Aku tak pandai membuat sebuah argumen tentang politik,
Karena politik buatku licik dan keji.
Aku tak pandai berdiskusi, seperti para pejabat atau politikus,
Yang terus membela kepentingan diri dan kelompoknya.
Aku tak pandai melobi seperti Fathanah,
Dengan bahasa intelektualnya mampu menjual daging-daging segar yang
menguntungkannya dengan milyaran rupiah.
Aku pun tak pandai membuat suatu
proyek seperti Djoko Susilo,
Keuntungan besar dan membahagiakan para istrinya.
Aku hanya rakyat kecil seperti sendal jepit dan terjepit dalam banyaknya
korupsi di negeri Tercinta ini,
Dengan triliyun Rupiah habis hanya untuk Bank Century dan tak jelas
kemana aliran dana tersebut bergulir.
Triliyun rupiah habis untuk sebuah proyek Hambalang yang menyeret
orang-orang yang katanya membela kepentingan rakyat.
Ah, sementara jika kami berhutang ke Bank dengan jumlah teramat kecil dan
bila dalam batas waktu tak mampu membayar...caci maki pun datang menghujat.
Ah, aku hanya rakyat kecil saja, tak mampu melawan kekuasaan yang besar.
Andai uang triliyun-an itu tak habis “kau” bagi-bagi untukmu dan
kelompokmu rakyat negeri ini pasti tak ada yang sengsara.
Di negeri tercinta ini aku menunggu,
Menunggu kearifan sang penguasa untuk benar-benar membela kami rakyat
jelata yang terjepit dan tersungkur dengan semua kebijakan-kebijakan yang lebih
bijakSONO bukan bijak pada kami rakyat jelata.
Ah, entahlah celotehku pada negeri ini sampai atau terkubur bersama
kasus-kasus yang semakin menyempit dan terkubur.
Aku menyimak kembali lagu dari Iwan fals, Besar dan Kecil :
Kau seperti bis kota atau truk
gandengan
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang mentang menakutkan makan sembarangan
Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil merengit sulit dapat untung
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Mengapa besar selalu menang?
Bebas berbuat sewenang wenang
Mengapa kecil selalu tersingkir?
Harus mengalah dan menyingkir
Apa bedanya besar dan kecil?
Semua itu hanya sebutan
Ya walau didalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil
Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang mentang menakutkan makan sembarangan
Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil merengit sulit dapat untung
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Mengapa besar selalu menang?
Bebas berbuat sewenang wenang
Mengapa kecil selalu tersingkir?
Harus mengalah dan menyingkir
Apa bedanya besar dan kecil?
Semua itu hanya sebutan
Ya walau didalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil
Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Kepada Allah saja kita mengadu
BalasHapussalam
Omjay
Betul, Omjay dan salam...
Hapusmengadu lewat tulisan juga baik...
BalasHapusBetul pak Yusuf, dari pada teriak-teriak dijalanan, hehehe...salam
Hapus