Translate

Jumat, 23 November 2012

TAK PERLU MENGELUH WALAU HANYA MENJADI GURU SUKWAN ATAUPUN HONORER



Sore ini ngobrol dengan mas Herman ojeg yang selalu setia mengantarku untuk keperluan dinas maupun pribadi. Mas Herman hanya lulusan SMP, dia mempunyai dua orang anak yang sudah sekolah di tingkat Sekolah Dasar. Istrinya hanya seorang ibu rumah tangga, kadang berusaha mencari tambahan menjual sedikit makanan kecil untuk anak-anak.
Mas Herman yang hanya lulusan SMP dan istrinya yang hanya lulusan SD, mereka selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan untuk mereka dan yang pasti hidup ini adalah anugerah dari Allah. Kita harus jalani dan bekerja sesuai jalan Allah dan  mereka selalu menyikapinya seperti itu.
Bicara masalah penghasilan mas Herman yang hanya lulusan SMP cukup lumayan, setiap bulan mas Herman mendapat penghasilan sebesar Rp 1.500.000,- dari mengantar jemput anak sekolah. Sedangkan untuk penghasilan harian dari mengojek lepas mas Herman menghitung berkisar antara Rp 50.000,- sampai Rp 100.000,- perharinya. Keperluan itu dia gunakan untuk membayar kontrakan rumah, bayar listrik dan air, makan untuk setiap hari, cicilan motor, keperluan sekolah anak,rokok, bensin dan bayar arisan sebagai tabungan untuk kebutuhan yang tidak terduga. Jam kerja mas Herman antara pukul 05,00 sampai kadang pukul 22,00 malam dengan waktu istirahat sedikit.
Kegiatan itu dia lakukan setiap hari dan sudah sekitar 10 tahun ini dia jalani profesi sebagai tukang ojeg. Dia dan istrinya tidak pernah menghujat pemerintah atas keadaan kehidupan mereka. Mereka jalani hidup dan menikmatinya. Mereka tak pernah mengatakan bahwa pemerintah tidak adil karena menjadikan dia hanya seorang tukang ojeg. Karena menurut dia profesi tukang ojeg adalah profesi yang dia ambil sebagai berkah Allah pada keluarganya dan bisa menghidupi keluarganya dengan baik.
Lalu saya membaca beberapa keluhan seorang teman yang profesinya secara strata kehidupan dan pendidikan lebih tinggi dari mas Herman. Apa yang mereka bicarakan adalah tentang hujatan pada pemerintah dengan profesi yang mereka jalani.
Menurut mereka guru adalah tombak utama dalam kemajuan suatu bangsa tapi nasib guru sukwan atau pun honorer jauh dari kelayakan kehidupan realistis yang ada. Seorang guru dituntut lulusan dari Perguruan Tinggi dengan predikat Sarjana, biaya untuk menempuh pendidikan sampai lulus jenjang sarjana cukup memakan biaya yang sangat besar dengan waktu tempuh pendidikan sekitar  empat sampai lima tahun.
Tetapi pada saat ini gaji guru sukwan ataupun honorer tercatat dari beberapa daerah hanya berkisar Rp 200.000 sampai Rp 500.000,-. Bila dibandingkan dengan penghasilan seorang tukang ojeg yang hanya lulusan SMP memang sangat jauh. Perbandingan ini bukan untuk mendeskreditkan kebijakan pemerintah terhadap guru sukwan atau honorer, tetapi berusaha belajar dari cara pandang hidup mas Herman yang hanya tukang ojeg.
Pemerintah yang membuat suatu kebijakan tapi bukan berarti kta harus terus mengeluh dengan kebijakan yang pemerintah buat untuk guru sukwan ataupun honorer yang menurut pemikiran kita bahwa kebijakan pemerintah tidak berimbang terhadap guru honorer atau sukwan dibandingkan pada guru PNS.
Biarkan pemerintah bekerja dengan kebijakannya tetapi kita sebagai guru sukwan dan honorer terus bekerja dengan tidak menganggap diri kita lebih rendah dengan guru PNS, kita bukan jongosnya guru PNS karena guru PNS pun tidak menganggap kita sebagai jongos mereka. Jam kerja kita sama dengan mereka antara 24 sampai 30 jam perminggu tetapi penghasilan kita jauh dari kesamaan dengan guru PNS.
Kita sebagai guru sukwan atau honorer jelas lebih banyak memiliki nilai ibadah yang besar dibandingkan dengan guru PNS asal semua yang kita lakukan dengan ikhlas, Saya yakin bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru itu besar dan amat mulia jadi belajarlah untuk tidak melihat nilai rupiah yang kita dapat tapi coba kita lihat bahwa negara Indonesia tercinta ini Maju karena keberadaan kita sebagai guru sukwan atau honorer.
Mengapa harus terus mengeluh dengan pilihan profesi yang kita jalani bila kita membandingkan dengan nilai rupiah yang kita dapat? Jadi saja seorang tukang ojeg dan syukuri karunia yang Allah beri pada kita.
Saya pernah menulis di Kompasiana dengan judul : “GAJI GURU HONORER DI NEGARA INI MASIH JAUH DENGAN PENGHASILAN SEORANG PENGEMIS”. Bila Allah mau kita pasti akan menjadi seorang pengemis dan bila Allah mau kita bisa menjadi seorang tukang ojeg. Jadi syukuri dan hargailah profesi kita karena Allah tidak salah memberi profesi pada kita maka Allah akan menghargai kita.
Negara ini membutuhkan Pahlawan-pahlawan yang mengalir dari ruh, lisan, pemikiran, ide, semangat dan keikhlasan dalam menjalankan tugasnya. Berkaryalah untuk negara ini dan buatlah diri kita berguna untuk sesama, itulah tugas kita sebagai guru sukwan atau honorer.
Allah itu tidak tidur, Dia tahu apa yang kita lakukan..
Allah itu Maha Melihat, Dia tahu semua kerja keras kita,
Allah itu Maha Mendengar, Dia tahu apa yang kita butuhkan
Allah memberi nilai untuk setiap pekerjaan yang kita lakukan
Lakukanlah...dan saya yakin guru sukwan dan honorer akan indah pada waktunya......
Saya menulis ini karena saya pun guru honorer yang mengajar di SLB yang saya rintis dan sudah 17 tahun menjadi guru honorer walau belum terfikirkan oleh pemerintah untuk mengangkat saya sebagai guru PNS TIDAK MENGAPA!.. karena profesi ini adalah pilihan saya dan saya mensyukuri profesi saya sebagai guru HONORER.
Thank God....has given profession is best for me....
Keep the spirit and keep smiling that was the key....

2 komentar:

  1. WALAUPUN GANJARAN DI DUNIA SEDIKIT TP GANJARAN DI AKHIRAT SANGATLAH BESAR,,,INSYA ALLAH,,,,

    BalasHapus