Translate

Rabu, 31 Oktober 2012

I’M HAPPY TO BE A SECOND WIFE’S




I’M HAPPY TO BE A SECOND WIFE’S
Pagi ini ku awali dengan langkah yang pasti, bahwa aku harus mengambil keputusan yang telah lama aku pertimbangkan untuk menyusun masa depanku, walaupun aku tahu mungkin sakit yang akan aku rasakan diawal keputusanku ini.
"Kamu sudah yakin dengan semua keputusanmu, Tya?"... "Aku sangat yakin sekali, Bab.."
Sesaat anganku melayang pada hari-hari yang telah lalu....
Aku adalah gadis yang sangat bahagia dan gadis kampus di perguruan tinggi ternama, orang-orang sering memanggilku si centil yang manis, energik, cerdas dan senyum selalu terukir indah dibibirku yang katanya seksi.
Ehmmm... sok pasti semua orang mengatakan aku gadis yang sangat beruntung karena selain aku cerdas, aku juga supel dalam pergaulan dan banyak kemampuan yang tak banyak dimiliki semua orang.
Tahun-tahun ku lalui dengan segala kebahagiaan yang sangat ku nikmati, dan tak ada kesulitan yang berarti dalam hidupku. Semua sesuai dengan alur yang ada..(very normal).. dan akhirnya akupun memutuskan menikah dengan pria pilihanku.
Ku mulai pernikahan ini dengan angan tentang kebahagiaan sebuah mahligai rumah tangga yang sangat ku impikan, bahwa aku akan disayang, dilindungi, dihargai, dimanja..Indahnya anganku membuat hari-hari pernikahanku menjadi hari yang teramat indah bagiku.
Sungguh aku tak pernah membayangkan tiga hari setelah aku lalui pernikahanku itu adalah awal aku mengenal dunia yang berbeda dari masaku saat sebelum menikah.
Tuhan...aku tak menemukan apa arti dari sebuah pernikahan yang selama ini ku angankan, yang ku temukan hanya pengkhianatan-pengkhianatan hari demi hari yang aku lalui bersamanya selama beberapa tahun.
Ku coba terus bertahan dalam situasi yang membuatku semakin tak memiliki arti dalam kehidupan pernikahanku, tapi aku tak mau terus terpuruk dalam kepedihan ini, aku coba bangkit sendiri dengan sisa kekuatan yang ku miliki.
Aku mulai sibuk dengan semua pekerjaanku, prestasi demi prestasi aku raih yang akhirnya aku dapat melupakan semua kekecewaanku dengan keadaan pernikahanku.
Dunia telah terbuka untukku, aku mulai lelah dengan semua penyiksaan yang dia lakukan padaku. Fisikku telah jenuh dengan semua pukulannya. Jiwaku menggeliat dengan semua hinaannya, asaku telah hilang dengan semua pengkhianatannya, kini aku ingin melangkah sendiri....
"Tya..." Baby menggoyangkan bahuku, "ya,...jawabku, "sudahlah...bila kamu sudah ambil keputusan seperti ini, aku yakin itu yang terbaik untuk kamu, aku sudah kenal kamu cukup lama, jadi saatnya kini kamu semakin meyakinkan diri kamu bahwa kamu mampu menyelesaikan semuanya dan aku pun sangat yakin bahwa kamu pasti dapat melalui ini semua dengan baik...".
"Thanks, Baby...aku besok ke Pengadilan Agama, keputusanku sudah mantap...aku sudah siapkan semuanya, tapi...kamu mau kan bantu aku?",  kataku pada Baby sahabatku yang selama ini selalu dengan setia mendampingiku dalam suka dan duka. "Don,t worry, Sweety...aku tidak akan membiarkanmu larut dalam dukamu, trust me, oke?".. .

*AFTER ONE YEAR *
Banyak yang telah ku raih dan terselesaikan dalam beberapa tahun ini setelah kesendirianku, aku kembali dengan keceriaanku, masa depanku lebih indah walau tanpa dia.
Aku hidup dalam situasi yang aku angankan saling menghargai, melindungi, menyayangi, mengasihi tidak dengan sebentuk pernikahan memang tapi dengan anak-anak yang membutuhkanku.
