Translate

Rabu, 31 Oktober 2012

KUNIKAHKAN SUAMIKU


KUNIKAHKAN SUAMIKU
Namaku Nur, usiaku 38 tahun, aku guru honor di salah satu sekolah swasta di desaku, suamiku seorang PNS di salah satu dinas pemerintah daerah. Kehidupan kami sekeluarga sangat bahagia. Kami dikaruniai 3 anak dari hasil perkawinan kami, mereka sehat, lucu dan juga pintar, taat pada perintah agama dan juga orang tua. Rumah mungil kami selalu ramai dengan canda tawa dan keriangan mereka.
Aku adalah wanita yang sangat bahagia dengan segala syukur yang selalu kupenuhi dalam hari-hariku karena Allah telah karuniai aku seorang suami yang sangat menyayangi, mencintai dan melindungi kami sekeluarga dengan limpahan dan curahan kasih sayang yang tak pernah luruh walau usia perkawinan kami telah menginjak usia 15 tahun.
Tahun demi tahun dalam usia perkawinan kami praktis tak pernah ada gejolak yang berarti, hanya ada riak-riak kecil yang kadang justru menambah rasa cinta kami karena dengan perbedaan-perbedaan yang ada menambah keyakinan bahwa kami dipersatukan Allah karena kami saling menyayangi.
Rumah kami yang mungil di salah satu perumahan tingkat menengah dapat kami tata bersama dengan sentuhan kasih terindah karena kami mengharapkan anak-anak kami tumbuh dengan baik di lingkungan yang baik pula.
Anugerah terindah kami dapat selalu bersama dalam semua suka dan duka yang kami jalani dari awal kami menikah, sesulit apapun permasalahan yang kami hadapi dengan kebersamaan kami dapat menyelesaikannya tanpa ada yang harus tersakiti.
Soneta Pagi Yang Indah
“Pagi sayang..” setiap pagi suamiku selalu menyapa dengan kata-kata terindah bila memanggilku lalu kecupan termanis selalu ia suguhkan untukku bila pagi menyambut kami. “Pagi juga cinta..” aku selalu membalas dengan kata termanis sebagai ungkapan rasa cinta pada suamiku yang membuatku selalu merasa paling ia cintai. Lalu aku peluk dengan kasih yang seakan tak terhenti walau waktu terasa merambah dihadapan kami.
“Cinta…kopi kasihku telah aku siapkan dimeja dan emmmm…nasi goreng bertabur pesona asmaraku telah aku suguhkan untuk cintaku yang tak akan lekang karena waktu” aku selalu siap memberi yang terbaik untuk suami terkasih, “Terima kasih , yang..” Jawab suamiku.
Kami duduk bersama untuk sarapan pagi sebelum semuanya berangkat untuk beraktifitas. Canda, tawa, rasa kebersamaan kami selalu kami awali di pagi hari, karena setelah itu kami akan melakukan tugas kami masing-masing, kami akan bersama lagi setelah seharian beraktifitas dan berkumpul kembali pada sore harinya.
Lakon di Sekolahku
“Assalamu’alaikum, bu,,” sapaku pada teman-teman sejawatku di SLB tempat aku mengajar, “Wa’alaikumussalam bu Nur..” Jawab teman-temanku, “ Wah, bu Nur pagi ini bawa apa ya?” tanya bu Tati, “Ehm.. bu Tati paling cepet deh kalau soal makanan, bu Eva berkomentar, “Alaaaah, jangan sok imut deh…tadi aja sebelum bu Nur datang sudah pada nanya-nanya semua”, Pak Agus ikutan unjuk bicara, “Nunggu-nunggu apa Pak Agus?” tanyaku pura-pura tidak tahu apa yang mereka bicarakan, “Itu tuh bu…kita semua pada nunggu ibu pagi ini bawa makanan apa untuk kita semua, maklum dari rumah ngga pada makan, hehehe…” bu Yuli ikutan ngomong. “Ooh, itu…nih aku bawa bakwan dengan nuansa pelangi”, candaku.
Itulah suasana pagi yang selalu ku rindukan di SLB “Pelangi Nusantara” tempat aku dan teman-teman mengabdi. Walau gaji yang kami dapat tidak besar sebagai guru honorer tapi kami sangat menikmati kebersamaan kami yang tak dapat kami nilai dari jumlah rupiah yang kami dapat.
Semua yang ada di SLB Pelangi Nusantara adalah kebahagiaan bagi kami, anak-anak yang kami didik selalu memberikan cerita yang semakin hari makin bervariasi, tiada jenuh di hati kami karena kami melakukannya dengan keikhlasan.
Begitu banyak anak-anak yang belum tersentuh untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan pelayanan yang harus kami berikan pada mereka, walau dengan keterbatasan alat belajar yang kami miliki tetapi kami tetap semangat untuk terus berkarya dengan banyak memodifikasi alat bantu belajar yang ada di lingkungan kami. Serta dengan banyaknya dukungan dari kepala SLB Pelangi Nusantara yaitu Pak Sidiq, sungguh suatu motivasi tersendiri bagi kami guru-guru di SLB Pelangi Nusantara.
Kami berharap dapat memberikan yang terbaik bagi anak-anak didik yang ada di sekolah kami, walau sekolah kami sekolah yang sangat sederhana di kota kecil, namun kami terus berusaha agar sekolah kami ini dapat terdengar gaungnya dengan pengabdian yang kami curahkan pada SLB Pelangi Nusantara.
Hari mulai beranjak ke sore hari, jam dinding sekolah kami telah menunjukan pukul 15.00 setelah semua persiapan untuk esok hari telah kami selesaikan dan akhirnya kami harus kembali ke rumah masing-masing.
“Bu Nur pulang bareng gak ?” ajak Bu Ihat yang memang rumah kami satu arah, jadi sah saja kalau Bu Ihat ikutan numpang di sepeda motorku yang belum lunas kreditannya (hehehhe emang baru bisa kredit). “Eh ini Bu Ihat tiap hari kerjaannya numpang mulu ke Bu Nur, kalau ngojek sudah berapa tuh?” canda Pak Agus, “ye… begitu tuh kalau orang iri, iri kan tanda tak mampu…” langsung saja Bu Ihat menyambar secepat kilat, “Ehmm ini berdua setiap hari saling ledek terus, entar lama kelamaan jadi saling jatuh cinta nih…” candaku, “idiiih… amit-amit deh mau sama Pak Agus, terus dijadikan istri kedua gitu ? entar dulu deh, lebih baik ngejomblo seumur-umur kalau jadi istri kedua sih…”
Tiba-tiba Pak Sidiq datang. “Sudah mau pulang bapak dan ibu ?” dengan hormat dan seperti dikomando kami menjawab bersama-sama sambil malu-malu karena ketahuan kerjaannya guyon terus. “Iya Pak…. kami pamit.” Dan kamipun memberi salam pada Pak Sidiq Kepala Sekolah yang sangat kami cintai karena selalu welas-asih pada anak-anak dan kami guru di sekolah ini.
Mendung Mulai Menggelayut
Tak ada yang berbeda dari pelayanan suamiku padaku maupun anak-anak. Selalu terasa indah menemani hari-hari yang kami lalui. Hingga aku selalu merasa menjadi orang yang paling disayang, dipuja dan dimanja oleh suamiku, sampai pada akhirnya…
Hari minggu adalah hari dimana kami sekeluarga biasanya berkumpul bersama ,bercerita, berdiskusi kecil, dan canda riang selalu mengiringi kebersamaan kami, tetapi… pada hari minggu ini, Bang Ago suamiku ada tugas kedinasan sampai dengan beberapa hari, sehingga kami sekeluarga berkumpul minus suamiku.
“Bu… kayaknya ada suara mobil berhenti depan rumah.” Emmi anakku yang pertama memecah keheningan kami (Emmi Ayudia Nur Turanggo, anakku yang pertama kelas IX anak yang baik, cantik, dan banyak prestasi yang telah dia raih, anakku yang kedua Yulia Ananda Nur Turanggo kelas VII dengan bakat yang ia miliki, sudah banyak berbagai kejuaraan menyanyi di kota kami telah ia raih, dan si bungsu Farhan Aditya Nur Turanggo jagoanku yang paling gemar menggambar dan melukis karyanya telah banyak diakui berbagai lomba menggambar dan melukis di berbagai tempat, padahal dia baru kelas 5 SD).
“Assalamua;laikum…” terdengar suara salam dari luar . “Kak Indah… tumben dateng gak telpon dulu, aku kan bisa masak makanan kesukaan kakak dan abang.” Peluk cium dan jabatan hangat dariku membuka pembicaraan kami. “Om, Tante kok berdua aja sih ? Kak Ermi gak diajak?”, tanya Emmi “Kak Ermi nggak bisa ikut karena besok ada ujian di kampusnya, Kak Ermi juga titip salam buat Emmi, Yulia dan Dek Farhan” jawab Kak Indah.
“Oh… iya, Om Nasrul mau ajak kalian jalan-jalan, iya kan bang?” Kakakku selalu berusaha menyenangkan keponakannya, “Asyik… kemana nih om kita jalan-jalannya?” Tanya Yulia yang paling suka kalau Bang Nasrul ngajak jalan-jalan. “Ke tempat biasa kita kumpul-kumpul, oke nggak ?” Bang Nasrul langsung memboyong anak-anak untuk jalan-jalan bersama. “Hore….” teriak anak-anakku gembira (aku sempat terheran-heran, kok tumben aku dan Kak Indah nggak ikutan ya?… tetapi hanya dalam benakku saja).
“Nur, aku tak pernah ingin mencampuri urusan rumah tanggamu.” Kak Indah membuka pembicaraan denganku, dia adalah kakakku satu-satunya karena kami hanya dua bersaudara lain ibu (Ibu Kak Indah telah meninggal). “Memangnya kenapa kak? Ada apakah ?” tanyaku, dan dahiku mengkerut menahan tanya. “Aku juga tidak tahu pasti Nur, karena ini juga baru asumsiku, mungkin salah.” Kakakku menyambung kalimatnya. “Sudahlah kak jangan pakai asumsi-asumsi segala kakak kan tahu aku paling gak suka ngomong yang berbelit-belit, lagian aku kan orang yang paling siap dengerin apapun”
“Bang Nasrul meminta kakak untuk ngomong langsung sama Nur tentang suamimu Ago” Kak Indah menatapku dengan lekat. “Ada apa dengan Bang Ago kak ?” tanyaku penuh dengan kegalauan. “Sebenarnya sudah lama kami tahu, tapi bang Nasrul belum bisa memastikan jika permasalahannya belum sejelas ini, hampir satu tahun ini kami berusaha menutupi apa yang kami ketahui tentang suamimu Nur.” Kak Indah berusaha menjelaskannya dengan hati-hati padaku, aku terus mendengarkan dan menyimak dengan baik apa yang Kak Indah jelaskan.
“Nur… suamimu sepertinya ada wanita idaman lain dalam kehidupan rumah tanggamu..” Kak Indah berusaha menjelaskan dengan hati-hati padaku, andai aku bisa melukiskan perasaanku pada saat itu saat Kak Indah mengucapkan kata WIL (Wanita Idaman Lain) sungguh ya Allah aku tak dapat melukiskan dengan kata-kata perasaanku ini. Aku berusaha tegar dan ingin lebih memastikan apa yang Kak Indah paparkan, tetapi bila informasi itu datang dari kakakku, aku sangat meyakini sekali akan kebeneran berita itu karena aku tahu siapa kakakku ini dia orang yang paling hati-hati dan dia sangat menjunjung tinggi akan kebenaran dan kejujuran dari setiap kata yang dia ucapkan.
“Kak, bila itu benar adanya, apa yang harus ku lakukan ?” isak tangis dan tetesan air mata mulai merambahi pipiku, Kak Indah memelukku dengan erat, aku merasakan rasa yang sama dari pelukan Kak Indah. “Nur Adikku tersayang… kakak yakin kamu dapat menghadapi masalah ini dengan baik, kita pikirkan dengan hati yang ikhlas dan sabar yakin Allah akan bentu jalan keluarnya karena ini semua semata-mata ujian dari Allah untuk kamu Nur..”
Doa untuk Kekasih tercinta
Ya Rabb… aku adalah insanmu yang lemah, aku sadar banyak sekali dosa-dosaku padamu ya Rabb… kuserahkan diriku padamu sepenuhnya dengan semua cobaan yang Kau berikan padaku, jadikan aku orang yang sabar dan ikhlas untuk menerima semua cobaanMu, karena tanpa bimbingan dariMu aku bukan apa-apa, tuntunlah aku agar tetap di jalanMu, yang Kau pilihkan untuk orang-orang sebelumku jalan yang lurus dan atas RidhoMu, serta bimbinglah Bang Ago untuk tetap berada di jalanMu agar dia tetap menjalankan semua perintahMu dan menjauhi segala laranganMu, Ya Rabb…. aku serahkan semua permasalahanku padaMu karena hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untukku dan suamiku, ku serahkan suamiku padaMu karena dialah MilikMu, apapun yang terbaik untuk suamiku adalah jalan terbaik yang Engkau pilihkan untuk dia dan aku yakin akan kebenaran semuanya, karena hanya itu ya Allah… aku berserah diri padaMu karena akaupun milikMu seutuhnya, hanya kepadaMu lah sebaik-baiknya kembali, Amiin…
Ku tempuh Perjalanan untuk temui Kasihku
Ku bawa mobil Nissan Juke merah kakakku dengan hati yang mulai damai karena aku yakin Allah bersamaku, kubawa mobil Nisaan juke ini sendiri…ya sendiri, ku tempuh perjalanan untuk temui kasihku, kadang ada titik air mata tapi cepat kuusap sendiri..ya sendiri…
Tak sulit mencari alamat rumah Romlah teman dekatku sekaligus calon istri dari suamiku. Ku genggam erat hatiku agar aku mampu hadapi semuanya.
Kutatap teduh orang-orang disekitarku yang tampaknya terkejut dan terheran-heran melihat kehadiranku (istri dari calon suami Romlah). Aku menyapa mereka dengan hangat, aku tanyakan dengan ketenangan bahwa aku ingin menemui Romlah. Orang-orang mulai ketakutan karena mengkhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan kehadiranku yang mereka tidak menduga sebelumnya.
Akhirnya aku dapat menemui Romlah dengan menyakinkan orang tua dan saudaranya bahwa aku datang tidak dengan maksud tak baik tetapi aku hanya ingin bicara langsung dengan Romlah.
“Nur…maafkan aku..apapun yang akan kamu lakukan untukku aku akan terima tetapi aku mohon jangan kau batalkan pernikahanku ini..”. Isak Romlah dengan permohonannya dan dia berusaha untuk memelukku tapi aku tak bergeming, aku diam membisu, ku hela nafasku dengan tetap terdiam, aku berusaha menekan rasa sakitku dan berusaha menyusun kata-kataku.
“Apakah kamu mencintai bang Ago, Rom?”. Tanyakan dengan masih tak bergerak tanpa tangisan. Romlah semakin erat memelukku. “Maafkan aku, Nur…”. Romlah masih dengan tangisannya (mungkin tangisan bahagia, entahlah…). “Kata-kata maaf darimu tak akan bisa merubah apapun, Rom. Aku hanya mau tanya sama kamu, apakah kamu mencintai suamiku?”. Nadaku mulai meninggi tapi aku masih bisa menjaga hatiku untuk tidak berbuat macam-macam. “Nur..aku memang sangat mencintai bang Ago tetapi bang Ago yang memaksa aku untuk menikah dengannya dan…….”. Belum selesai Romlah menuntaskan kalimatnya aku sudah tak mau dengar lagi kalimat kebohongan dan memojokkan lainnya tentang hubungan mereka. “Cukup!…tidak usah berkelit dan mencari kalimat pembenaran lainnya tentang hubungan kalian, mana bang Ago aku mau bicara dengan suamiku”, pintaku pada Romlah ( duuh…Ya latif, Duhai Yang Maha Lembut aku meminta suamiku sendiri pada orang yang akan menjadi istrinya bang Ago, sungguh pemandangan yang sangat menyakitkan tapi Allah Maha Baik memberi aku kekuatan untuk melakukan ini semua).
Tak lama kemudian bang Ago masuk ke dalam ruangan yang akan menjadi malam pengantin mereka dengan nuansa ungu, warna kesukaan Romlah temanku dan taburan bunga mawar merah bunga kesukaan suamiku. Harum bunga semerbak merembah disekitar kamar untuk malam pertama mereka (walau dari tadi aku berada di kamar ini aku tak dapat merasakan apapun hanya hati yang mulai galau menyelimutiku tapi aku tetap berusaha selalu menyebut namaMu…Ya Robb, tetaplah bersamaku).
“Nur, maafkan aku..apapun yang akan kamu lakukan untukku aku akan terima karena semua ini adalah kesalahanku..”. Terdengar lirih suamiku menyusun kalimat yang sama seperti seperti yang Romlah katakan padaku, bang Ago memelukku erat dan aku tak bergeming…aku membisu. Ku hela nafasku dengan tetap terdiam dan aku berusaha menyusun kata-kataku (sama seperti yang aku lakukan terhadap Romlah).
“Bang…aku sadar aku memang tidak sempurna tapi aku yakin bahwa kesempurnaan hanya milik Allah semata, aku hanya bisa memasrahkan semuanya pada Allah, abang sudah memilih jalan abang sendiri, aku yakin bila itu semuanya yang terbaik untuk abang, pasti Allah akan memudahkannya..” kuusap lembut pipinya, tetes air mata mulai mengalir dari pipi suamiku yang lembut dan hangat yang selalu kubelai saat-saat kami berdua ; (Duuuh…seakan aku ingin katakan, Ya Robb..kembalikan suamiku padaku tapi tak pernah kuucapkan. aku teramat mencintai dan menyayanginya tak sanggup aku menyakiti orang yang amat ku sayang dan ku cintai jadi biarkan hati ini luka bila ternyata lukaku membuat dia bahagia).
Kunikahkan Suamiku
Duhai sang waktu yang terus merambah disisiku..
Bawa serta aku dalam petualangan harimu..
Dalam arungi nafas kehidupan yang membawa aku dalam dunia yang berbeda..
Untuk kuselami sehingga aku dapat memahami dan mengerti teka-teki yang selalu kau berikan pada perjalanan waktumu..
Denganmu aku dapat terus bersama dan menikmati perjalanan waktumu….
Aku duduk dengan anggun disamping suamiku dan disisi lain dari suamiku ada Romlah calon istri dari suamiku sekaligus teman dekatku. Aku terus ikuti semua prosesi pernikahan suamiku dan Romlah, sampai akhirnya ijab kabul tiba…
“Saya terima nikahnya dan kawinnya Romlah binti Haji Hasan dengan Mas Kawin Rp 1.487.500,- dibayar tunai… (mas kawin yang sangat indah karena itu semua mempunyai makna tanggal, bulan dan tahun lahir Romlah dan tahun pertama kali mereka merajut kasih). Aku hanya terdiam dan terus berdoa dihatiku.
Ya Robb..jadikan aku yang terbaik disisiMu, karena aku tak mengharapkan yang terbaik disisi suamiku karena ada sisi yang lain disamping suamiku.
Aku adalah pemenang disampingmu ya Robb..karena Engkau telah bimbing aku pada jalanMu sehingga aku dapat ikhlas dan sabar menerima semuanya. Aku terima istri dari suamiku dengan keikhlasan dan kesabaran karena tanpa itu semua aku akan menjadi orang yang paling merugi dan bila aku harus membenci aku hanya akan mengotori hatiku. Aku ingin menjadi orang yang selamat dunia dan akhiratMu. Karena Allah menjanjikan surgaNya bagi orang-orang yang selalu ikhlas dan sabar serta selalu berada dijalanNya.
Puisi Cinta untuk Kasih
Simpati terus berdatangan padaku banyak yang berusaha menghiburku tapi aku katakan pada mereka aku telah lebih dulu tenang menghadapi semuanya karena aku telah Allah pilih menjadi wanita teruji dihadapanNya.
Kehidupanku sudah tak sama seperti puisi cinta kami…
Kasih…
Lekatkan aku dalam tali asmaramu…
Membidik cinta…
Merajut asa…
Kasih…
Belaimu memanjakanku..
Merengkuh damai dalam asa cinta..
Berdua kita meniti waktu…
Kasih…
Cintaku merajah jiwa…
Sampaikan, bahwa kita tetap satu…
Parungpanjang, 27 Desember 2007
Kenangan saat aku menemukanmu dengan kekasih hatimu.

ARTI PAHLAWAN BUATKU



ARTI PAHLAWAN BUATKU
Saat aku kecil, abah (panggilan pada seorang ayah) sering kali bercerita tentang pejuang-pejuang yang membela negara Indonesia. Dia bercerita dengan penuh ekspresi dan aku pasti terpana bila abah sudah mulai bercerita. Begitu pula saat dia bercerita sewaktu zaman perjuangan (abah adalah seorang tentara pada zaman perjuangan terakhir pangkat abah adalah Sersan Mayor) saat dia ikut bergerilya dengan Jendral Besar Soedirman dahulu. Abah menceritakan saat-saat di hutan mereka harus bisa makan yang ada di dalam hutan. Abah menceritakan saat peluru-peluru musuh berdesing dan banyak dari rekan-rekan perjuangannya yang gugur di medan perang. Dan abah seringkali menyebutkan kata “Pahlawan” pada teman-temannya yang gugur di medan perang untuk membela negara Indonesia.
Abah menguraikan bahwa, teman abah yang gugur di medan perang membela negara Indonesia adalah seorang “Pahlawan” karena dia sudah mengorbankan jiwa dan raganya pada negara ini. Lalu aku bertanya pada abah, saat ini negara Indonesia sudah MERDEKA jadi aku tidak bisa menjadi seorang “Pahlawan untuk negara Indonesia karena aku tidak ikut berperang melawan musuh bangsa Indonesia”.
Abah tersenyum…dan dia mengatakan bahwa “Siapapun bisa menjadi seorang Pahlawan”, aku mulai bingung, tidak paham dengan penjelasan abah. Lalu abah kembali menjelaskan bahwa, aku bisa menjadi seorang pahlawan karena Pahlawan itu ada disetiap jiwa seseorang yang berani menentang kebathilan dan kemunkaran. Aku semakin tidak paham, lalu abah menjelaskannya kembali. Setiap darah, keringat serta fikiran kita adalah “Pahlawan” bila kita selalu berada dijalan yang benar. Aku hanya terdiam dan abah memahami bila aku masih belum paham, lalu tanpa merasa lelah dia kembali menjelaskannya padaku. “Pahlawan” adalah seseorang yang berguna bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya, agamanya juga negaranya bahkan dunia. Aku tersenyum tapi abah memahami bahwa aku masih belum paham benar. Lalu abah melanjutkan kembali penjelasannya ; Kamu adalah “Pahlawan” bagi dirimu dan abah ketika kamu mengatakan tidak saat kamu akan berbuat tidak baik, misalkan ; membolos, menentang guru dan peraturan sekolah, tidak belajar serta merusak lingkungan.
“Pahlawan” itu ada didiri kamu, ada dalam darah kamu, ada dalam fikiran kamu, ada dalam keringat kamu dan ada dalam setiap hembusan nafasmu.
“Pahlawan” itu adalah orang yang memberi manfaat pada semua orang-orang. Melalui fikiran, tenaga, harta dan hatinya.
Aku tersenyum dengan lebar dan aku mengatakan, “Abah..aku ingin jadi “Pahlawan” untukku, untuk abah dan emak, untuk saudara-saudaraku, untuk teman-temanku, untuk guru-guruku untuk semuanya. Abah tersenyum padaku, dan dia mengatakan ; Abah yakin kamu akan selalu menjadi “Pahlawan”.
Saat dewasa aku semakin memahami arti “Pahlawan”, sungguh penjelasan abah adalah kekuatan untukku agar menjadi orang yang bermanfaat untuk semua.
Tentang “Pahlawan untuk Indonesia”
Aku menjadi Nominator 23 dari sekian banyak Nominator lainnya di MNCTV dalam acara “Pahlawan untuk Indonesia”, walaupun aku tidak masuk dalam Nominator 10 tapi aku tetap yakin bahwa “Aku Pahlawan bagi diriku, keluargaku juga anak-anak didikku yang ada di SLB Ayahbunda” karena aku memberi manfaat kepada mereka dengan memberikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus bagi mereka.
Terima kasih buat MNCTV atas pemilihannya terhadapku, semoga aku tetap menjadi “Pahlawan bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Catatan Penulis :
Terimakasih abah dan emak, aku yakin kalian bangga dengan anakmu, semoga Allah menempatkan surga untuk emak dan abah (Mengenang wafatnya abah 13 tahun lalu dan emak 1 tahun lalu)

I’M HAPPY TO BE A SECOND WIFE’S




I’M HAPPY TO BE A SECOND WIFE’S
Pagi ini ku awali dengan langkah yang pasti, bahwa aku harus mengambil keputusan yang telah lama aku pertimbangkan untuk menyusun masa depanku, walaupun aku tahu mungkin sakit yang akan aku rasakan diawal keputusanku ini.
"Kamu sudah yakin dengan semua keputusanmu, Tya?"... "Aku sangat yakin sekali, Bab.."
Sesaat anganku melayang pada hari-hari yang telah lalu....
Aku adalah gadis yang sangat bahagia dan gadis kampus di perguruan tinggi ternama, orang-orang sering memanggilku si centil yang manis, energik, cerdas dan senyum selalu terukir indah dibibirku yang katanya seksi.
Ehmmm... sok pasti semua orang mengatakan aku gadis yang sangat beruntung karena selain aku cerdas, aku juga supel dalam pergaulan dan banyak kemampuan yang tak banyak dimiliki semua orang.
Tahun-tahun ku lalui dengan segala kebahagiaan yang sangat ku nikmati, dan tak ada kesulitan yang berarti dalam hidupku. Semua sesuai dengan alur yang ada..(very normal).. dan akhirnya akupun memutuskan menikah dengan pria pilihanku.
Ku mulai pernikahan ini dengan angan tentang kebahagiaan sebuah mahligai rumah tangga yang sangat ku impikan, bahwa aku akan disayang, dilindungi, dihargai, dimanja..Indahnya anganku membuat hari-hari pernikahanku menjadi hari yang teramat indah bagiku.
Sungguh aku tak pernah membayangkan tiga hari setelah aku lalui pernikahanku itu adalah awal aku mengenal dunia yang berbeda dari masaku saat sebelum menikah.
Tuhan...aku tak menemukan apa arti dari sebuah pernikahan yang selama ini ku angankan, yang ku temukan hanya pengkhianatan-pengkhianatan hari demi hari yang aku lalui bersamanya selama beberapa tahun.
Ku coba terus bertahan dalam situasi yang membuatku semakin tak memiliki arti dalam kehidupan pernikahanku, tapi aku tak mau terus terpuruk dalam kepedihan ini, aku coba bangkit sendiri dengan sisa kekuatan yang ku miliki.
Aku mulai sibuk dengan semua pekerjaanku, prestasi demi prestasi aku raih yang akhirnya aku dapat melupakan semua kekecewaanku dengan keadaan pernikahanku.
Dunia telah terbuka untukku, aku mulai lelah dengan semua penyiksaan yang dia lakukan padaku. Fisikku telah jenuh dengan semua pukulannya. Jiwaku menggeliat dengan semua hinaannya, asaku telah hilang dengan semua pengkhianatannya, kini aku ingin melangkah sendiri....
"Tya..." Baby menggoyangkan bahuku, "ya,...jawabku, "sudahlah...bila kamu sudah ambil keputusan seperti ini, aku yakin itu yang terbaik untuk kamu, aku sudah kenal kamu cukup lama, jadi saatnya kini kamu semakin meyakinkan diri kamu bahwa kamu mampu menyelesaikan semuanya dan aku pun sangat yakin bahwa kamu pasti dapat melalui ini semua dengan baik...".
"Thanks, Baby...aku besok ke Pengadilan Agama, keputusanku sudah mantap...aku sudah siapkan semuanya, tapi...kamu mau kan bantu aku?",  kataku pada Baby sahabatku yang selama ini selalu dengan setia mendampingiku dalam suka dan duka. "Don,t worry, Sweety...aku tidak akan membiarkanmu larut dalam dukamu, trust me, oke?".. .

*AFTER ONE YEAR *
Banyak yang telah ku raih dan terselesaikan dalam beberapa tahun ini setelah kesendirianku, aku kembali dengan keceriaanku, masa depanku lebih indah walau tanpa dia.
Aku hidup dalam situasi yang aku angankan saling menghargai, melindungi, menyayangi, mengasihi tidak dengan sebentuk pernikahan memang tapi dengan anak-anak yang membutuhkanku.
Anak-anak  jalanan, mereka lebih membutuhkan aku. Ku nikmati kebersamaan dengan mereka. Hari-hari yang ku nikmati bersama mereka membuat aku dapat melupakn kepahitan yang pernah ku alami.
Kasih sayang yang ku berikan adalah amanah terindah dari Tuhan agar aku dapat lebih bermakna dalam hidup ini, aku tahu ini adalah rencana terindah yang Tuhan suguhkan untukku.
Tiba-tiba aku kangen sekali dengan Baby sahabat karibku yang sekarang tempat tinggal kami berjauhan. Baby saat ini ada di  London bersama keluarga, karena suaminya di tugaskan kesana.
“Hello, Bab…How are you?” kataku lewat hpku, “hai…baik buangeet..kemana aja kok baru telpon sih, Sweety? I miss you..” kata Baby dan dia selalu memanggilku sweety  sejak  kami sama-sama satu perguruan tinggi dulu.
“Gile…aku juga kuangeeen buangeeet..tapi gimana I’m very busy nih..” kataku. “Eh..gimana sekarang kamu sudah punya someone lagi nggak?”, tanya Baby, “Belum tuuh..” Jawabku. “Cariin dong bule…siapa tahu bule mau ama janda made in Indonesia, hehehe…” candaku.
“Wow..janda keren kayak kamu ngga akan sulit dapat gantinya, tapi emang kamunya aja yang ngga mau buka hatimu untuk yang lain..dunia ini luas, say…ayo, wake up, Sweety…” Baby coba bangkitkan aku dari tidur panjang, “Are you sure?” aku mencoba yakinkan Baby..”of course..I am sure..”, baby kembali yakinkan aku seperti dulu. Itulah sahabatku tak pernah lelah untuk mendampingiku dalam suka dan dukaku.
