Sore ini ngobrol dengan mas
Herman ojeg yang selalu setia mengantarku untuk keperluan dinas maupun pribadi.
Mas Herman hanya lulusan SMP, dia mempunyai dua orang anak yang sudah sekolah
di tingkat Sekolah Dasar. Istrinya hanya seorang ibu rumah tangga, kadang berusaha
mencari tambahan menjual sedikit makanan kecil untuk anak-anak.
Mas Herman yang hanya lulusan SMP
dan istrinya yang hanya lulusan SD, mereka selalu bersyukur atas nikmat yang
Allah berikan untuk mereka dan yang pasti hidup ini adalah anugerah dari Allah.
Kita harus jalani dan bekerja sesuai jalan Allah dan mereka selalu menyikapinya seperti itu.
Bicara masalah penghasilan mas
Herman yang hanya lulusan SMP cukup lumayan, setiap bulan mas Herman mendapat
penghasilan sebesar Rp 1.500.000,- dari mengantar jemput anak sekolah. Sedangkan
untuk penghasilan harian dari mengojek lepas mas Herman menghitung berkisar
antara Rp 50.000,- sampai Rp 100.000,- perharinya. Keperluan itu dia gunakan
untuk membayar kontrakan rumah, bayar listrik dan air, makan untuk setiap hari,
cicilan motor, keperluan sekolah anak,rokok, bensin dan bayar arisan sebagai
tabungan untuk kebutuhan yang tidak terduga. Jam kerja mas Herman antara pukul
05,00 sampai kadang pukul 22,00 malam dengan waktu istirahat sedikit.
Kegiatan itu dia lakukan setiap
hari dan sudah sekitar 10 tahun ini dia jalani profesi sebagai tukang ojeg. Dia
dan istrinya tidak pernah menghujat pemerintah atas keadaan kehidupan mereka. Mereka
jalani hidup dan menikmatinya. Mereka tak pernah mengatakan bahwa pemerintah
tidak adil karena menjadikan dia hanya seorang tukang ojeg. Karena menurut dia
profesi tukang ojeg adalah profesi yang dia ambil sebagai berkah Allah pada
keluarganya dan bisa menghidupi keluarganya dengan baik.
Lalu saya membaca beberapa
keluhan seorang teman yang profesinya secara strata kehidupan dan pendidikan
lebih tinggi dari mas Herman. Apa yang mereka bicarakan adalah tentang hujatan
pada pemerintah dengan profesi yang mereka jalani.
Menurut mereka guru adalah tombak
utama dalam kemajuan suatu bangsa tapi nasib guru sukwan atau pun honorer jauh dari
kelayakan kehidupan realistis yang ada. Seorang guru dituntut lulusan
dari Perguruan Tinggi dengan predikat Sarjana, biaya untuk menempuh pendidikan
sampai lulus jenjang sarjana cukup memakan biaya yang sangat besar dengan waktu
tempuh pendidikan sekitar empat sampai
lima tahun.
Tetapi pada saat ini gaji guru
sukwan ataupun honorer tercatat dari beberapa daerah hanya berkisar Rp 200.000
sampai Rp 500.000,-. Bila dibandingkan dengan penghasilan seorang tukang ojeg
yang hanya lulusan SMP memang sangat jauh. Perbandingan ini bukan untuk mendeskreditkan
kebijakan pemerintah terhadap guru sukwan atau honorer, tetapi berusaha belajar
dari cara pandang hidup mas Herman yang hanya tukang ojeg.
Pemerintah yang membuat suatu
kebijakan tapi bukan berarti kta harus terus mengeluh dengan kebijakan yang
pemerintah buat untuk guru sukwan ataupun honorer yang menurut pemikiran kita
bahwa kebijakan pemerintah tidak berimbang terhadap guru honorer atau sukwan
dibandingkan pada guru PNS.
Biarkan pemerintah bekerja dengan
kebijakannya tetapi kita sebagai guru sukwan dan honorer terus bekerja dengan
tidak menganggap diri kita lebih rendah dengan guru PNS, kita bukan jongosnya
guru PNS karena guru PNS pun tidak menganggap kita sebagai jongos mereka. Jam
kerja kita sama dengan mereka antara 24 sampai 30 jam perminggu tetapi
penghasilan kita jauh dari kesamaan dengan guru PNS.
Kita sebagai guru sukwan atau
honorer jelas lebih banyak memiliki nilai ibadah yang besar dibandingkan dengan
guru PNS asal semua yang kita lakukan dengan ikhlas, Saya yakin bahwa tugas dan
tanggung jawab seorang guru itu besar dan amat mulia jadi belajarlah untuk
tidak melihat nilai rupiah yang kita dapat tapi coba kita lihat bahwa negara Indonesia tercinta ini Maju karena keberadaan kita
sebagai guru sukwan atau honorer.
Mengapa harus terus mengeluh
dengan pilihan profesi yang kita jalani bila kita membandingkan dengan nilai
rupiah yang kita dapat? Jadi saja seorang tukang ojeg dan syukuri karunia yang
Allah beri pada kita.
Saya pernah menulis di Kompasiana
dengan judul : “GAJI GURU HONORER DI NEGARA INI MASIH JAUH DENGAN PENGHASILAN
SEORANG PENGEMIS”. Bila Allah mau kita pasti akan menjadi seorang pengemis dan
bila Allah mau kita bisa menjadi seorang tukang ojeg. Jadi syukuri
dan hargailah profesi kita karena Allah tidak salah memberi profesi pada kita
maka Allah akan menghargai kita.
Negara ini membutuhkan
Pahlawan-pahlawan yang mengalir dari ruh, lisan, pemikiran, ide, semangat dan
keikhlasan dalam menjalankan tugasnya. Berkaryalah untuk negara ini dan buatlah
diri kita berguna untuk sesama, itulah tugas kita sebagai guru sukwan atau
honorer.
Allah itu tidak tidur, Dia tahu
apa yang kita lakukan..
Allah itu Maha Melihat, Dia tahu
semua kerja keras kita,
Allah itu Maha Mendengar, Dia
tahu apa yang kita butuhkan
Allah memberi nilai untuk setiap
pekerjaan yang kita lakukan
Lakukanlah...dan saya
yakin guru sukwan dan honorer akan indah pada waktunya......
Saya menulis ini karena saya pun guru honorer yang mengajar di SLB yang
saya rintis dan sudah 17 tahun menjadi guru honorer walau belum terfikirkan
oleh pemerintah untuk mengangkat saya sebagai guru PNS TIDAK MENGAPA!.. karena profesi ini adalah pilihan saya dan saya
mensyukuri profesi saya sebagai guru HONORER.
Thank God....has given profession
is best for me....
Keep the spirit and keep smiling
that was the key....