Translate

Sabtu, 29 Juni 2013

Buatlah Diri Kita Bermanfaat



Keterbatasan bukan penghalang untuk terus mengembangkan diri, itu adalah prinsip dalam hidup saya. Keterbatasan apakah yang saya hadapi? Keterbatasan saya dalam memperoleh ilmu, materi dan pembelajaran lewat pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Saya adalah seorang guru honorer yang diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No. 28 tahun 2010 Tentang  Penugasan Guru sebagai Kepala sekolah/Madrasah. Status saya memang masih honorer tapi karena keinginan besar untuk memajukan pendidikan luar biasa di daerah Parungpanjang kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2002 kami mendirikan sekolah luar biasa yang 90% dari kalangan tidak mampu secara ekonomi dan 90% peserta didik kami di SLB Ayahbunda tidak dipungut bayaran atau gratis.

Menjadi kepala sekolah di SLB Ayahbunda tentunya tidak ada perbedaan untuk tugas ataupun kewajiban yang sama dan harus dilaksanakan seperti kepala sekolah lain pada umumnya. Saya pun harus paham dan melaksanakan :

1.      Program Kinerja Kepala Sekolah dengan komponen “EMASLIM” (Edukator/Pendidik, Manager, Administrator, Supervisor/Penyelia, Leader/Pemimpin, Inovator dan Motivator)
2.      Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan nasional
3.      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
4.      Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
5.      Permendiknas no. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
6.      Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru
7.      Permendiknas No. 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah
8.      Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidik
9.      Permendiknas No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dana Prasarana
10.  Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang standar Proses
11.  Permendiknas No. 69 Tahun 2009 Tentang Standar Pembiayaan Pendidikan

Semua harus saya lakukan dan laksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang mengatur didalamnya. Tetapi semua tidak akan teralisasi dengan maksimal bila saya sebagai kepala sekolah belum secara maksimal mendapatkan pelatihan-pelatihan sesuai dengan kebutuhan yang harus terpenuhi sebagai kepala sekolah.

Kebijakan yang ada pada saat ini terbentur dengan predikat “Honorer” yang saya sandang, otomatis kebijakan untuk mendapatkan pelatihan tersebut sebagian besar diprioritaskan untuk kepala sekolah dengan status PNS.

Saya tidak akan menyalahkan pemerintah pemegang kebijakan karena sistem birokrasi, peraturan dan kebijakan dibuat untuk memenuhi target yang harus dicapai khusus untuk Kepala Sekolah dengan status PNS.

Jadi, apa yang harus saya lakukan sebagai kepala sekolah non PNS untuk memenuhi kriteria kemampuan yang harus dicapai sebagai kepala sekolah agar semua informasi ataupun pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan  kepala sekolah mencapai target sesuai yang distandarkan oleh pemerintah?

Sahabat semuanya, ilmu itu oleh Allah sebarkan seluas-luasnya tanpa harus “diam” menunggu kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap kepala sekolah honorer, kita sendiri yang harus mencarinya.
Belajar itu banyak ragamnya, saya banyak belajar melalui :

1.      Buku
2.      Personal yang berkompeten dibidangnya (Pengawas ataupun lainnya)
3.      Pelatihan-pelatihan yang membayar sendiri
4.      Internet
5.      Melaksanakan, Mengupas, dan merealisasikan
6.      Meneruskan pendidikan (walau baru ditempuh 1 semester di S2 PKh UPI)

Saya belum pernah merasakan pelatihan tingkat nasional bahkan tingkat provinsipun langka saya dapatkan untuk kepala sekolah tetapi saya terus belajar untuk memenuhi kemampuan saya agar tidak tertinggal oleh kepala sekolah lainnya. 

Media internet terbuka luas untuk semua ilmu, tinggal kita pandai untuk memilah dan memilih materi yang sesuai untuk kita. Biayanya pun sangat terjangkau. Di SLB Ayahbunda, dengan modal awal pemasangan sebesar Rp 3.000.000,- dan biaya perbulan sebesar Rp 600.000,- dengan kapasitas 1mb unlimited kami sudah menjelajah dunia juga ditambah dengan jaringan IPTV (TV Kabel).

Belajar bisa dimana saja dan kapan saja, asal kita mau duduk manis untuk terus mencari, membaca dan mempelajari. Saya belajar pada buku, internet, bertanya pada pengawas, mempelajari bahan dari kepala sekolah lain dan berdiskusi dengan ketua yayasan Ayahbunda serta sahabat-sahabat saya di SLB Ayahbunda.

Tidak mengapa bila ada yang mengatakan sombong pada saya tetapi buat saya sombong adalah ketika kita tidak berbuat apa-apa. Sombong adalah ketika kita tidak mampu menunjukkan kinerja kita, sombong adalah ketika kita tidak paham apa yang seharusnya menjadi tugas kita sebagai kepala sekolah.

Buatlah diri kita bermanfaat dan tidak menjadikan kemubaziran dengan apa yang kita terima.

Mana Mungkin Terjadi (Kisah Tragis)



Mana mungkin terjadi
Mana mungkin terjalin
Terpadu cinta kita berdua
Mana mungkin kudapat
Mana mungkin kau dapat
Diriku dan dirimu menjadi satu
Kau ada yang memiliki
Aku ada yang memiliki
Walau kita masih saling menyayangi
Kau disana, aku disini
Satu rasa dalam hati
Namun hanya kau yang kusayangi
Mungkinkah terjadi
Oo adakah mentari pagi
Datang menyinari diri
Katakanlah haruskah cinta mesti terbagi
Manakah mungkin kudapat
Manakah mungkin kaudapat
Terpadu cinta kita berdua, ooh
Kau ada yang memiliki
Aku ada yang memiliki
Walau kita masih saling menyayangi
Kau disana, aku disini
Satu rasa dalam hati
Namun hanya kau yang kusayangi
Mungkinkah terjadi
Kau ada yang memiliki
Aku ada yang memiliki
Walau kita masih saling menyayangi
Kau disana, aku disini
Satu rasa dalam hati
Namun hanya kau yang kusayangi
Mungkinkah terjadi
Kau ada yang memiliki
Aku ada yang memiliki
Walau kita masih saling menyayangi
Kau disana, aku disini
Satu rasa dalam hati
Namun hanya kau yang kusayangi
Mungkinkah terjadi
Alunan lagu dari Utha Likumahua dan Trie Utami, mengiri sepanjang perjalanan kami berdua. Dia mulai meremas tanganku dengan erat, aku hanya terdiam. Ah, tak terasa titik air mata merentas, aku tak mampu membendung semua perasaan yang terus bergejolak dihatiku. 
Laju mobil perlahan mulai menepi, memasuki sebuah villa dipinggiran kota yang sudah kami pesan dan lagu Mungkinkah Terjadi pun usai sudah. 
Kami pun mulai memasuki villa yang sudah dipesan, perjalanan panjang membuat sedikit lelah tubuhku tapi dengan kehangatan yang dia berikan padaku rasa lelah itu pun memudar.
Mulai ku rebahkan tubuhku dipembaringan, suasana sekitar yang mulai merambat malam semakin terasa dingin menusuk kulitku. Dia mulai mendekatiku dengan tatapannya yang selalu membuatku teduh berada disampingnya.
Sejenak aku terpaku menatapnya dan ku pejamkan mataku, sebuah kecupan mesra dan hangat terasa menyentuh keningku. Pelukan hangat darinya membuat aku semakin terbuai.
“Perjalanan kita bersama tak terasa dua tahun sudah tapi kita sampai saat ini belum dapat menyelesaikan semua yang terjadi antara mas dan ‘Nu...kadang mas sangat lelah, mengapa kita tidak dapat bersama? Bukankah kita saling mencintai? Mengapa cinta kita mesti ada tembok yang begitu sulit kita hancurkan? Haruskah mas bawa lari ‘Nu? Apakah ‘Nu sanggup untuk meninggalkan semua yang ‘Nu cinta demi mas?”
Pertanyaan dan pernyataan yang mas Dan katakan begitu membuatku semakin tak sanggup untuk membendung tangisku, aku menangis dalam pelukannya yang begitu hangat dan membuat aku tak mampu melepaskan pelukannya.
“Mas Dan...’Nu ngga mungkin berpisah dengan mas...mas membuat ‘Nu kembali bisa menatap masa depan. Kehadiran Mas Dan membuat ‘Nu mampu untuk meraih kehidupan kembali. Mas Dan membuat ‘Nu berharga, ‘Nu mencintai mas Dan tetapi.....”. Isakku tak mampu untuk mengeluarkan semua kata-kataku, semakin erat mas Dan memelukku.
Dada mas Dan selalu sanggup untuk menampung semua tangisku, tangisku akan kehidupan yang kadang menurutku tak adil untukku dan mas Dan. Cinta ini kami lalui dengan begitu penuh liku, tetapi mas Dan masih seorang suami dan aku tak sanggup untuk merebut mas Dan dari istrinya. Mas Dan buatku adalah sosok laki-laki yang mampu membuat aku begitu sangat berharga.