Anak-anak  jalanan, mereka lebih membutuhkan aku. Ku nikmati kebersamaan dengan mereka. Hari-hari yang ku nikmati bersama mereka membuat aku dapat melupakn kepahitan yang pernah ku alami.
Kasih sayang yang ku berikan adalah amanah terindah dari Tuhan agar aku dapat lebih bermakna dalam hidup ini, aku tahu ini adalah rencana terindah yang Tuhan suguhkan untukku.
Tiba-tiba aku kangen sekali dengan Baby sahabat karibku yang sekarang tempat tinggal kami berjauhan. Baby saat ini ada di  London bersama keluarga, karena suaminya di tugaskan kesana.
“Hello, Bab…How are you?” kataku lewat hpku, “hai…baik buangeet..kemana aja kok baru telpon sih, Sweety? I miss you..” kata Baby dan dia selalu memanggilku sweety  sejak  kami sama-sama satu perguruan tinggi dulu.
“Gile…aku juga kuangeeen buangeeet..tapi gimana I’m very busy nih..” kataku. “Eh..gimana sekarang kamu sudah punya someone lagi nggak?”, tanya Baby, “Belum tuuh..” Jawabku. “Cariin dong bule…siapa tahu bule mau ama janda made in Indonesia, hehehe…” candaku.
“Wow..janda keren kayak kamu ngga akan sulit dapat gantinya, tapi emang kamunya aja yang ngga mau buka hatimu untuk yang lain..dunia ini luas, say…ayo, wake up, Sweety…” Baby coba bangkitkan aku dari tidur panjang, “Are you sure?” aku mencoba yakinkan Baby..”of course..I am sure..”, baby kembali yakinkan aku seperti dulu. Itulah sahabatku tak pernah lelah untuk mendampingiku dalam suka dan dukaku.
“Okey, Baby…sudah dulu ya, say..Insyallah lain waktu kita sambung lagi, salam buat your family”..kataku. “Okey..aku tunggu kabarmu lain waktu see you, nye…”. Baby mengakhiri percakapan kami.
Tiba-tiba ada SMS masuk ke Hpku “I miss you better than everything, I love you better than anything, I believe you forever”. Ach..so sweet, membuat perasaanku makin melambung ke nirwana, dan ku balas ; “Dear..Don’t make me hope to much , because I know my position”.
Mas Satrio akhirnya menelponku, “Sayang…apa kabar?”. “Baik, mas..”. Jawabku singkat. “Sayang..mas mesti ngomong apalagi untuk meyakinkan Tya bila mas selama ini menyayangi Tya”. Mas Satrio mulai untuk lebih meyakinkanku lagi bila aku mulai ragu akan semua kata-kata yang dia paparkan untuk ungkapkan semua rasa yang terus sesak didadanya yang bidang, yang sering membuatku berharap untuk bersandar dan rengkuhan hangat dari jari jemari tangannya yang kokoh meraih bahuku yang mungil dan merentas dalam kesendirian.
“Mas..tolong beri waktu Tya untuk berfikir bahwa apa yang terjadi pada kita adalah bukan suatu kesalahan karena ini semua banyak melibatkan pihak lain terutama keluarga mas Satrio sendiri”, kilahku. “Oke sayang..perlu berapa banyak waktu yang mesti mas nanti untuk dapat jawaban yang pasti dari Tya?...”, Mas satrio menuntut jawaban dariku. “Biarkan waktu yang menjawabnya dan kita serahkan semuanya pada Tuhan”. Aku mengakhiri pembicaraan kami.
*ALL ABOUT ME*
Ku jalani kehidupan yang indah dengan tetap bersama kesendirian dan mas Satrio tetap menemaniku dengan setia. Mas Satrio adalah sosok pria yang ideal bagiku, dia pria yang selama ini aku idam-idamkan, dia banyak membimbing karirku, memotifasi semua ide-ideku, mengarahkan aku bila aku mulai keluar alur, melindungiku dengan segala kehangatan senyumnya, mengayomiku dan dia berikan apa yang aku butuhkan.
