I’M HAPPY TO
BE A SECOND WIFE’S
Pagi ini ku
awali dengan langkah yang pasti, bahwa aku harus mengambil keputusan yang telah
lama aku pertimbangkan untuk menyusun masa depanku, walaupun aku tahu mungkin sakit
yang akan aku rasakan diawal keputusanku ini.
"Kamu
sudah yakin dengan semua keputusanmu, Tya?"... "Aku sangat yakin
sekali, Bab.."
Sesaat
anganku melayang pada hari-hari yang telah lalu....
Aku adalah
gadis yang sangat bahagia dan gadis kampus di perguruan tinggi ternama, orang-orang
sering memanggilku si centil yang manis, energik, cerdas dan senyum selalu
terukir indah dibibirku yang katanya seksi.
Ehmmm... sok
pasti semua orang mengatakan aku gadis yang sangat beruntung karena selain aku
cerdas, aku juga supel dalam pergaulan dan banyak kemampuan yang tak banyak
dimiliki semua orang.
Tahun-tahun
ku lalui dengan segala kebahagiaan yang sangat ku nikmati, dan tak ada kesulitan
yang berarti dalam hidupku. Semua sesuai dengan alur yang ada..(very normal).. dan akhirnya akupun memutuskan
menikah dengan pria pilihanku.
Ku mulai
pernikahan ini dengan angan tentang kebahagiaan sebuah mahligai rumah tangga
yang sangat ku impikan, bahwa aku akan disayang, dilindungi, dihargai,
dimanja..Indahnya anganku membuat hari-hari pernikahanku menjadi hari yang teramat
indah bagiku.
Sungguh aku
tak pernah membayangkan tiga hari setelah aku lalui pernikahanku itu adalah
awal aku mengenal dunia yang berbeda dari masaku saat sebelum menikah.
Tuhan...aku
tak menemukan apa arti dari sebuah pernikahan yang selama ini ku angankan, yang
ku temukan hanya pengkhianatan-pengkhianatan hari demi hari yang aku lalui
bersamanya selama beberapa tahun.
Ku coba
terus bertahan dalam situasi yang membuatku semakin tak memiliki arti dalam
kehidupan pernikahanku, tapi aku tak mau terus terpuruk dalam kepedihan ini,
aku coba bangkit sendiri dengan sisa kekuatan yang ku miliki.
Aku mulai
sibuk dengan semua pekerjaanku, prestasi demi prestasi aku raih yang akhirnya
aku dapat melupakan semua kekecewaanku dengan keadaan pernikahanku.
Dunia telah
terbuka untukku, aku mulai lelah dengan semua penyiksaan yang dia lakukan padaku.
Fisikku telah jenuh dengan semua pukulannya. Jiwaku menggeliat dengan semua
hinaannya, asaku telah hilang dengan semua pengkhianatannya, kini aku ingin
melangkah sendiri....
"Tya..." Baby
menggoyangkan bahuku, "ya,...jawabku, "sudahlah...bila
kamu sudah ambil keputusan seperti ini, aku yakin itu yang terbaik untuk kamu,
aku sudah kenal kamu cukup lama, jadi saatnya kini kamu semakin meyakinkan diri
kamu bahwa kamu mampu menyelesaikan semuanya dan aku pun sangat yakin bahwa
kamu pasti dapat melalui ini semua dengan baik...".
"Thanks,
Baby...aku besok ke Pengadilan Agama, keputusanku sudah mantap...aku sudah
siapkan semuanya, tapi...kamu mau kan bantu aku?", kataku pada Baby sahabatku yang
selama ini selalu dengan setia mendampingiku dalam suka dan duka. "Don,t worry, Sweety...aku tidak
akan membiarkanmu larut dalam dukamu, trust me, oke?".. .
*AFTER ONE YEAR *
Banyak yang
telah ku raih dan terselesaikan dalam beberapa tahun ini setelah kesendirianku,
aku kembali dengan keceriaanku, masa depanku lebih indah walau tanpa dia.
Aku hidup
dalam situasi yang aku angankan saling menghargai, melindungi, menyayangi,
mengasihi tidak dengan sebentuk pernikahan memang tapi dengan anak-anak yang
membutuhkanku.
Anak-anak jalanan, mereka lebih membutuhkan aku. Ku
nikmati kebersamaan dengan mereka. Hari-hari yang ku nikmati bersama mereka
membuat aku dapat melupakn kepahitan yang pernah ku alami.
Kasih sayang
yang ku berikan adalah amanah terindah dari Tuhan agar aku dapat lebih bermakna
dalam hidup ini, aku tahu ini adalah rencana terindah yang Tuhan suguhkan
untukku.
Tiba-tiba
aku kangen sekali dengan Baby sahabat karibku yang sekarang tempat tinggal kami
berjauhan. Baby saat ini ada di London
bersama keluarga, karena suaminya di tugaskan kesana.
“Hello,
Bab…How are you?” kataku lewat hpku, “hai…baik buangeet..kemana aja kok
baru telpon sih, Sweety? I miss you..” kata Baby dan dia selalu
memanggilku sweety sejak kami sama-sama satu perguruan tinggi dulu.