“Okey, Baby…sudah dulu ya, say..Insyallah lain waktu kita sambung lagi, salam buat your family”..kataku. “Okey..aku tunggu kabarmu lain waktu see you, nye…”. Baby mengakhiri percakapan kami.
Tiba-tiba ada SMS masuk ke Hpku “I miss you better than everything, I love you better than anything, I believe you forever”. Ach..so sweet, membuat perasaanku makin melambung ke nirwana, dan ku balas ; “Dear..Don’t make me hope to much , because I know my position”.
Mas Satrio akhirnya menelponku, “Sayang…apa kabar?”. “Baik, mas..”. Jawabku singkat. “Sayang..mas mesti ngomong apalagi untuk meyakinkan Tya bila mas selama ini menyayangi Tya”. Mas Satrio mulai untuk lebih meyakinkanku lagi bila aku mulai ragu akan semua kata-kata yang dia paparkan untuk ungkapkan semua rasa yang terus sesak didadanya yang bidang, yang sering membuatku berharap untuk bersandar dan rengkuhan hangat dari jari jemari tangannya yang kokoh meraih bahuku yang mungil dan merentas dalam kesendirian.
“Mas..tolong beri waktu Tya untuk berfikir bahwa apa yang terjadi pada kita adalah bukan suatu kesalahan karena ini semua banyak melibatkan pihak lain terutama keluarga mas Satrio sendiri”, kilahku. “Oke sayang..perlu berapa banyak waktu yang mesti mas nanti untuk dapat jawaban yang pasti dari Tya?...”, Mas satrio menuntut jawaban dariku. “Biarkan waktu yang menjawabnya dan kita serahkan semuanya pada Tuhan”. Aku mengakhiri pembicaraan kami.
*ALL ABOUT ME*
Ku jalani kehidupan yang indah dengan tetap bersama kesendirian dan mas Satrio tetap menemaniku dengan setia. Mas Satrio adalah sosok pria yang ideal bagiku, dia pria yang selama ini aku idam-idamkan, dia banyak membimbing karirku, memotifasi semua ide-ideku, mengarahkan aku bila aku mulai keluar alur, melindungiku dengan segala kehangatan senyumnya, mengayomiku dan dia berikan apa yang aku butuhkan.
Gelar  S2 telah ku raih dan karirku semakin baik, semua atas Rahmat Tuhan yang selalu mencintaiku dan memudahkan  setiap  jalanku, juga mas Satrio yang banyak membantu aku hingga aku sesukses ini.
Banyak yang menginginkan aku untuk dapat tempat dihatiku, tapi tak ada ruang yang lain di hati ini selain mas Satrio yang selalu menemani kesendirianku, aku bahagia bersamanya walau aku masih belum terikat pernikahan dengan mas Satrio.
Tibalah waktunya kami berdua harus menuntaskan semua paparan hidup  yang kami jalani  selama ini. Mas satrio terus mendesakku untuk segera menikah dengannya.
Banyak yang mas satrio kagumi dari aku, aku pernah mengatakan padanya bahwa aku tak ingin mas Satrio untuk meninggalkan istri pertamanya dan juga anak-anaknya. Aku mencintai dan menyayangi mas Satrio karena memang Tuhan menggariskan aku harus bertemu dengan dia dan akhirnya kami saling mencintai.
Setelah tahun-tahun kami lalui bersama dan dengan status aku adalah WIL (Wanita Idaman Lain), aku dan mas Satrio harus mengakhiri ini semua. Aku harus beri jawaban yang pasti pada mas Satrio tentang kelanjutan hubungan kami ini.
*MARRY ME?*
Aku menikah dengan mas Satrio tanpa sepengetahuan istri pertamanya. Aku dan mas Satrio berkomitmen untuk merahasiakan pernikahan kami. Kami berusaha agar pernikahan kami tidak diketahui oleh pihak lain, mengingat posisi mas Satrio dan aku di kantor kami.
Aku memang istrinya dan bukan simpanannya walau aku istri kedua tapi aku bangga pada suamiku mas Satrio karena dia suami yang sangat bertanggung jawab, aku tak pernah menuntut dia untuk memberikan waktu yang sama dengan istri pertamanya. Kapanpun mas Satrio ada waktu aku kan siap berada di sampingnya, dan akupun tak menuntut apapun pada suamiku karena yang dia beri padaku lebih dari yang kuinginkan.
Suamiku beri semua kebutuhanku akan kasih sayang, dicintai, perlindungan, dihargai, aku tak menuntut materi pada mas Satrio karena bukan itu yang aku cari dari dia, tetapi penghargaan akan arti sebuah pernikahan yang selama ini ada dalam anganku dan arti dari sebuah mahligai rumah tangga. Ya…itu aku dapatkan semua dari mas Satrio.
Sejujurnya aku tak ingin menyakiti perasaan istri pertamanya, tapi semua ini kami lakukan karena aku dan mas Satrio tak ingin berbuat zina karena Tuhan membenci umatnya yang berbuat zina, seperti mas Satrio pernah mengutip salah satu ayat dalam Al-quran :
“Dan janganlah kamu mendekati zina ; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. An-Nur : 23).
Aku bersyukur mendapatkan suami yang soleh, aku mengaguminya seperti diapun mengagumiku. Aku beri cintaku padanya dan aku jalani hidupku dengan tak sendiri lagi. Disampingku ada suami yang menyayangiku.
Ada yang harus difikirkan tentang keadaan kami selanjutnya. Mungkin suatu waktu entah kapan akhirnya istri pertama dan anak-anak mas Satrio harus mengetahui posisiku dan tentunya anak-anak mas Satrio dari hasil pernikahan denganku.
Aku hanya bisa berharap pada suamiku bahwa ketika istri pertamanya tahu posisiku tak ada sinar kebencian dihatinya, akupun berharap kami bisa saling menyayangi dan aku selalu berharap kami bisa saling memahami serta tak ada perceraian antara aku maupun istri pertamanya.
Suami kami adalah miliki Tuhan, biarkan tangan-tangan-Nya yang bekerja dan memberi jalan yang terbaik untuk kami. Semoga tak ada yang menghujat aku dengan posisi istri kedua karena aku bukan perebut suami orang itu yang biasa aku dengar tentang posisi istri kedua atau istri-istri yang kesekian.
Biarkan aku jalani ini semua karena Tuhan pun menjelaskan dalam Al-Quran :
“…………….., maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga, atau empat……” (QS. An-Nissa : 3). 
*I’M HAPPY TO BE A SECOND WIFE’S*
“Tya..aku harus akui kamu adalah sahabatku yang paling aku sayangi, tapi apakah kamu tidak salah untuk memilih jadi istri kedua? Apa tidak ada laki-laki lain yang sendiri yang menginginkanmu? Apa kamu sudah dibutakan oleh cinta? Apa kamu tidak akan disakiti lagi seperti pernikahan pertamamu? Apa orang-orang tidak akan menghujatmu sebagai perempuan perebut suami orang? Apa kamu tidak khawatir laki-laki itu akan meninggalkanmu?”. Berbagai pertanyaan menghujamku dari sahabatku, Baby tak beri aku peluang untuk membela diri.
“Sudah selesai ngomongnya? Boleh aku yang ngomong sekarang?” pintaku. “Oke, silahkan!!”…. Baby mempersilahkan aku untuk membela diri. Aku menghela  nafas panjang….”hhhhhhhh…Baby, Tuhan telah beri aku banyak kenikmatan yang sampai saat ini sangat aku syukuri”…, aku mulai mengawali pembicaraanku. Aku tahu Baby memang paling menentang dengan yang namanya poligami…”Tapi aku juga menyadari bahwa aku hanya umatNya yang pasti banyak berbuat kesalahan disisi-Nya, tapi apakah dengan menjadi istri kedua adalah sebuah kesalahan?”. Tanyaku…
“Bullshit...”. Baby menjawab dengan nada kesal, aku masih melanjutkan pembelaanku, “I’m sorry, Baby…bila itu membuatmu kecewa… setiap wanita menginginkan menjadi istri pertama, begitu juga dengan aku. Tapi bila Tuhan sudah menggariskan aku dapat posisi istri kedua, apakah aku telah berbuat nista?...no, Baby..aku coba memahaminya bahwa aku tetap diberi posisi terhormat disisi Tuhan, karena aku menjalaninya dengan ikhlas dan aku selalu berdoa bahwa aku tak pernah minta posisi apapun pada Tuhan yang aku minta adalah seorang suami yang dapat menghargaiku dalam suatu ikatan rumah tangga dan aku dapatkan itu semua dari mas Satrio suamiku, walau dihadapan manusia yang lainnya posisiku tak terhormat tapi aku yakin disisi Tuhan, aku terhormat..”. Aku mencoba menjelaskan pada Baby tentang keputusanku.   
Sepertinya amarah Baby mulai menurun, lalu dia memelukku dengan erat. “Tya..aku kadang tak memahami pola fikirmu tapi aku selalu meyakini bahwa Tuhan memang telah memilih kamu sebagai wanita yang dapat menjalani semua cobaan-Nya dengan baik, aku hanya ingin kejujuran darimu, bagaimana perasaanmu saat ini dengan menjadi istri kedua mas Satrio?”..Tanya baby dengan semua kegalauan dibenaknya dan itu dapat kurasakan.
“Bab…I’m Happy to be a second wife’s, dan aku bersyukur Tuhan beri posisi ini padaku karena Tuhan telah beri aku anugerah terindah dalam hidupku memiliki suami yang menghormati, menyayangi, dan melindungiku. Mas Satrio adalah pilihan Tuhan yang terbaik untukku dan anak-anak kami”…. Jawabku dengan lugas dan jelas.
Baby semakin erat memelukku dan tangis mulai terdengar lirih dipelukanku. “Sweety..I hope someday I can see you that you’re really happy to be a second wife’s, someday sweety…”. Pernyataan yang menuntutku dari Baby sahabat yang selalu menyayangiku.
“Oke, dear..I will prove that, I’m happy to be a second wife’s..today, tomorrow and until God gives me enough time to prove all…”.

Parungpanjang, 30 Desember 2007
For My Children   : Adinda Fauziah Juliana, Fauzan Lazuardi, Citra Fauza    
  Ditheea.. Thanks for your support.

For Someone         : Yang selalu memberi aku motifasi dan selalu hadir   
  disetiap kegalauan yang menghampiriku.
  Don’t leave me alone because I need you.