Gelar  S2 telah ku raih dan karirku semakin baik, semua atas Rahmat Tuhan yang selalu mencintaiku dan memudahkan  setiap  jalanku, juga mas Satrio yang banyak membantu aku hingga aku sesukses ini.
Banyak yang menginginkan aku untuk dapat tempat dihatiku, tapi tak ada ruang yang lain di hati ini selain mas Satrio yang selalu menemani kesendirianku, aku bahagia bersamanya walau aku masih belum terikat pernikahan dengan mas Satrio.
Tibalah waktunya kami berdua harus menuntaskan semua paparan hidup  yang kami jalani  selama ini. Mas satrio terus mendesakku untuk segera menikah dengannya.
Banyak yang mas satrio kagumi dari aku, aku pernah mengatakan padanya bahwa aku tak ingin mas Satrio untuk meninggalkan istri pertamanya dan juga anak-anaknya. Aku mencintai dan menyayangi mas Satrio karena memang Tuhan menggariskan aku harus bertemu dengan dia dan akhirnya kami saling mencintai.
Setelah tahun-tahun kami lalui bersama dan dengan status aku adalah WIL (Wanita Idaman Lain), aku dan mas Satrio harus mengakhiri ini semua. Aku harus beri jawaban yang pasti pada mas Satrio tentang kelanjutan hubungan kami ini.
*MARRY ME?*
Aku menikah dengan mas Satrio tanpa sepengetahuan istri pertamanya. Aku dan mas Satrio berkomitmen untuk merahasiakan pernikahan kami. Kami berusaha agar pernikahan kami tidak diketahui oleh pihak lain, mengingat posisi mas Satrio dan aku di kantor kami.
Aku memang istrinya dan bukan simpanannya walau aku istri kedua tapi aku bangga pada suamiku mas Satrio karena dia suami yang sangat bertanggung jawab, aku tak pernah menuntut dia untuk memberikan waktu yang sama dengan istri pertamanya. Kapanpun mas Satrio ada waktu aku kan siap berada di sampingnya, dan akupun tak menuntut apapun pada suamiku karena yang dia beri padaku lebih dari yang kuinginkan.
Suamiku beri semua kebutuhanku akan kasih sayang, dicintai, perlindungan, dihargai, aku tak menuntut materi pada mas Satrio karena bukan itu yang aku cari dari dia, tetapi penghargaan akan arti sebuah pernikahan yang selama ini ada dalam anganku dan arti dari sebuah mahligai rumah tangga. Ya…itu aku dapatkan semua dari mas Satrio.
Sejujurnya aku tak ingin menyakiti perasaan istri pertamanya, tapi semua ini kami lakukan karena aku dan mas Satrio tak ingin berbuat zina karena Tuhan membenci umatnya yang berbuat zina, seperti mas Satrio pernah mengutip salah satu ayat dalam Al-quran :
“Dan janganlah kamu mendekati zina ; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. An-Nur : 23).
Aku bersyukur mendapatkan suami yang soleh, aku mengaguminya seperti diapun mengagumiku. Aku beri cintaku padanya dan aku jalani hidupku dengan tak sendiri lagi. Disampingku ada suami yang menyayangiku.
Ada yang harus difikirkan tentang keadaan kami selanjutnya. Mungkin suatu waktu entah kapan akhirnya istri pertama dan anak-anak mas Satrio harus mengetahui posisiku dan tentunya anak-anak mas Satrio dari hasil pernikahan denganku.
Aku hanya bisa berharap pada suamiku bahwa ketika istri pertamanya tahu posisiku tak ada sinar kebencian dihatinya, akupun berharap kami bisa saling menyayangi dan aku selalu berharap kami bisa saling memahami serta tak ada perceraian antara aku maupun istri pertamanya.
Suami kami adalah miliki Tuhan, biarkan tangan-tangan-Nya yang bekerja dan memberi jalan yang terbaik untuk kami. Semoga tak ada yang menghujat aku dengan posisi istri kedua karena aku bukan perebut suami orang itu yang biasa aku dengar tentang posisi istri kedua atau istri-istri yang kesekian.
Biarkan aku jalani ini semua karena Tuhan pun menjelaskan dalam Al-Quran :
“…………….., maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga, atau empat……” (QS. An-Nissa : 3). 
