Translate

Sabtu, 29 Desember 2012

Aksi Kami Melayani, Bukan Mempublikasi


Saat orang-orang di mas media geger dengan adanya seorang anak usia antara 8 tahun yang di kerangkeng di rumahnya, berita ini langsung menyebar. Anak itu mengalami kelainan persepsi sosial, tingkah laku, kemandirian dan lainnya atau biasa disebut dengan autis.
Pada tahun 2011, saya dan sahabat-sahabat saya di SLB Ayahbunda saat melakukan kegiatan penjaringan (mendata dan memberikan pendekatan pada masyarakat tentang anak berkebutuhan khusus) menjumpai seorang anak yang terkurung disebuah kamar yang pada saat itu kumuh, becek, penuh degan kotoran (bekas makanan dan hajatnya) terlihat seperti tidak terurus.
Kami tidak mengeksposnya, karena hanya akan jadi bulan-bulanan mas media dan ratap tangis serta haru yang melihatnya dan mungkin akhirnya tanpa melakukan apapun agar anak tersebut bisa mandiri.
Akhirnya atas izin pihak keluarga kami meminta anak tersebut untuk bisa kami layani dengan baik, Sungguh luar biasa anak itu kini sudah lebih baik lagi.
Kami hanya bisa melakukan aksi pelayanan tanpa harus memberi informasi pada masyarakat bahwa ada anak yang terkurung. Saya yakin orang tuanya bukan ingin membuat anaknya seperti itu tetapi dia sendiri tidak paham apa yang harus dilakukan pada anaknya.
Sasaran kami adalah selain memberikan pelayan pada anak tersebut tetapi memberikan pendekatan phisikis pada orang tua, sehingga orang tua bisa memaami bagaimana memberikan pelayanan terhadap anaknya yang termasuk pada anak berkebutuhan khusus.
Kami melakukan ini semua tanpa meminta bayaran serupiah pun dari pihak orang tua, kami melakukan karena kami 
Berikut gambar pelayan yang kami lakukan :
Memberikan relaksasi sesaat setelah memberikan pelayanan "Toliet Training"
 

Sudah bisa belajat mandi sendiri


Belajar Menyikat Gigi
 
 
Terapi Bermain Menggunakan Trampolin
Bermain Bola Keseimbangan (awal mula anak ini takut tapi melalui terapi yang rutin, permainan Bola Keseimbangan adalah favouritnya)
 
 
Kami melakukan ini semua tanpa meminta bayaran serupiah pun dari pihak orang tua, ketidak mampuan membuat mereka sulit untuk membiayai terapi anaknya. Dan tugas kami sebagai pelayan bagi anak berkebutuhan khusus adalah memberikan pelayanan bagi anak ini waau pun kami sadar sangat kurang dapat melayani karena keterbatasan alat pembelajaran.
Semoga allah tetap memberikan kikhlasan pada kami, sehingga tidak sombong dan serta memberi kasih sayang pada semua anak berkebutuhan khusus.

Catatan Refleksi Diri : 
Terima kasih guru-guruku yang senantiasa mendukung semua aktifitas dan aksi untuk melayani anak-anak berkebutuhan khusus. 
Ya, Robb...semoga aku tidak menjadi pembawa berita yang salah lagi.Dan tetapkan aku dalam setiap langkah menuju perbaikan diri. Terima kasih ya Robb, sudah mengingatkanku melalui teguran yang maha dahsyat padaku. Aku yakin Engkau berikan ini padaku karena atas dosa-dosa yang telah ku perbuat. Dan Engkau menegurku di dunia agar aku dapat memperbaiki diri dan semata-mata karena Engkau menyayangiku. Saat ini di dunia aku terhina tapi aku yakin saat aku kembali padaMu, aku tidak akan terhina dihadapanMu. Amiiin.





Emak, Rasanya Susu itu Seperti Apa?


Pagi itu si Acil berjalan menyusuri rel kereta api, menuju stasiun Parungpanjang  dengan baju Angry birdnya yang sudah lusuh. Si Acil berharap hari ini mendapatkan sedikit uang untuk membeli sekotak susu seharga Rp 2.500,-, seperti doa emaknya tadi malam.
Perbincangan Malam tadi :
Acil      : “emak…rasanya susu itu seperti apa ya?” (SI Acil sambil menunjuk bekas susu kotak     
                ditangannya).
Emak   : “rasanya manis, gurih, lezat dan enak, Acil…” (Emak Acil sambil membereskan
                tumpukan kardus dan sampah-sampah hasil memulungnya tadi sore).
Acil      : “Oh..enak ya, mak…Acil pengen susu ini, mak..” (sambil memperlihatkan bekas susu
                kotak digenggamannya).
Emak   : “Insyallah Cil..kalau besok hasil menjual kardus dan lainnya laku terjual lebih seperti
                biasanya emak pasti belikan…” (dalam hati emak Acil menangis sampai usia 6 tahun
                Acil belum merasakan nikmatnya susu yang seharusnya menjadi konsumsi Acil untuk
                pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otaknya. Tapi emak Acil tidak mungkin
                untuk membelikannya karena hasil penjualan dari memulungnya hanya bisa untuk
               membeli beras 1 liter dan ikan asin sebagai lauknya).
Acil      : “emak..boleh ngga Acil besok nyari botol-botol bekas di Stasiun Parungpanjang terus
                kalau sudah banyak bisa Acil jual, uangnya buat Acil beli susu, boleh ya mak…” (rengek
                Acil pada emaknya).
Emak   : “boleh Acil..tapi pesan emak, jangan pernah mengemis ya nak…karena kita Allah tidak
                suka pada orang-orang yang hanya bisa meminta-minta tanpa bekerja keras…emak
                 doakan Acil besok dapat uang untuk beli susu” (pesan dan doa emak pada Acil).
Acil      : “Iya, mak..Acil selalu ingat pesan emak…” (dengan hati senang Acil tertidur dan
                membayangkan besok Allah beri rizki untuk membeli susu).
Sesampainya di Stasiun Parungpanjang Acil  langsung memunguti botol-botol dan gelas bekas minuman yang berserakan dengan penuh semangat dan dia bertekad hari ini bisa membeli sekotak susu yang sudah lama dia idam-idamkan.
Disebuah peron ada seorang ibu dan anaknya sedang menunggu kereta api yang akan membawa mereka ke arah stasiun Tanah Abang. Terlihat sekali tubuh yang gempal dari si anak, pertanda asupan gizinya cukup baik. Sekotak susu yang idamkan Acil ada dalam genggamannya, si Acil hanya menelan ludahnya membayangkan rasa susu kotak itu.
Saat si Acil sedang membayangkan rasa susu dalam khayalannya tiba-tiba si ibu dan anaknya langsung lari menuju kereta yang sudah tiba di Stasiun Parungpanjang karena terburu-buru belanjaan si ibu tertinggal dibangku peron.
Melihat  kantong belanjaan si ibu tertinggal si Acil dengan sigapnya langsung membawa kantong belanjaan si ibu dan menyerahkannya. Dan sebagai rasa terima kasih si Acil pun diberi uang Rp 5.000,-, tak terhingga rasa bahagia Acil. Tak henti-hentinya dia mengucapkan rasa terima kasih pada si ibu.
Si Acil bahagia sekali dan uang Rp 5.000,- hasil pemberian si ibu dia langsung belikan sekotak susu yang sangat dia idamkan , si Acil tidak membeli satu tapi dua susu kotak. Dia ingin berbagi dengan emaknya dia ingin emaknya pun merasakan enaknya susu yang emak ceritakan padanya.
Dia genggam erat susu kotak dikedua tangannya, dan dia akan menceritakan semuanya pada emak bahwa hari ini dia benar-benar bahagia karena dia dapat merasakan nikmatnya susu.
Sungguh tak terduga karena bahagianya Acil tidak melihat kanan-kiri saat dia menyebrang, tiba-tiba sebuah truk tronton dengan muatan penuh batu melindasnya dengan sekejap dan tubuh mungil dengan masih menggenggam dua kotak susu pun terlindas..tak bergutik…masih dengan susu dalam genggamannya….
Si Acil kecil tewas seketika…dan dia tak pernah merasakan nikmatnya susu kotak dalam genggamannya….

Jumat, 28 Desember 2012

Sebuah Penyesalan

Saya bukan Koruptor,
Mengapa tak henti terus menghujat
Sedangkan Koruptor pun masih bisa melakukan pembelaan
Dan banyak yang bebas berlenggok di negeri ini
Tak puaskah membuat semakin terpukul atas ulah saya sendiri?
Sepertinya saudara-saudaraku sangat bersih
Tak pernah melakukan kesalahan walau bukan kesalahan yang serupa
Sepertinya saya pun tak pantas memohon maaf
Apakah saya menysahkan kalian?
Sehingga kalian begitu susahnya memaafkan
Memaafkan adalah memberi maaf dengan ikhlas
Tanpa embel-embel kata yang lain
Cukup sudah menjadi HAKIM bagi saya
Maaf..maaf..maaf...tak cukup untuk kalian
Tertawa, mencemooh, membuat kalian begitu bahagia
Ketika saya mengatakan ;
Maafkanlah...lalu terbahak seperti kemenangan sudah teraih
Dan aku si Pecundang meradang.
Koruptor pun masih bisa dimaafkan
Lalu begitu hinakah aku?
Ternyata maafku pun menjadi kepuasan atas nikmat mencemooh padaku
Selamat anda jadi pemenang dan aku jadi pecundang..

Pelacurpun masih dengan bangga mengatakan,
Uangku banyak dari melacur
Semua bahagia dan tertawa serta memuji
Ah, pantas dia cantik dan molek
Sedangkan aku?
Hanya jadi bulan-bulanan si pintar nan pandai bermain kata
aku tak lebih terhormat dibandingkan si pelacur nan molek

Puaskan rasa benci, cemooh dan hujatmu..
Aku adalah pesakitan yang menyesali semua kesalahanku
Jiwaku sudah terkubur, mengapa tak diam untuk sekedar mengatakan ;
Maafkan dia dan biarkan dia menanggung semua dosanya yang terkubur bersama jiwanya.
Biarkan dia tenang di alam sana, agar kita tidak menjadi orang-orang yang merugi dan selalu senang melihat orang lain semakin terperosok dengan kata-katamu...

Berbanggalah duhai sahabat-sahabatku..
Ternyata kalian memang orang-orang baik yang pantas untuk terus menghujat dan menghakimiku..
Puaskanlah...karea aku sudah terkubur dan tenang di alam sana.
Hanya waktu yang menanti saat engkaupun akan terkubur walau bukan seperti aku...