Beberapa
hari lalu dan hari ini ada yang daftar sekolah di Slb Ayahbunda Ayahbunda,
persyaratan yang harus dilengkapi ; Akte Kelahiran, SKTM, KTP Ortu dan
KK...tetapi semua tidak punya.
Ortu : "Berarti anak saya tidak bisa
sekolah, bunda?"
Aku : "Sangat bisa sekolah bu walau
persyaratan belum ada".
Ortu : “kalau tetap ngga bisa?"
Aku : "Anak ibu tetap sekolah bu...tetapi
yang jadi pertanyaan saya buat ibu, kok ngga punya KTP sama sekali ibu atau
bapak. Lalu selama ini ibu dan bapak warga mana?
Ortu ; "ya...saya orang Parungpanjang
asli..."
Aku : "kalau begitu tolong buat KTP
bu...."
ortu ; "Wah...saya repot, bunda..."
Aku : "kalau begitu saya juga boleh dong
bilang..."maaf, bu...anak ibu ngga bisa sekolah di tempat saya sebab saya
repot..."
Ortu : "hehehehe....bisa aja si bunda
mah..."
Aku : "Ya...sekarang ibu harus bisa
menyempatkan waktu ibu untuk membuat KTP, oke....kalau bicara repot semua orang
repot bu....saya juga repot tapi bukan berarti saya harus tidak punya KTP. Masih
ada waktu 2 bulan untuk membuat KTp, jadi sisishkan waktu ibu dan bapak untuk
membeuat KTP, oke”.
Ortu : “Insyallah, bunda....tapi tetep
diterimakan anak saya?”...
Aku : “tentu dan pasti, saya terima....dan
harus sekolah awal tahun pelajaran ini, ya...”
Ortu : “makasih, bunda...”
Aku : “sama-sama..”
*********************
Lalu,
kembali datang seorang ibu dengan mobil kijang Inovanya, emas bergelayutan
disekujur tubuhnya (sepertinya sudah tidak bisa memuat jumlah emas yang dia
miliki), dandanan menor, baju gemerlap, tasnya terlihat mahal dan elegan. Dia
membawa seorang anak yang akan dia daftarkan ke SLB Ayahbunda, percakapanpun
dimulai :
Ibu : “Pagi bu...saya mau mendaftarkan anak
saya untuk di sekolah ibu dan menurut informasi yang saya dapat sekolah ini
menerima anak-anak “seperti anak saya” (sambil menunjukkan anak kecil mungil
nan lucu).
Aku : “Oh, iya bu.....”. (dengan ramah dan sigap
ku perlihatkan formulir pendaftaran dan nominal administrasi).
Ibu : “Wah, katanya sekolah ini gratis kok
ada uang pendaftarannya...”
Aku : “Oh, betul bu...sekolah ini gratis bagi
kalangan tidak mampu secara ekonomi, sekarang saya bertanya pada ibu apakah
secara ekonomi ibu termasuk orang yang tidak mampu dan berkesulitan?”
Ibu : “Ya....memang saya
berkecukupan...tetapi rasanya kalau harus mengeluarkan uang untuk sekolah anak
ini tidak mungkin, dan apakah dengan saya mengeluarkan uang untuk sekolah anak
saya, ibu bisa menjamin anak saya sembuh?”.
Aku : “kalau ibu mau anak ibu gratis silahkan
bu...saya dengan ikhlas menerima anak ibu tetapi tolong buat SKTM (Surat
Keterangan Tidak Mampu) sebagai tanda bahwa ibu dalam kondisi tidak mampu untuk
menyekolahkan anak ibu di sekolah kami.
Ortu : “ya ngga bakalan bisa bu...saya kan tidak
miskin...”
Aku ; “kalau ibu memang tidak miskin, mengapa
tidak ibu sedikit mengeluarkan uang untuk anak ibu, sebagai amal ibadah ibu
dalam membantu administrasi sekolah ini. Kami sekolah swasta yang sebagian
besar anak-anak disini gratis, otomatis kami butuh dana untuk biaya operasional
sekolah. Masalah ibu menginginkan kesembuhan karena harus bayar di sekolah ini,
silahkan ibu cari sekolah yang bisa menyembuhkan anak ibu...jujur saya katakan
saya bukan Tuhan yang bisa menyembuhkan anak ibu, Yang bisa saya lakukan disini
adalah memberikan pendidikan dan pembelajaran pada anak ibu agar kelak menjadi
anak yang mandiri dan bisa menolong dirinya sendiri.
Ortu : “Jadi ibu ngga bisa menyembuhkan anak
saya?....kalau begitu mendingan saya pergi ke “orang pintar” aja yang bisa
menyembuhkan anak saya, saya selama ini sudah menghabiskan uang ratusan juta
untuk anak saya dan kata “orang pintar” anak saya akan sembuh”.
Aku ; “Silahkan bu....saya berdoa semoga
harapan ibu sesuai dengan apa yang ibu inginkan...”
********************
Seorang ibu
bercerita tentang kondisi anaknya yang tidak mampu berjalan tetapi gerak tubuh
bagian atasnya masih berfungsi serta kemampuan integensinya seperti anak
lainnya.
Ortu : “Bunda, saya mau menyekolahkan anak saya
disini, biayanya berapa?”
Aku : “relatif bu...kami memang ada patokan
harga tetapi itu semua dikembalikan pada kondisi ekonomi ibu karena yang tahu
kondisi ekonomi keluargakan hanya ibu dan suami...kalau saya mengira-ngira
nanti salah..., kira-kira ibu mampu berapa?” (sambil menyodorkan patokan
keuangan sekolah).
Ortu : “Sebenarnya harganya murah ya,
Bun....tetapi saya hanya bisa bayar SPP Rp 50.000/bulan boleh? Terus uang
masuknya Rp 150.000,- boleh ngga? Tapi itupun dicicil”
Aku : “Oh, silahkan bu.....bila ibu dan bapak
ikhlas kami menerimanya dengan ikhlas pula...tetapi bila memang kondisi ekonomi
ibu tidak memungkin, jangan memaksakan diri untuk membayar uang sekolah bu...”
Ortu ; “Maaf, bun....seberat apapun kondisi
saya...saya tahu guru-guru disini berjuang untuk kebaikan anak saya, alangkah
hinanya saya tidak bisa menghargai guru-guru untuk anak saya...”.
Aku : “Subhanallah...terima kasih ibu....”
*************************
Ini adalah
sebagian kecil kisah dari perjalanan Penerimaan Siswa Baru di SLB Ayahbunda.
Sedikit pula menggambarkan kondisi karakter orang tua.
Banyak
sekali permasalahan yang harus kami hadapi sebagai seorang pendidik, pola fikir
setiap orang tua berbeda dalam memahami kondisi anaknya.
Menerima anak
didik dengan kekhususan berarti pula kami sebagai seorang pendidik harus mampu
menerima kondisi orang tua dengan beragam karakter dan pola fikir yang beragam
serta penanganan yang khusus pula.
Selamat
berjuang orang tua yang memiliki anak-anak yang khusus dan istimewa, Tuhan
tidak akan mengamanahkan anak-anak khusus itu pada kalian karena Tuhan yakin
kalian adalah para orang tua yag hebat dan istimewa.
Subhanallah.......
BalasHapuspak Yudi, terima kasih untuk menyimak kisah saya...salam
Hapussubhanallah....saya dulu juga sering ngalamin yg spt in wkt mengajar di SDIT Al Irsyad di daerah saya...
BalasHapusbu Dewayanti, semoga cerita kita dapat menginspirasi teman-teman seperjuangan, semangat bu dan salammm...
Hapus