curhatan masih berkisar tentang keadaan selanjutnya mengenai status mereka, terutama guru honorer di sekolah swasta karena terbentur PP 48 tahun 2005 terdiskriminasi dan terampas hak kemanusiaannya dengan sulit memperoleh pengakuan dan pengangkatan menjadi PNS dilingkungan dinas pendidikan provinsi Jawa Barat.

Saya mencoba sedikit mengumpulkan data secara lisan, yang saya dapat saat-saat berkumpul dengan sebagian guru honorer SLB swasta.

Ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan pada mereka, yang saya pilah hanya pada guru honorer laki-laki karena saya berargumen bahwa guru honorer laki-laki memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarga sebagai tulang punggung.

Rata-rata gaji yang mereka peroleh dari SLB swasta di provinsi Jawa Barat dengan masa kerja sekitar 27 tahun sampai 10 tahun sebesar Rp 300.000,- samapi Rp 600.000 perbulan. Menurut hitungan matematika kehidupan dan logika tentang cara pandang hidup gaji sebesar itu tidak akan mencukupi kehidupan mereka apalagi bila ditambah dengan istri dan anak sekitar  dua orang.

Tetapi bagaimanakah mereka masih bisa tetap bertahan sampai bisa menyekolahkan anak mereka masing-masing. Ini beberapa catatan yang bisa saya sampaikan :
1.      Beberapa dari teman mencari penghasilan tambahan dari memberikan les privat atau pun terapi pada anak-anak berkebutuhan khusus untuk menambah penghasilan mereka agar dapat memenuhi kebutuhan hidup setiap bulannya.
2.      Beberapa dari teman menjadi buruh bangunan dan ada juga yang sambil memberikan jasa tumpangan untuk beberapa siswanya sehingga setiap bulannya ada penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
3.      Beberapa teman yang lebih “beruntung” (dalam kapasitas kami sebagai guru honorer) mendapatkan sertifikasi sebesar Rp 1.500.000,-/bulan atau bila sudah Inpassing bisa sekitar Rp 2.340.000/bulan
4.      Beberapa teman berjualan makanan atau jualan lainnya yang menghasilkan sehingga menambah penghasilan mereka.

Mungkin bila para guru honorer wanita lebih terbantu dengan penghasilan suami yang rata-rata sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga setiap bulannya.

Tergambar bahwa guru honorer lebih “kuat” dalam memperjuangkan hidupnya, lebih bertanggung jawab terhadap keadaan hidup.

Suatu hari saya membaca sebuah tulisan seorang teman di kompasiana.com yang menuliskan tentang arti sebuah “harga” untuk guru honorer, ini adalah perhitungan fantastis dan dalam bagi kita semuanya.

Saya sampaikan pada teman-teman guru honorer bahwa : Honor yang kita dapat sebesar Rp 400.000,-/bulan adalah honor dengan nilai Rp 10.000.000/bulan untuk masa kerja 10 tahun. Mengapa demikian? Karena Allah sudah menyiapkan sebesar Rp 9.600.000/bulan yang akan kita dapat nanti di surga bila kita melakukannya dengan ikhlas, sabar, tawakal dan tanpa pamrih.

Coba kita bandingkan dengan guru PNS di SLB provinsi Jawa Barat dengan masa kerja 10 tahun plus sudah mendapatkan sertifikasi, sebesar Rp 10.000.000,-/bulan sudah pasti mereka dapatkan, tetapi ada resiko besar dengan uang itu. Apakah resiko besar itu? Tanggung jawab mereka dihadapan Tuhan, bila mereka melalaikan tugas dan pengabdian mereka. Bukankah nilai itu akan berkurang dan menjadi tagihan di akhirat nanti? Atau mungkin saja menjadi minus dan akhirnya membuat belenggu untuk diri mereka sendiri pada saat ini atau pada akhir nanti?

Jadi siapa yang lebih beruntung? Anda sendiri yang bisa menjawabnya.

Tulisan ini ku persembahkan pada sahabat-sahabat seperjuangan guru honorer SLB swasta di provinsi Jawa Barat. Selamat berjuang, mari perjuangkan hak kita dengan strategi yang cerdas, profesional dan ramah bagian dari unjuk karakter positif hati-hati namun punya nyali, berani karena benar dengan dukungan data yang valid (nasehat dari seorang sahabat yang peduli dengan guru honorer SLB provinsi Jawa barat).

Minggu, 05 Mei 2013

Hari ini Senin, 6 Mei 2013, Genap Usiaku 42 Tahun


Hari ini 6 Mei 2013, genap usiaku 42 tahun. Usia yang sudah tak muda lagi, tapi semangat dan jiwaku terus memacu dan tak surut karena usia yang sudah tak muda. Tua adalah perjalanan hidup dan bila Allah memperkenan maka umur kita akan semakin merambah berjalan dengan kepastian, bahwa tua adalah kepastian yang harus kita lalui.  
Perjalanan hidup ku lalui denga suka dan duka tapi duka ku jadikan hanya kata untuk belajar, karena hidup kita adalah pilihan dan tua adalah kepastian.

Saat Usia 17 tahun :




Saat Usia 22 Tahun :
 



Saat Menikah usia 23 tahun :















Saat memiliki anak pertama 24 tahun :















Saat memiliki anak kedua 29 tahun :
















Saat Usia 36 tahun :




 














Saat Usia 39  memiliki anak ketiga :
















Saat Usia 40 tahun :



 















Saat ini diusia 41 tahun :






















Saat Usiaku 42 tahun, saat ini :















Aku bahagia dengan kehidupanku, memiliki suami yang baik dan anak-anak yang soleh dan solehah-solehah pula. Semoga Allah senantiasa mempersatukan kami dalam ridhonya.
Selamat ulang tahun untuk diriku yang ke-42 an aku bangga dengan usiaku,, semoga berkah bersama orang-orang yang mendoakanku.