Dengan lembut mas Dan menyentuh rambutku yang terurai, dia kembali mengecup keningku dengan lembut. Pelukan kami semakin hangat, tangisku mulai mereda dan dengan lembut mas Dan mulai menyeka butiran air mata yang mengalir resah dipipiku.
“ ‘Nu...bukankah cinta tak mesti bersatu? Mas, mencintai ‘Nu tetapi bukan berarti harus melukai orang-orang disekitar kita. Alangkah naifnya kita bila cinta yang kita miliki hanya mas dan ‘Nu yang bahagia.. cinta adalah kebersamaan dan buahnya adalah kebahagiaan bersama. Bila cinta kita tidak membuahkan kebahagiaan bersama, apakah pantas cinta itu untuk kita berdua. ‘Nu, mas Dan pun tak sanggup untuk melukai perasaan ‘Nu tapi mas tak mau membawa ‘Nu dalam kebahagiaan yang semu. Mas Dan dan ‘Nu harus mampu untuk memiliki jiwa yang besar bahwa cinta kita saat ini tak mungkin untuk bersatu, tapi sanggupkah kita?”.
Ku dengar degup jantungnya mulai tak beratur, menahan semua rasa yang mulai membuncah, tentang perasaan ketidak pastian dan ketidak jelasan tentang makna kehidupan cinta kami berdua.
Aku mulai tersadar bahwa mas Dan akan mengakhiri ini semua, “Mas Dan, aku hanya meminta mas Dan pun mengerti bahwa aku pun tak sanggup untuk melukai perasaan istri mas Dan. Aku paham mas menginginkan aku untuk tak bersama lagi dengan mas Dan, bukan begitu?”.
Kembali dengan hangat dia memelukku dan aku pun terlena dalam pelukannya. Malam itu begitu membuai asmara kami. Kasih yang tak sampai mungkin ada di depan kami tapi malam itu membuat kami makin terhanyut.
Melihat pertumbuhan dan perkembangan Riska anakku membuat aku sangat bahagia dan suamiku sungguh menyayangi Riska. Aku bahagia memiliki seorang suami yang menerimaku dengan semua kekurangan yang ku miliki. Dia menyayangi Riska.
Bertahun sudah kukubur kisah cinta antara aku dan mas Dan, sejak aku meninggalkan dia dan kembali kepangkuan suamiku yang sangat menyayangiku aku tak pernah lagi mendengar kabar tentang mas Dan.
Siang itu aku dikejutkan oleh bunyi handphone yang ku genggam, pihak sekolah Riska memberitahukan kalau Riska tiba-tiba pingsan saat jam pelajaran olah raga. Rasa khawatir yang menyeruak dalam dadaku, ada apakah dengan Riska?
Riska terlihat pucat sekali, dalam pelukanku dia berkata, “Bunda, Riska ngga mau ninggalin bunda”. Dengan lembut kuusap keningnya yang berkeringat, “Tidak sayang...Riska tidak akan meninggalkan bunda dan bunda akan selalu ada untuk Riska”.
Beberapa hari setelah kejadian itu kondisi Riska mulai membaik dan rasa khawatirku terhadap keadaan Riska berangsur mulai sirna. Riska sudah dapat beraktifitas kembali.
Hari ini aku punya janji dengan dokter yang menangani Riska. Sesampainya di rumah sakit aku, Riska dan mas Kris suamiku sambil menunggu kami bercengkrama, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara yang begitu aku kenal bertahum lalu.
“ ‘Nu...apa kabar? Sejak tadi aku memperhatikan kamu, aku Dan. Masih ingat dengankukan”. Hmmmm...pertanyaan yang konyol dan mengagetkanku. Dengan tergagap aku menjawabnya, “Oh, iya...aku masih ingat mas....aku baik saja perkenalkan ini Riska anakku dan ini mas Kris suamiku”. 
Akhirnya kami mengobrol bersama dan sebenarnya aku agak canggung karena pertemuan yang tak terduga ini membuat aku tak siap untuk dengan nyaman berbincang bersama apalagi ada mas Kris suamiku walaupun mas Kris tidak pernah tahu siapa mas Dan.
Mas Dan tugas kedinasannya dipindahkan dari kantor cabang ke kantor pusat yang ada di daerahku dan saat ini dia sedang melakukan tugas untuk memantau kinerja rumah sakit tempat Riska berobat.
Dering telpon membangunkanku, “Hallo, selamat sore dengan ‘Nu?” suara yang amat ku kenal. “Iya, dengan mas Dan?” tanpa ragu aku menebaknya. “Betul, ‘Nu...’Nu aku sedang menuju rumahmu, ada yang harus aku bicarakan denganmu”. Aku bingung, sepertinya tidak ada hal penting yang harus aku bicarakan dengan mas Dan. “Oh..silahkan mas”, akhirnya ku persilahkan mas Dan untuk menemuiku. 
Ku siapkan secangkir kopi susu buatanku dan mas Dan selalu menyukai kopi susu hangat yang ku buat. “Silahkan mas Dan, ini secangkir kopi susu yang ku buat untuk mas Dan seperti selalu ku buat untuk mas bertahun lalu”. Aku mencoba membuka pembicaraan kami. “Terima kasih ‘Nu, kopi susumu selalu yang terbaik untukku” dengan penuh antusias mas Dan meminumnya.
“ ‘Nu, kamu pasti tahu mengapa aku datang ke rumahmu dan untuk membicarakan tentang masa lalu kita”. Ucapan mas dan seperti hantaman buatku. “Maksdu mas Dan?”, aku mencoba menenangkan hatiku yang mulai tak menentu. “ ‘Nu, katakan dengan sejujurnya kalau Riska itu anak kita berdua, darah dagingku ‘Nu”. Aku terhenyak dan tak dapat memungkiri itu semua, kemiripan wajah Riska dengan mas Dan tak dapat aku mengelak dengan pertanyaan mas Dan.
“ Benarkah, ‘Nu?”, kembali mas Dan mempertanyakan. Aku terdiam sejenak, “Mas Dan, bila memang Riska anak dari benihmu tidak ada yang bisa merubah dengan hubungan kita. Aku dan suamiku sudah sangat bahagia memiliki Riska dan tak mungkin aku memisahkan kasih kami hanya karena Riska adalah benih dari mas Dan”, aku mencoba membuat pernyataan. “Tetapi seharusnya aku tahu ‘Nu kalau Riska itu benih dariku tetapi mengapa kamu tidak mengatakannya padaku? Bukankah aku berhak untuk tahu?”, Mas Dan mulai tidak dapat menerima pernyataan dariku.
“Baiklah, sekarang aku ingin tahu apa maksud dari semua ini?”, aku mencoba untuk memahami keinginan mas Dan. “Aku ingin kamu kembali denganku, bersama Riska anak kita. Aku masih dan selalu mencintaimu ‘Nu”, mas Dan meminta padaku. “Mas Dan, kemungkinan itu selalu ada tapi aku mohon beri aku waktu agar aku bisa bicara dengan mas Kris sehingga mas Kris menerima semua ini”, aku mencoba menenangkan mas Dan.
Selama proses waktu yang ku minta pada mas Dan agar aku dapat menjelaskan semua keinginan mas Dan pada mas Kris suamiku, aku sering membuat janji dengan mas Dan untuk bertemu dan selalu ku siapkan secangkir kopi susu hangat untuk mas Dan disaat dia menemuiku.
Pagi ini kami berkumpul disebuah pemakaman, pemakaman seseorang yang pernah aku cintai dan begitu dekat denganku. Bersama dengan Riska dan mas Kris, kami bersama menghadiri pemakaman mas Dan.
Aku tertunduk dipusara mas Dan, sebuah ucapan selamat tinggal yang terucap dalam hatiku, “Selamat tinggal mas Dan, maafkan aku. Aku tak pernah ingin melakukan ini semua padamu, aku tak ingin kebahagiaanku, Riska dan mas Kris kau usik begitu saja dengan kehadiranmu. Biarlah rahasia aku dan kamu terkubur dalam di pusaramu”. Ku usap lembut tanah merah yang membasah dan mas Dan terkubur dalam disana.
Satu tahun sudah setelah kepergian mas Dan, dan sejak saat itu aku tak pernah menjadi orang yang bahagia. Bayangan kesalahan selalu menghantuiku, kusiapkan secangkir kopi susu hangat buatanku dan ku teteskan racun dengan dosis yang maksimal untuk dapat ku minum bersama kopi susu buatanku seperti sering aku lakukan pada mas Dan semasa dia masih ada walau yang kusiapkan pada mas Dan berbeda dengan dosis sangat rendah tetapi pelan dan pasti racun itu akan membunuhnya tanpa ada tanda karena itu seperti serangan jantung biasa.
Dengan penuh kepastian ku minum secangkir kopi susu hangat buatanku. Maafkan bunda Riska dan maafkan aku mas Kris, biarlah semua cerita ini terkubur bersama jasadku dan aku terdiam membisu.



Kamis, 27 Juni 2013

Guru Honorer Pembunuh



Guru honorer status yang kadang membuat malu untuk mengucapkannya, begitu beberapa teman mengatakannya. Mengapa saya mengatakan “beberapa”? karena saya yakin tidak semua berpendapat menjadi guru honorer adalah sebutan yang masih malu untuk dinyatakan.

Guru honorer atau kadang disebut guru non-PNS, jumlahnya masih sangat besar dibandingkan dengan guru PNS di Indonesia. Guru honorer di Indonesia sebagian besar kesejahteraan secara ekonomi masih relatif kecil untuk bisa memenuhi kebutuhan pribadinya apalagi bila dibandingkan dengan UMP (Upah Minimum Pegawai) di Indonesia. Belum adanya standarisasi untuk UMG (Upah Minimum Guru), sehingga upah/honor yang diterima setiap masing-masing guru honorer di kabupaten atau kota bervariasi.

Ketentuan dalam Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional yang mengatur tentang guru nyaris secara keseluruhan tidak ada perbedaan antara guru PNS dan guru honorer. Tetapi yang membedakan adalah jumlah nominal gaji/honor atau tunjangan yang diterima sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan guru PNS.

Ketidak sesuaian kondisi tersebut tidak menyurutkan guru honorer untuk memenuhi semua kewajibannya sebagai guru. Tidak alasan bahwa guru honorer boleh malas-malasan karena gaji yang diterima jauh berbeda dengan guru PNS. Tidak alasan guru honorer tidak harus membuat perangkat pembelajaran karena tunjangan yang diterima jauh berbeda dengan guru PNS. Tidak ada alasan bahwa guru honorer tidak perlu memenuhi kompetensi guru (Profesional, Kepribadian, Paedagogik, Sosial) dan tidak alasan guru honorer jam mengajarnya berbeda dengan guru PNS karena guru honorerpun harus memenuhi standar ketentuan yaitu minimal 24 jam mengajar dalam 1 minggu pertemuan.

Jadi mengapa kita (guru honorer) harus malu mengatakan bahwa “Saya Guru Honorer” karena kondisi kita dalam ketentuan pemerintah tidak ada yang membedakan dan yang pasti yang membeda kita adalah pendapatan/penghasilan  yang kita terima jauh melambung dibandingkan dengan guru PNS. 

Katakan dengan tegas dan percaya diri, bahwa saya guru honorer dan saya sama dengan anda guru PNS serta melaksanakan semua kewajiban saya walau hak kita berbeda.

 Judul tulisan saya ; “Guru Honorer Pembunuh” karena saya merasakan, melihat, meninjau dan banyak pemaparan tentang kondisi tersebut. Guru-guru honorer adalah pembunuh semua kemustahilan. Kemustahilan tentang gaji dan tunjangan yang sangat berbeda tetapi mampu melaksanakan tugas sama dengan guru PNS.

Pembunuh kemalasan, tetap mengabdi dan mengajar tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan tugas (bolos mengajar) walau gaji/honor tidak cukup untuk transpot ke tempat melaksanakan tugas.

Pembunuh keegoisan,  walau dengan gaji/honor ala kadarnya tetap bertanggungjawab terhadap semua perkembangan peserta didik dan membantu serta mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan diri secara efisien dan efektif.

Pembunuh kebodohan, walau gaji/honor kita berbeda tetapi kita tetap mampu untuk mengembangkan diri, aktualisasi diri serta kemampuan yang setara dengan guru PNS. Mampu memahami setiap sifat, ciri dan perkembangan peserta didik. Mencerdaskan peserta didik adalah tugas kita pula sebagai guru honorer.

Pembunuh kegagalan, kemampuan dalam mengembangkan peserta didik dan memotivasi dalam menyelesaikan semua tugas perkembangannya adalah tugas yang kita lakukan sebagai guru honorer tidak melalaikan tentang semua kondisi peserta didik walau gaji/honor kita berbeda dengan guru PNS.  

Yakin bahwa kita adalah “Guru Honorer Pembunuh” semua kemustahilan berbanding dengan honor yang kita terima dengan tugas, kewajiban serta tanggungjawab yang sama dengan guru PNS.

Yakin bahwa kita adalah guru honorer yang teruji dan terukur sesuai dengan yang tertera dalam Lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yaitu :  Kompetensi Profesional, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Paedagogik dan Kompetensi Sosial.

Inilah kami guru-guru honorer dalam aktifitas