*I’M HAPPY TO BE A SECOND WIFE’S*
“Tya..aku harus akui kamu adalah sahabatku yang paling aku sayangi, tapi apakah kamu tidak salah untuk memilih jadi istri kedua? Apa tidak ada laki-laki lain yang sendiri yang menginginkanmu? Apa kamu sudah dibutakan oleh cinta? Apa kamu tidak akan disakiti lagi seperti pernikahan pertamamu? Apa orang-orang tidak akan menghujatmu sebagai perempuan perebut suami orang? Apa kamu tidak khawatir laki-laki itu akan meninggalkanmu?”. Berbagai pertanyaan menghujamku dari sahabatku, Baby tak beri aku peluang untuk membela diri.
“Sudah selesai ngomongnya? Boleh aku yang ngomong sekarang?” pintaku. “Oke, silahkan!!”…. Baby mempersilahkan aku untuk membela diri. Aku menghela  nafas panjang….”hhhhhhhh…Baby, Tuhan telah beri aku banyak kenikmatan yang sampai saat ini sangat aku syukuri”…, aku mulai mengawali pembicaraanku. Aku tahu Baby memang paling menentang dengan yang namanya poligami…”Tapi aku juga menyadari bahwa aku hanya umatNya yang pasti banyak berbuat kesalahan disisi-Nya, tapi apakah dengan menjadi istri kedua adalah sebuah kesalahan?”. Tanyaku…
“Bullshit...”. Baby menjawab dengan nada kesal, aku masih melanjutkan pembelaanku, “I’m sorry, Baby…bila itu membuatmu kecewa… setiap wanita menginginkan menjadi istri pertama, begitu juga dengan aku. Tapi bila Tuhan sudah menggariskan aku dapat posisi istri kedua, apakah aku telah berbuat nista?...no, Baby..aku coba memahaminya bahwa aku tetap diberi posisi terhormat disisi Tuhan, karena aku menjalaninya dengan ikhlas dan aku selalu berdoa bahwa aku tak pernah minta posisi apapun pada Tuhan yang aku minta adalah seorang suami yang dapat menghargaiku dalam suatu ikatan rumah tangga dan aku dapatkan itu semua dari mas Satrio suamiku, walau dihadapan manusia yang lainnya posisiku tak terhormat tapi aku yakin disisi Tuhan, aku terhormat..”. Aku mencoba menjelaskan pada Baby tentang keputusanku.   
Sepertinya amarah Baby mulai menurun, lalu dia memelukku dengan erat. “Tya..aku kadang tak memahami pola fikirmu tapi aku selalu meyakini bahwa Tuhan memang telah memilih kamu sebagai wanita yang dapat menjalani semua cobaan-Nya dengan baik, aku hanya ingin kejujuran darimu, bagaimana perasaanmu saat ini dengan menjadi istri kedua mas Satrio?”..Tanya baby dengan semua kegalauan dibenaknya dan itu dapat kurasakan.
“Bab…I’m Happy to be a second wife’s, dan aku bersyukur Tuhan beri posisi ini padaku karena Tuhan telah beri aku anugerah terindah dalam hidupku memiliki suami yang menghormati, menyayangi, dan melindungiku. Mas Satrio adalah pilihan Tuhan yang terbaik untukku dan anak-anak kami”…. Jawabku dengan lugas dan jelas.
Baby semakin erat memelukku dan tangis mulai terdengar lirih dipelukanku. “Sweety..I hope someday I can see you that you’re really happy to be a second wife’s, someday sweety…”. Pernyataan yang menuntutku dari Baby sahabat yang selalu menyayangiku.
“Oke, dear..I will prove that, I’m happy to be a second wife’s..today, tomorrow and until God gives me enough time to prove all…”.

Parungpanjang, 30 Desember 2007
For My Children   : Adinda Fauziah Juliana, Fauzan Lazuardi, Citra Fauza    
  Ditheea.. Thanks for your support.

For Someone         : Yang selalu memberi aku motifasi dan selalu hadir   
  disetiap kegalauan yang menghampiriku.
  Don’t leave me alone because I need you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar