Translate

Rabu, 31 Oktober 2012

"KOTORAN ITU MENYELIMUTI TUBUH MUNGILMU”

"KOTORAN ITU MENYELIMUTI TUBUH MUNGILMU”
Hari itu aku mendapat informasi bahwa ada seorang anak kecil dan berkebutuan khusus usia sekitar 9 tahun dengan kelainan autis.
Langsung tanpa menunda waktu lagi dengan ojeg langgananku, aku berangkat ke rumah yang akan aku lihat keadaannya.
Dengan bekal dan tekad bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak-anak bangsa yang haknya sama dengan anak-anak lainnya yaitu mendapatkan pelayanan dan pendidikan yang sesuai dengan kelainannya aku memberanikan diri walau menurut informasi tetangga dan orang-orang sekitarnya bahwa orang tuanya kurang ramah bila ada orang yang menegur dia bila memperlakukan anaknya kurang sesuai pada tempatnya.
Sesampainya di rumah yang aku tuju, aku langsung masuk teras rumahnya dan mulai tercium aroma-aroma yang tidak megenakkan untuk dihirup oleh manusia pada umumnya.
“Assalamu’alaikum..selamat siang bu…”, dari arah depan rumah seorang ibu membuka pintu sambil menatapku dengan curiga…
“Wa’alaikumussalam, ada perlu apa ya bu…”, nadanya semakin curiga..
Jawabku : “Maaf bu…boleh bicara sebentar..sebelumnya saya akan perkenalkan diri, nama saya Titin, biasa masyarakat sini memanggil saya dengan sebutan bunda, mungkin ibu pernah tahu saya?…
Si ibu mendadak ramah : “Oh iya..ini bunda ya…maaf bun, ada perlu apa ya?
“Alhamdulillah kalau ibu mengenal saya…maaf kalau saya siang ini mengganggu ibu tapi yang pasti Insyallah tujuan saya kesini dengan maksud yang baik..menurut informasi yang saya dapat anak ibu memiliki kelainan dalam istilah kami Anak Berkebutuhan Khusus…kalau saya boleh lihat, dimana ya anak ibu?..”
“Aduh, maaf bun…anaknya susah diatur dan sering hilang jadi terpaksa saya kurung saja di kamar..”, Jawab si ibu.
“Oh, tidak apa-apa bu…dimana kamarnya?”….
Dengan berbagai alasannya si ibu seperti tidak ikhlas untuk aku melihat anaknya.
aku hanya bilang pada si ibu…”bu, saya datang kesini tanpa ibu minta, saya datang kesini hanya melaksanakan kewajiban saya sebagai guru dari Anak Berkebutuhan Khusus ketika saya dapat informasi tentang anak ibu, saya langsung datang kesini dan saya tidak meminta bayaran apapun pada ibu…apa saya meminta uang pada ibu? tidak kan?…jadi tolong bantu saya untuk bertemu dengan anak ibu, Insyallah ibupun akan terbantu…”
Akhirnya si ibu memperkenankan saya untuk menemui anaknya..
“Astagfirullah…dalam hatiku beristigfar melihat keadaan didepan mataku..seorang anak kecil mungil dengan tubuh yang mungil, dan takjubku separuh dari bagian tubuhnya penuh dengan kotoran dari tubuhnya (alias TAI)..dan ironisnya lagi sepertinya dia baru selesai memakan kotorannya itu…
Semakin membuat aku terharu lagi tempat yang si ibu bilang kamar banyak berserakan kotoran-kotoran yang sudah mulai  mengering, air kencing dan banyak belatung-belatung yang berlalu lalang…
Lalu ku peluk dia, dan Subhanallah..entah apa yang membuat anak itu menerimaku dengan tangan terbuka, dia pun membalas memelukku, padahal kata si ibu, dia akan takut bila melihat orang lain selain dari keluarganya.
“bu…lihat anak ibu, dia baru saja memakan kotorannya atau tai-nya sendiri..” (sambil ku perlihatkan tangannya)..apa ibu setega ini pada anak ibu? apa ibu tidak beringinan anak ibu bisa memahami mana yang harus dia makan dan mana yang tidak boleh dia makan?”…
Si ibu langsung memlukku dan menangis, dia mengatakan bahwa tidak berkeinginan membuat anaknya seperti itu tapi dia tidak ada waktu untuk megurusnya karena diapun harus berjuang mencari nafkah sejak suaminya meninggal jadi dia terpaksa membiarkan anaknyaseperti itu.
Aku langsung membawa si anak ke SLB Ayahbunda tempat aku mengajar, langsung aku mandikan dia dengan seksama agar tak ada lagi kotoran yang melekat ditubuhnya. ku bersihkan badannya, ku sikat giginya, lalu ku beri dia pakaian yang bersih dan wangi, ku bawa dia ke tukang cukur agar kepalanya semakin bersih.
Subhanallah tubuh mungil itu kini bersih tanpa ada bau yang melekat dan tercium dari tubuhnya.
Sekarang dia tumbuh menjadi anak yang ceria, sudah mampu untuk mandi sendiri, sudah bisa bermain dengan trampolin, sudah bisa merasakan geli, sudah bisa tersenyum….
Trimakasih ya Robb…perjuanganku tak pernah ada yang sia-sia, anak itu suatu saat akan mampu untuk memahami bahwa “Kotoranku tak layak untuk aku makan”…
(diawal tahun 2012…..Aku Mencintaimu anak-anakku…)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar