Perjalanan menuju perlombaan LKKS (Lomba Kreatifitas Kepala
Sekolah) SLB se-provinsi Jawa Barat adalah suatu pengalaman yang
berharga buatku. Terutama adalah pengalaman dalam menerima kekalahan dan kegagalan, begitu biasa orang pada umumnya mengatakan.
Tetapi buatku tak ada kekalahan dan kegagalan walau prestasi dengan predikat kepala sekolah kreatif tidak ku sandang (;baca tidak menjadi pemenang). Kekalahan dan kegagalan adalah milik ikon kefrustasian. Tapi sebelumnya mari simak bagaimana perjalananku dalam mengikuti ajang LKKS tersebut :
Pada tanggal 24 Juni 2013 aku sudah harus berangkat ke daerah Cianjur tempat perlombaan LKKS itu dilaksanakan dan saat itu kondisi anak terkecilku sedang sakit muntaber yang paling menyedihkan adalah aku dan suami tidak memiliki uang yang cukup untuk membawa anakku ke dokter. Pada saat itu pula aku harus pergi ke Cianjur uang yang kami miliki sebesar Rp 11.000,-, pasti tidak akan cukup untuk berobat anakku dan transport ke Cianjur.
Pagi yang cerah dengan tetap senyum yang cerah dan berkeyakinan yang tinggi bahwa kuasa Allah diatas segalanya. Aku hanya mengatakan pada Allah, “Ya Robb, KuasaMu diatas segalanya”. Subhanallah, lewat tangan Allah semua kepastian itu selalu ada, Rp 400.000,- ada ditanganku pagi itu, ada seorang teman yang membayar hutangnya sebesar Rp 200.000,- tanpa harus aku minta dan Rp 200.000,- uang receh yang selalu kami simpan dan kami kumpulkan dari selipan-selipan kantong kecil di rumahku.
Selesai mengobati anakku ke dokter yang menghabiskan biaya sebesar Rp 100.000,- sisa uang yang ku bawa Rp 200.000,- karena Rp 100.000,- aku berikan untuk di rumah, bekal selama aku pergi.
Sesampainya di Cianjur, Alhamdulillah aku mendapatkan uang saku dari panitia gugus sebesar Rp 500.000,- cukup untuk bekalku pulang nanti selesai perlombaan.
Harapanku besar untuk mendapatkan juara dalam Lomba Kreatifitas Kepala sekolah (LKKS). Hadiah yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Bidang Pendidikan Luar Biasa pun buatku sangat menggiurkan. Lalu mimpiku pun berlanjut dengan kata “bila” aku menjadi juara.
Mimpi sederhanaku bila aku menjadi juara I dengan hadiah sebesar Rp 8.000.000,- aku sudah persiapkan untuk membayar uang honor guruku sebesar Rp 5.000.000,- (seharusnya honor guru sudah dapat dibayarkan melalui uang sertifikasi suami sebesar Rp 9.000.000,- tetapi sampai saat ini uang sertifikasi suami belum turun direkening), Rp 2.000.000,- untuk membayar PDAM dan listrik yang akan dicabut dan sisanya Rp 1.000.000,- akan ku berikan pada anakku yang saat ini kuliah di UI dan selama 5 bulan ini aku belum memberikan uang saku bulanan.
Bila Juara II, aku mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 6.500.000,- uang itu sudah kuimpikan untuk membayar gaji guru-guruku sebesar Rp 5.000.000,- dan Rp 1.000.000,- aku bayarkan untuk PDAM, Perusahaan Daerah Air Minum di tempatku selalu memberikan kemudahan pada SLB Ayahbunda bila keadaan tidak memungkinkan kami diberikan kemudahan dengan perjanjian.
Juara III pun sudah aku syukuri dengan hadiah Rp 4.000.000,- aku dapat membayar sebagian gaji guru-guruku. Dan bila Harapan I, II dan III aku pun sudah menyiapkan hitungan keuangan yang harus aku keluarkan.
LKKS tahun ini menampilkan kinerja kepala SLB dalam membuat RKST (Rencana Kerja Sekolah Tahunan), aku tidak mau tersisihkan seperti tahun 2012 dan tahun 2013 ini aku sudah persiapkan dengan beserta Tim Pengembang Sekolah dan sekaligus Tim RKS (Rencana Kerja Sekolah).
Pada bulan Januari aku dan Tim sudah mempersiapkan EDS (evaluasi Diri Sekolah) lalu kamipun menyiapkan RPS (Rencana Pengembangan Sekolah) dan didampingi dengan RKJM (Rencana Kerja Jangka Menengah) serta dijabarkan kembali dalam RKST (Rencana Kerja Sekolah Tahunan).
Butuh waktu 5 bulan kami menyiapkan semuanya, karena kami memegang komitmen bahwa RKS adalah wajib dimiliki oleh setiap sekolah dan tentunya sesuai dengan kapasitas sekolah tersebut berdasarkan hasil dari EDS.
Saya menayadari, saat memberikan paparan 10 menit dan 15 tanya jawab apa yang saya paparkan tidak dapat menyakinkan dewan juri bahwa RKST yang kami buat adalah proses yang panjang dan membutuhkan analisa yang rumit pula.
Ada beberapa kritikan dewan juri yang saya garis bawahi :
1. Bahwa saya terlalu agresif
2. Sayapun terlalu heboh dalam memberikan paparan
3. Dan saya terlalu berlebihan dalam menguraikan serta tidak sesuai dengan struktur kepantasan (saya mengistilahkannya)
4. Dan menurut dewan juri dengan RKST tebal dan cover yang bagus tidak menjamin dapat menyakinkan kami juri.
Saat pengumuman dengan menyimpan mimpi sederahanaku, aku tidak dapat meraih menjadi sang juara. Ternyata betul saya tidak dapat meyakinkan dewan juri bahwa RKST saya berharga dan prosesnya adalah pencarian, pembelajaran, dan analisis yang panjang. Melalui belajar pada yang berkompeten dibidangnya sampai mempelajari RKS sekolah lain serta diskusi yang panjang dengan Tim RKS sudah aku lakukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi, situasi dan kebutuhan sekolah kami tentunya berdasar pada EDS.
Saya cukup responsif ketika beberapa teman dalam LKKS tersebut mengatakan bahwa mereka menyiapkan RKST hanya dalam waktu beberapa minggu saja dan bahkan ada yang hanya 3 hari sudah dapat menyelesaikan RKST. Ternyata saya dan Tim tidak sehebat beberapa teman yang mengatakan seperti itu. Butuh waktu yang panjang dan tidak asal membuat RKST untuk sekolah kami. Karena RKST adalah jiwa sekolah kami.
Pembelajaran yang sangat berharga buat kami adalah, saya (sebagai penyaji) tidak dapat meyakinkan juri pada LKKS tetapi saya sangat bahagia dan bangga karena sudah ada sekitar 8 sekolah yang meminta saya untuk mengirim contoh dari RKS secara lengkap untuk bahan masukan di sekolah mereka dalam pembuatan RKS. Dan yang semakin saya bahagia dan bangga ternyata setelah Idul Fitri tahun 2013 ini, saya sudah diminta 11 sekolah untuk membimbing mereka dalam pembuatan EDS, RPS, RKJM sampai RKST.
Saya bahagia dan bangga walaupun saya guru dan kepala sekolah non PNS (; baca bukan Pegawai Negeri Sipil), tetapi saya berharga untuk SLB Ayahbunda dan beberapa sekolah yang membutuhkan ilmu yang saya miliki. Penghargaan dan kualitas kita buat saya tidak dapat dinilai hanya dalam waktu 25 menit dalam ajang LKKS tetapi proses dalam menjalaninya adalah penghargaan dan nilai yang tidak dapat diukur dalam jumlah hadiah Rp 8.000.000,-, Rp 6.500.000,- dan seterusnya.
Apa yang saya dan Tim buat, memang tidak dapat meyakinkan dewan juri dalam 25 menit di LKKS tetapi saya dapat meyakinkan diri saya bahwa ketidak mampuan saya mendapatkan predikat Kepala Sekolah Kreatif adalah energi positif untuk lebih mengembangkan kemampuan saya sebagai kepala sekolah untuk menjadi edukator, manager, administrator, supervisor, pemimpin, inovator dan motivator bagi guru-guru, peserta didik dan orang tua peserta didik di SLB Ayahbunda bahkan bila mungkin masyarakat yang membutuhkan masukan dengan ilmu yang saya miliki.
Permohonan maafku pada Tim Pengembang Sekolah sekaligus Tim RKS, maafkan bundamu ini yang belum bisa memberikan yang terbaik untuk rekan-rekan semua.
Permohonan maaf pada Gugus 1 SLB kabupaten Bogor, saya belum dapat memberikan yang terbaik tak lupa pula untuk Pengawas PLB bapak Drs. Asep Ading S.H., M.M.Pd. terima kasih atas bimbingannya dan mohon maaf belum dapat memberikan sesuai dengan harapan.
Tulisan ini bentuk kekecewaan diri yang saya olah menjadi energi positif.
Selamat buat semua juara dan sahabat semua pantas untuk menyandang sebagai kepala sekolah kreatif SLB se-provinsi Jawa Barat.
Tetapi buatku tak ada kekalahan dan kegagalan walau prestasi dengan predikat kepala sekolah kreatif tidak ku sandang (;baca tidak menjadi pemenang). Kekalahan dan kegagalan adalah milik ikon kefrustasian. Tapi sebelumnya mari simak bagaimana perjalananku dalam mengikuti ajang LKKS tersebut :
Pada tanggal 24 Juni 2013 aku sudah harus berangkat ke daerah Cianjur tempat perlombaan LKKS itu dilaksanakan dan saat itu kondisi anak terkecilku sedang sakit muntaber yang paling menyedihkan adalah aku dan suami tidak memiliki uang yang cukup untuk membawa anakku ke dokter. Pada saat itu pula aku harus pergi ke Cianjur uang yang kami miliki sebesar Rp 11.000,-, pasti tidak akan cukup untuk berobat anakku dan transport ke Cianjur.
Pagi yang cerah dengan tetap senyum yang cerah dan berkeyakinan yang tinggi bahwa kuasa Allah diatas segalanya. Aku hanya mengatakan pada Allah, “Ya Robb, KuasaMu diatas segalanya”. Subhanallah, lewat tangan Allah semua kepastian itu selalu ada, Rp 400.000,- ada ditanganku pagi itu, ada seorang teman yang membayar hutangnya sebesar Rp 200.000,- tanpa harus aku minta dan Rp 200.000,- uang receh yang selalu kami simpan dan kami kumpulkan dari selipan-selipan kantong kecil di rumahku.
Selesai mengobati anakku ke dokter yang menghabiskan biaya sebesar Rp 100.000,- sisa uang yang ku bawa Rp 200.000,- karena Rp 100.000,- aku berikan untuk di rumah, bekal selama aku pergi.
Sesampainya di Cianjur, Alhamdulillah aku mendapatkan uang saku dari panitia gugus sebesar Rp 500.000,- cukup untuk bekalku pulang nanti selesai perlombaan.
Harapanku besar untuk mendapatkan juara dalam Lomba Kreatifitas Kepala sekolah (LKKS). Hadiah yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Bidang Pendidikan Luar Biasa pun buatku sangat menggiurkan. Lalu mimpiku pun berlanjut dengan kata “bila” aku menjadi juara.
Mimpi sederhanaku bila aku menjadi juara I dengan hadiah sebesar Rp 8.000.000,- aku sudah persiapkan untuk membayar uang honor guruku sebesar Rp 5.000.000,- (seharusnya honor guru sudah dapat dibayarkan melalui uang sertifikasi suami sebesar Rp 9.000.000,- tetapi sampai saat ini uang sertifikasi suami belum turun direkening), Rp 2.000.000,- untuk membayar PDAM dan listrik yang akan dicabut dan sisanya Rp 1.000.000,- akan ku berikan pada anakku yang saat ini kuliah di UI dan selama 5 bulan ini aku belum memberikan uang saku bulanan.
Bila Juara II, aku mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 6.500.000,- uang itu sudah kuimpikan untuk membayar gaji guru-guruku sebesar Rp 5.000.000,- dan Rp 1.000.000,- aku bayarkan untuk PDAM, Perusahaan Daerah Air Minum di tempatku selalu memberikan kemudahan pada SLB Ayahbunda bila keadaan tidak memungkinkan kami diberikan kemudahan dengan perjanjian.
Juara III pun sudah aku syukuri dengan hadiah Rp 4.000.000,- aku dapat membayar sebagian gaji guru-guruku. Dan bila Harapan I, II dan III aku pun sudah menyiapkan hitungan keuangan yang harus aku keluarkan.
LKKS tahun ini menampilkan kinerja kepala SLB dalam membuat RKST (Rencana Kerja Sekolah Tahunan), aku tidak mau tersisihkan seperti tahun 2012 dan tahun 2013 ini aku sudah persiapkan dengan beserta Tim Pengembang Sekolah dan sekaligus Tim RKS (Rencana Kerja Sekolah).
Pada bulan Januari aku dan Tim sudah mempersiapkan EDS (evaluasi Diri Sekolah) lalu kamipun menyiapkan RPS (Rencana Pengembangan Sekolah) dan didampingi dengan RKJM (Rencana Kerja Jangka Menengah) serta dijabarkan kembali dalam RKST (Rencana Kerja Sekolah Tahunan).
Butuh waktu 5 bulan kami menyiapkan semuanya, karena kami memegang komitmen bahwa RKS adalah wajib dimiliki oleh setiap sekolah dan tentunya sesuai dengan kapasitas sekolah tersebut berdasarkan hasil dari EDS.
Saya menayadari, saat memberikan paparan 10 menit dan 15 tanya jawab apa yang saya paparkan tidak dapat menyakinkan dewan juri bahwa RKST yang kami buat adalah proses yang panjang dan membutuhkan analisa yang rumit pula.
Ada beberapa kritikan dewan juri yang saya garis bawahi :
1. Bahwa saya terlalu agresif
2. Sayapun terlalu heboh dalam memberikan paparan
3. Dan saya terlalu berlebihan dalam menguraikan serta tidak sesuai dengan struktur kepantasan (saya mengistilahkannya)
4. Dan menurut dewan juri dengan RKST tebal dan cover yang bagus tidak menjamin dapat menyakinkan kami juri.
Saat pengumuman dengan menyimpan mimpi sederahanaku, aku tidak dapat meraih menjadi sang juara. Ternyata betul saya tidak dapat meyakinkan dewan juri bahwa RKST saya berharga dan prosesnya adalah pencarian, pembelajaran, dan analisis yang panjang. Melalui belajar pada yang berkompeten dibidangnya sampai mempelajari RKS sekolah lain serta diskusi yang panjang dengan Tim RKS sudah aku lakukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi, situasi dan kebutuhan sekolah kami tentunya berdasar pada EDS.
Saya cukup responsif ketika beberapa teman dalam LKKS tersebut mengatakan bahwa mereka menyiapkan RKST hanya dalam waktu beberapa minggu saja dan bahkan ada yang hanya 3 hari sudah dapat menyelesaikan RKST. Ternyata saya dan Tim tidak sehebat beberapa teman yang mengatakan seperti itu. Butuh waktu yang panjang dan tidak asal membuat RKST untuk sekolah kami. Karena RKST adalah jiwa sekolah kami.
Pembelajaran yang sangat berharga buat kami adalah, saya (sebagai penyaji) tidak dapat meyakinkan juri pada LKKS tetapi saya sangat bahagia dan bangga karena sudah ada sekitar 8 sekolah yang meminta saya untuk mengirim contoh dari RKS secara lengkap untuk bahan masukan di sekolah mereka dalam pembuatan RKS. Dan yang semakin saya bahagia dan bangga ternyata setelah Idul Fitri tahun 2013 ini, saya sudah diminta 11 sekolah untuk membimbing mereka dalam pembuatan EDS, RPS, RKJM sampai RKST.
Saya bahagia dan bangga walaupun saya guru dan kepala sekolah non PNS (; baca bukan Pegawai Negeri Sipil), tetapi saya berharga untuk SLB Ayahbunda dan beberapa sekolah yang membutuhkan ilmu yang saya miliki. Penghargaan dan kualitas kita buat saya tidak dapat dinilai hanya dalam waktu 25 menit dalam ajang LKKS tetapi proses dalam menjalaninya adalah penghargaan dan nilai yang tidak dapat diukur dalam jumlah hadiah Rp 8.000.000,-, Rp 6.500.000,- dan seterusnya.
Apa yang saya dan Tim buat, memang tidak dapat meyakinkan dewan juri dalam 25 menit di LKKS tetapi saya dapat meyakinkan diri saya bahwa ketidak mampuan saya mendapatkan predikat Kepala Sekolah Kreatif adalah energi positif untuk lebih mengembangkan kemampuan saya sebagai kepala sekolah untuk menjadi edukator, manager, administrator, supervisor, pemimpin, inovator dan motivator bagi guru-guru, peserta didik dan orang tua peserta didik di SLB Ayahbunda bahkan bila mungkin masyarakat yang membutuhkan masukan dengan ilmu yang saya miliki.
Permohonan maafku pada Tim Pengembang Sekolah sekaligus Tim RKS, maafkan bundamu ini yang belum bisa memberikan yang terbaik untuk rekan-rekan semua.
Permohonan maaf pada Gugus 1 SLB kabupaten Bogor, saya belum dapat memberikan yang terbaik tak lupa pula untuk Pengawas PLB bapak Drs. Asep Ading S.H., M.M.Pd. terima kasih atas bimbingannya dan mohon maaf belum dapat memberikan sesuai dengan harapan.
Tulisan ini bentuk kekecewaan diri yang saya olah menjadi energi positif.
Selamat buat semua juara dan sahabat semua pantas untuk menyandang sebagai kepala sekolah kreatif SLB se-provinsi Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar