Bepergian
dengan ojeg sudah biasa untukku, bagi jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dari
rumah. Pekerjaan kedinasan yang secepatnya harus selesai dengan jarak tempuh
yang tidak terlalu jauh, mudah, aman, nyaman dan bersahabat ojeg adalah salah
satu alternatif transportasi yang aku gunakan.
Adalah Bu
Dhe, begitu biasa kami memanggilnya, beliau adalah seorang ibu yang sekaligus
tulang punggung untuk keluarganya. Bu Dhe selalu setia menemaniku dalam
perjalanan dinas dengan menggunakan motor yang berfungsi untuk mengantar
beberapa pelanggan menuju tempat yang dikehendaki setiap pelanggannya.
Aku tak
pernah menyangka bahwa sekitar 9 tahun lalu bu Dhe adalah orang yang
berkecukupan secara materi. Dia adalah seorang istri dari pegawai BUMN yang
sangat terkenal dan memiliki posisi yang cukup lumayan, otomatis secara materi
bu dhe dan 3 orang anaknya sudah tak mengalami kesulitan.
Pada 12
tahun lalu saat bu dhe tengah hamil tua, dia amat sangat terpukul mendapat
kenyataan suaminya menikah lagi dengan rekan kerjanya. Awalnya bu dhe mencoba
untuk bertahan tetapi setelah beberapa tahun akhirnya Bu Dhe melepaskan
suaminya untuk bersama dengan sang istri muda. Menurut bu Dhe memang keputusan
yang sulit tetapi dia tidak mau menambah beban sang suami karena sudah mulai
tidak memperhatikan keluarga dan jarang pulang.
Keputusan
untuk berpisah dengan suaminya adalah awal yang sangat menyakitkan buat bu Dhe
dan anak-anaknya tetapi dia mencoba tetap bertahan dengan awal mulanya
menyibukkan diri dengan berjualan tetapi keadaan tersebut membuat dia tidak
dapat melupakan peristiwa yang dia alami dan akhirnya memutuskan untuk menjadi “pengantar
konsumen dengan menggunakan motor yang sudah lunas dia cicil” (:baca Ojeg
Motor).
Ternyata
setelah dia jalani menjadi seorang ojeg, selain menambah pendapatan rumah untuk
mengantarkan anak-anak mengecap pendidikan, dan dia selalu bersyukur dengan
mengojeg dapat pula memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Tak pernah dia
menghilangkan rizki dari pemberian mantan suami tetapi biaya dari mantan suami
tidak sepenuhnya dapat mencukupi kebutuhan kehidupan rumah tangganya.
Dia pun
orang yang selalu bersyukur, walau hanya ditinggalkan sebuah rumah sederhana
untuk tiga orang anaknya dan harta lainnya termasuk mobil mewah diambil
semuanya oleh mantan suami tetapi dia tidak pernah membenci mantan suami. Bu dhe,
“Allah tidak akan menguji umatnya diluar dari kemampuannya”. Sungguh suatu
prinsip hidup yang sangat ikhlas dan sabar. Ditengah kesulitan masih tetap
mampu untuk terus ikhlas dan bersabar.
Saat aku
mengatakan, “Bu Dhe, mungkin setiap lelaki yang berlimpah uangnya akan
memperlakukan wanita seenaknya dan mengkhianati istrinya”. Menurut Bu Dhe, “Tidak
semua laki-laki berduit seperti itu atuh, Bunda....masih banyak laki-laki yang
berduit tetapi tetap menghargai istrinya”.
Kembali aku
kagum pada pemikiran bu Dhe, sungguh dia wanita yang tersakiti tetapi selalu
berfikir positif.
Hari ini
aku mendapatkan energi positif dari bu Dhe dan aku bersyukur mengenal beliau
karena filosofi hidupnya yang terus mampu bertahan ditengah banyaknya manusia-manusia
yang “galau” karena kondisi ekonomi maupun kondisi lainnya.
Terus
berjuang bu Dhe, anak-anakmu sangat membutuhkanmu. Bu Dhe adalah salah satu
lambang seorang ibu yang tegar dalam mengahadapi kemelut kehidupan. Bahagia aku
mengenalmu, bu Dhe......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar