Translate

Senin, 04 Februari 2013

Nyanyian Difabel



Tuhan..
Bolehkah aku meminta sepasang kaki yang kuat untuk bisa berjalan?
Agar aku dapat melangkah gemulai seperti remaja seusiaku..
Agar sepasang kakiku melangkah berlari riang diantara senda gurau teman-temanku...
Agar sepasang kakiku menari lincah mengikuti irama dan dentangan lagu dalam ritmik yang teratur..
Agar aku bisa berlari diantara derai hujan...

Tuhan...
Mengapa kau beri aku sepasang kaki yang hanya mampu berjalan merangkak...
Seperti layaknya anjing tua yang terkulai lemas tanpa daya...
Merangkak menapaki kepongahan dunia yang tak ramah pada difabel..
Mencemooh raga difabelku yang semakin ringkih...

Tuhan...
Aku memang tak mampu berjalan gemulai...
Tapi asa ku terbang gemulai diantara kepongahan dunia...

Tuhan...
Aku tak mampu berjalan sendiri karena kakiku tak kuat menopang tubuhku..
 Tapi mimpiku bisa menembus awan..

Puisi untuk Anak-anak didikku di SLB Ayahbunda

Apakah Guru Non PNS, Bodoh?



Semoga ini pembelajaran buat saya pribadi, bahwa masih ada sebagian dari rekan-rekan guru yang PNS masih menganggap kecil keberadaan seorang guru Non PNS diantara mereka. Diantara perjalanan saya yang guru Non PNS memang tak mudah untuk mendapat “pengakuan” sebagai guru diantara sahabat-sahabat yang PNS. Tetapi bukan sebuah “penyesalan” untuk  saya yang sampai saat ini belum ada dari “pemerintah’ yang melirik saya untuk menjadikan saya sebagi guru PNS.

Beberapa saat lalu, ada yang pernah “mencemooh” dengan kata-kata bahwa saya belum diangkat menjadi guru PNS karena “bodoh” dan saya diminta untuk koreksi diri karena menurut “beliau” yang diangkat PNS adalah orang-orang “pilihan” karena “kemampuannya” sehingga pemerintah memilih “mereka” menjadi PNS.
Sungguh kata-kata yang menohok dan saya sedikit berargumen dengan “emosi” saya bahwa : “Apakah argumen anda berdasarkan penilaian melalui hasil penelitian bahwa guru-guru PNS itu benar-benar orang-orang pintar sehingga anda meng-analogikan bahwa guru yang Non PNS adalah guru-guru yang “bodoh” karena tidak diterima saat penyaringan untuk penerimaan CPNS?

Kebodohan adalah milik siapapun dia (PNS atau Non PNS) yang tidak berusaha untuk berubah dan berbenah diri terhadap kemajuan bangsa. Apakah seorang PNS pintar, ketika dia datang ke sekolah lalu membiarkan siswanya begitu saja dan berkata “saya sudah menunaikan tugas”.

Mari kita tinjau ulang berdasarkan pendapat saya ; Saya yakin banyak guru-guru yang telah diterima menjadi PNS adalah orang-orang yang pintar dalam keilmuannya tetapi tentunya kita tidak bisa menutup kemungkinan ada beberapa guru PNS yang “kurang pintar” dalam keilmuannya. Jadi saya menyimpulkan bahwa ada guru PNS yang pintar dan ada juga yang kurang pintar.

Kepintaran bukan satu-satunya tolak ukur seseorang menjadi seorang guru tetapi kemampua dia untuk mengembangkan diri dalam karirnya yaitu mengembangkan kecerdasan dalam olah fikir, olah tindak, olah ide, dan olah hati sehingga menjadi guru yang bermartabat dan profesional. 

Saya memang tak pintar untuk menanggapi kata-kata semacam itu, karena buat saya orang yang tak berfikir bila menganggap saya yang hanya guru Non PNS dan sampai usia 42 tahun belum diangkat menjadi guru PNS adalah bodoh

Ya..saya hanya guru Non PNS, tapi lihatlah berapa guru Non PNS bersama dengan saya membangun pendidikan khusus untuk melayani anak-anak khusus yang berada disuatu daerah yang masih asing terdengar ditelinga orang-orang. Lihatlah berapa puluh siswa yang kami layani dengan baik di SLB Ayahbunda?

Kami memang tidak menyandang gelar PNS tapi kami bangga dan tetap melayani anak-anak khusus di daerah kami. Saya belajar untuk membesarkan hati bahwa tak perlu menjadi PNS yang pintar untuk berjuang memberikan pelayanan pada anak-anak khusus karena dengan gelar Non PNS pun kiprah kami setara dengan guru PNS yang setia menunggu gaji dan tunjangan yang besar setiap bulannya.

Jadi, marilah kita bersama “mencerdaskan” anak bangsa dan hilangkan asumsi bahwa saya PNS dan saya pintar sedangkan kamu Non PNS jadi kamu tidak pintar.

Minggu, 03 Februari 2013

Pahlawan Untuk Indonesia-Terima Kasih MNCTV



Pada bulan Januari 2012, setahun yang lalu saat seorang wali murid menanyakan tentang semua data-dataku tanpa rasa curiga dan canggung semua ku berikan. Saat ku tanya untuk apa, jawabannya “ah, ngga bun...hanya ingin tahu aja”.

Sungguh mengejutkan pada tanggal 12 Juli 2012, ada telpon dari MNCTV dia menanyakan tentang semua dataku. Akhirnya wawancara by phone pun terjadilah, lumayan cukup lama. Selesai wawancara baru aku beranikan diri untuk bertanya, apa keperluan dari pembicaraan by phone ini. Lalu pihak MNCTV menjelaskan bahwa mereka mendapat informasi tentang aku dari salah seorang yang bernama Deden (salah satu wali muridku), sehubungan dengan MNCTV ada program tentang “Pahlawan untuk Indonesia”. 

Pihak MNCTV, menjelaskan kembali bahwa ini baru mengumplkan data tentang kebenaran data yang diterima dari pihak Deden dan mereka harus mengecek ulang data itu kembali pada pihak yang diajukan maupun yang mengajukan, jadi belum tentu terpilih untuk masuk dalam tayangan mereka.

Setelah dua hari berlalu, pihak MNTV menelpon ulang padaku bahwa mereka tanggal 14 juli 2012 akan megadakan shooting ke tempatku. Tetapi karena pada saat itu SLB Ayahbunda belum masuk jadwal sekolah (karena libur semester II), akhirnya jadwal shooting diundur sampai tanggal 16 Juli 2012.

Hari yang ditunggupun datanglah, shooting dimulai dengan semua aktifitasku mengajar di SLB Ayahbunda tentunya lancar dan sukses karena itu adalah keseharianku. Tetapi saat session bercerita tentang kiprahku di SLB Ayahbunda, terjadi beberapa kali pengulangan (maklum belum pernah shooting depan kamera gede) aku sering melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang membuat sang sutradara dan pengarah acara tertawa terbahak. Bagaimana tidak, saat shooting selesai aku langsung teriak “cuuuuuut” yang seharusnya sang sutradalah yang berhak meneriakkan kata perintah “CUT”. Akhirnya aku harus megulang kembali adegan tersebut...cuape deeeeh.

Satu minggu kemudian, aku mulai muncul di MNCTV dalam program “Pahlawan untuk Indonesia”, ada banyak kandidat dari seluruh Indonesia tetapi MNCTV hanya memilih 23 Nominator saja dari seluruh Indonesia. Dan pada tanggal 18 Agustus namaku tercantum dalam “23 Nominator Pahlawan untuk Indonesia”. Alhamdulillah, tetapi masih ada satu kali putaran lagi yang akan masuk dalam “10 Nominator”.

Saatnya tiba pemilihan “10 Nominator Pahlawan untuk Indonesia” pada tanggal 28 Oktober 2012, Alhamdulillah aku tidak masuk kedalamnya, tidak mengapa karena “10 Nominator” yang masuk adalah orang-orang atau sosok yang memang pantas untuk meraih gelar tersebut dan berhak dan sangat pantas mendapatkan penghargaan “Pahlawan untuk Indonesia”, mereka semua adalah orang-orang yang benar-benar berjuang dilingkunganya sehingga memberi andil terhadap pengembangan daerah masing-masing.

Hadiah yang mereka dapatkan pun sangat fantastis menurutku, aku berandai-andai jika aku mendapatkan hadiah Rp 150.000.000,- hmm...aku bisa bayar semua hutang-hutangku (khayalku). Sungguh Allah masih sangat memberi kemudahan untukku disaat aku kesulitan, listrik akan dicabut, air PAM akan dicabut, uang operasional sekolah kosong dari pihak MNCTV menelponku bahwa mereka sudah memasukkan dana sebebsar Rp 10.000.000,- ke dalam rekeningku sebagai tanda terima kasih MNCTV kepadaku karena telah banyak memberikan manfaat bagi lingkungan disekitarku. Subhanallah, aku langsung bersujud syukur ternyata Allah memberikan jalan dari tempat yang tak aku duga. Uang Rp 10.000.000,- langsung habis untuk membayar listrik, air PAM, dan keperluan sekolah lainnya (tanpa sisa). Allah memberikan sesuai kebutuhanku bukan keinginanku.

Terima kasih buat MNCTV yang sudah memberikan hadiah yang sangat berarti buatku, uang sebesar Rp 10.000.000,- sebagai hadiah “Pahlawan Untuk Indonesia”  yang masuk dalam Nomitaror 23 sungguh suatu rasa syukur yang tiada terkira.

Insyallah hadiah itu bagiku pribadi sangat berarti, sujud syukurku padaMu ya Robb, walau bukan sebagai penyandang “Pahlawan untuk Indonesia” tapi buatku Jiwa dan ragaku hanya untuk Indonesia tercinta…

Indonesia aku mencintaimu selamanya, Merdekaaaaaaa………..

Jumat, 01 Februari 2013

Jangan Pernah Takut Untuk Menulis




Jangan pernah takut untuk menulis, walaupun hanya satu huruf atau satu kata. Menulis adalah kebutuhan jiwa yang harus kita penuhi. Tidak menulis  adalah pendzoliman terhadap jiwa. Tulis apa yang anda bisa tulis, jangan pernah ragu dengan begitu anda telah memelihara jiwa anda dari kedzoliman pada diri anda sendiri.

Bagaimana dengan kritikan...cacian atau malah penghinaan? Jangan surutkan jarimu untuk tidak melakukan aktifitas menulis. karena kritikan, cacian ataupun penghinaan adalah bagian dari pembelajaran terhadap kemampuan mengasah dan memelihara jiwa.

Pembelajaran yang baik adalah saat kita menulis, tidak menulis tak akan ada pembelajaran menuju perbaikan. Jadilah diri sendiri dalam setiap menulis, peduli apa kata orang tentang tulisan kita “Anjing menggonggong, Kita tetap menulis”.

Saat saya mengajar pada mahasiswa saya, seringkali saya memberi motivasi terhadap mereka untuk terus belajar menulis, pertanyaan yang sering muncul adalah “bagaimana memulai sebuah tulisan” atau “bagaimana cara menulis yang baik” dan “nulis itu susah”.

“Bagaimana memulai sebuah tulisan?”, siapkan sebuah buku (bagi yang belum menguasai komputer) atau satu folder (bagi yang sudah menguasai komputer) tuliskan apa yang ingin kamu tuliskan walaupun itu hanya satu huruf. Masih belum cukup dengan satu huruf buat lagi huruf lainnya kalau masih kurang juga buat beberapa huruf dengan rangkaian kata lalu bila terasa masih belum cukup rangkailah menjadi satu kalimat.
Hargai setiap tulisan yang kita buat, simpan dan buatlah kembali huruf, kata bahkan kalimat lainnya sehingga membentuk suatu paragraf. Jangan pernah menyerah, bila tidak ada ide untuk menulis istirahat sejenak lihat dunia sekitar dan tuangkan apa yang kita lihat dan rasakan.

“Bagaimana cara menulis yang baik?”, tidak akan ada tulisan yang baik bila kita tidak memulai dengan sebuah tulisan. Tulisan yang baik akan berkembang bila kita selalu yakin bahwa kita bisa menulis. Dengan menulis  kita akan semakin belajar untuk menulis yang baik mulai dari EYD, jalan cerita, alur cerita, awal cerita dan akhir cerita. Tanpa memulai suatu tulisan tak akan ada sebuah tulisan yang baik.

“Menulis itu susah”, saya katakan bahwa menulis itu tidak susah yang susah adalah ber-KOMITMEN terhadap diri kita bagaimana kita memulai untuk mau menulis. Tanpa ada komitmen untuk menulis selamanya kita akan mengatakan bahwa menulis itu susah. Jadi susah menulis itu karena diri kita sendiri, karena setiap manusia oleh Tuhan dibekali kemampuan untuk menulis.

Ayo, mulai sekarang kita terus menulis dan berkomitmen terhadap diri kita bahwa kita BISA dan MAMPU menulis dengan menulis memelihara jiwa kita dari pendzoliman selain menjalankan perintah Tuhan yaitu ibadah terhadap sesama manusia.


Semua penulis akan mati, hanya karyanya yang akan terus abadi. Maka tulislah sesuatu yang dapat membahagiakan dirimu di akhirat nanti (Ali bin Abi Thalib).



Keep Writing.....
Cmunguuut....
Didedikasikan untuk Mahasiswa-mahasiswaku di UT KOPJAR Parungpanjang.

Terima kasih untuk para Trainer pada kegiatan Teacher Writing Camp: Wijaya Kusumah (Omjay), Ukim Komaruddin, Dr. Nusa Putra, Rahmat Affandi, Yulef, Manini Pipiet Senja, Satria Darma, Bambang Trim, dan lainnya. Semoga Allah merahmati keikhlasan bapak dan ibu dalam berbagi ilmu pada peserta TWC.