“Gile…aku
juga kuangeeen buangeeet..tapi gimana I’m very busy nih..” kataku. “Eh..gimana
sekarang kamu sudah punya someone lagi nggak?”, tanya Baby,
“Belum
tuuh..” Jawabku. “Cariin dong bule…siapa tahu bule mau ama
janda made in Indonesia, hehehe…” candaku.
“Wow..janda keren
kayak kamu ngga akan sulit dapat gantinya, tapi emang kamunya aja yang ngga mau
buka hatimu untuk yang lain..dunia ini luas, say…ayo, wake up, Sweety…” Baby coba
bangkitkan aku dari tidur panjang, “Are you sure?” aku mencoba yakinkan
Baby..”of
course..I am sure..”, baby kembali yakinkan aku seperti dulu. Itulah
sahabatku tak pernah lelah untuk mendampingiku dalam suka dan dukaku.
“Okey,
Baby…sudah dulu ya, say..Insyallah lain waktu kita sambung lagi, salam buat
your family”..kataku. “Okey..aku tunggu kabarmu lain waktu see you, nye…”. Baby
mengakhiri percakapan kami.
Tiba-tiba
ada SMS masuk ke Hpku “I miss you better than everything, I love
you better than anything, I believe you forever”. Ach..so sweet,
membuat perasaanku makin melambung ke nirwana, dan ku balas ; “Dear..Don’t
make me hope to much , because I know my position”.
Mas Satrio
akhirnya menelponku, “Sayang…apa kabar?”. “Baik,
mas..”. Jawabku singkat. “Sayang..mas mesti ngomong apalagi untuk
meyakinkan Tya bila mas selama ini menyayangi Tya”. Mas Satrio mulai
untuk lebih meyakinkanku lagi bila aku mulai ragu akan semua kata-kata yang dia
paparkan untuk ungkapkan semua rasa yang terus sesak didadanya yang bidang,
yang sering membuatku berharap untuk bersandar dan rengkuhan hangat dari jari
jemari tangannya yang kokoh meraih bahuku yang mungil dan merentas dalam
kesendirian.
“Mas..tolong
beri waktu Tya untuk berfikir bahwa apa yang terjadi pada kita adalah bukan
suatu kesalahan karena ini semua banyak melibatkan pihak lain terutama keluarga
mas Satrio sendiri”, kilahku. “Oke sayang..perlu berapa banyak waktu yang
mesti mas nanti untuk dapat jawaban yang pasti dari Tya?...”, Mas
satrio menuntut jawaban dariku. “Biarkan waktu yang menjawabnya dan kita
serahkan semuanya pada Tuhan”. Aku mengakhiri pembicaraan kami.
*ALL ABOUT ME*
Ku jalani
kehidupan yang indah dengan tetap bersama kesendirian dan mas Satrio tetap
menemaniku dengan setia. Mas Satrio adalah sosok pria yang ideal bagiku, dia
pria yang selama ini aku idam-idamkan, dia banyak membimbing karirku,
memotifasi semua ide-ideku, mengarahkan aku bila aku mulai keluar alur,
melindungiku dengan segala kehangatan senyumnya, mengayomiku dan dia berikan
apa yang aku butuhkan.
Gelar S2
telah ku raih dan karirku semakin baik, semua atas Rahmat Tuhan yang selalu
mencintaiku dan memudahkan setiap jalanku, juga mas Satrio yang banyak membantu
aku hingga aku sesukses ini.
Banyak yang
menginginkan aku untuk dapat tempat dihatiku, tapi tak ada ruang yang lain di
hati ini selain mas Satrio yang selalu menemani kesendirianku, aku bahagia
bersamanya walau aku masih belum terikat pernikahan dengan mas Satrio.
Tibalah
waktunya kami berdua harus menuntaskan semua paparan hidup yang kami jalani selama ini. Mas satrio terus mendesakku untuk
segera menikah dengannya.
Banyak yang mas
satrio kagumi dari aku, aku pernah mengatakan padanya bahwa aku tak ingin mas Satrio
untuk meninggalkan istri pertamanya dan juga anak-anaknya. Aku mencintai dan
menyayangi mas Satrio karena memang Tuhan menggariskan aku harus bertemu dengan
dia dan akhirnya kami saling mencintai.
Setelah
tahun-tahun kami lalui bersama dan dengan status aku adalah WIL (Wanita Idaman
Lain), aku dan mas Satrio harus mengakhiri ini semua. Aku harus beri jawaban
yang pasti pada mas Satrio tentang kelanjutan hubungan kami ini.
*MARRY ME?*
Aku menikah
dengan mas Satrio tanpa sepengetahuan istri pertamanya. Aku dan mas Satrio
berkomitmen untuk merahasiakan pernikahan kami. Kami berusaha agar pernikahan
kami tidak diketahui oleh pihak lain, mengingat posisi mas Satrio dan aku di
kantor kami.
Aku memang
istrinya dan bukan simpanannya walau aku istri kedua tapi aku bangga pada
suamiku mas Satrio karena dia suami yang sangat bertanggung jawab, aku tak
pernah menuntut dia untuk memberikan waktu yang sama dengan istri pertamanya.
Kapanpun mas Satrio ada waktu aku kan siap berada di sampingnya, dan akupun tak
menuntut apapun pada suamiku karena yang dia beri padaku lebih dari yang
kuinginkan.
Suamiku beri
semua kebutuhanku akan kasih sayang, dicintai, perlindungan, dihargai, aku tak
menuntut materi pada mas Satrio karena bukan itu yang aku cari dari dia, tetapi
penghargaan akan arti sebuah pernikahan yang selama ini ada dalam anganku dan
arti dari sebuah mahligai rumah tangga. Ya…itu aku dapatkan semua dari mas
Satrio.
Sejujurnya aku
tak ingin menyakiti perasaan istri pertamanya, tapi semua ini kami lakukan
karena aku dan mas Satrio tak ingin berbuat zina karena Tuhan membenci umatnya
yang berbuat zina, seperti mas Satrio pernah mengutip salah satu ayat dalam
Al-quran :
“Dan janganlah kamu mendekati zina ; sesungguhnya
zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. An-Nur :
23).
Aku
bersyukur mendapatkan suami yang soleh, aku mengaguminya seperti diapun
mengagumiku. Aku beri cintaku padanya dan aku jalani hidupku dengan tak sendiri
lagi. Disampingku ada suami yang menyayangiku.
Ada yang
harus difikirkan tentang keadaan kami selanjutnya. Mungkin suatu waktu entah
kapan akhirnya istri pertama dan anak-anak mas Satrio harus mengetahui posisiku
dan tentunya anak-anak mas Satrio dari hasil pernikahan denganku.
Aku hanya
bisa berharap pada suamiku bahwa ketika istri pertamanya tahu posisiku tak ada
sinar kebencian dihatinya, akupun berharap kami bisa saling menyayangi dan aku
selalu berharap kami bisa saling memahami serta tak ada perceraian antara aku
maupun istri pertamanya.
Suami kami
adalah miliki Tuhan, biarkan tangan-tangan-Nya yang bekerja dan memberi jalan
yang terbaik untuk kami. Semoga tak ada yang menghujat aku dengan posisi istri
kedua karena aku bukan perebut suami orang itu yang biasa aku dengar tentang
posisi istri kedua atau istri-istri yang kesekian.
Biarkan aku
jalani ini semua karena Tuhan pun menjelaskan dalam Al-Quran :
“…………….., maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi ; dua, tiga, atau empat……” (QS. An-Nissa : 3).
*I’M HAPPY TO BE A SECOND WIFE’S*
“Tya..aku
harus akui kamu adalah sahabatku yang paling aku sayangi, tapi apakah kamu
tidak salah untuk memilih jadi istri kedua? Apa tidak ada laki-laki lain yang
sendiri yang menginginkanmu? Apa kamu sudah dibutakan oleh cinta? Apa kamu
tidak akan disakiti lagi seperti pernikahan pertamamu? Apa orang-orang tidak
akan menghujatmu sebagai perempuan perebut suami orang? Apa kamu tidak khawatir
laki-laki itu akan meninggalkanmu?”. Berbagai pertanyaan
menghujamku dari sahabatku, Baby tak beri aku peluang untuk membela diri.
“Sudah
selesai ngomongnya? Boleh aku yang ngomong sekarang?” pintaku. “Oke,
silahkan!!”…. Baby mempersilahkan aku untuk membela diri.
Aku menghela nafas panjang….”hhhhhhhh…Baby,
Tuhan telah beri aku banyak kenikmatan yang sampai saat ini sangat aku syukuri”…,
aku mulai mengawali pembicaraanku. Aku tahu Baby memang paling menentang dengan
yang namanya poligami…”Tapi aku juga menyadari bahwa aku hanya
umatNya yang pasti banyak berbuat kesalahan disisi-Nya, tapi apakah dengan
menjadi istri kedua adalah sebuah kesalahan?”. Tanyaku…
“Bullshit...”. Baby
menjawab dengan nada kesal, aku masih melanjutkan pembelaanku, “I’m
sorry, Baby…bila itu membuatmu kecewa… setiap wanita menginginkan menjadi istri
pertama, begitu juga dengan aku. Tapi bila Tuhan sudah menggariskan aku dapat
posisi istri kedua, apakah aku telah berbuat nista?...no, Baby..aku coba
memahaminya bahwa aku tetap diberi posisi terhormat disisi Tuhan, karena aku
menjalaninya dengan ikhlas dan aku selalu berdoa bahwa aku tak pernah minta
posisi apapun pada Tuhan yang aku minta adalah seorang suami yang dapat
menghargaiku dalam suatu ikatan rumah tangga dan aku dapatkan itu semua dari mas
Satrio suamiku, walau dihadapan manusia yang lainnya posisiku tak terhormat
tapi aku yakin disisi Tuhan, aku terhormat..”. Aku mencoba menjelaskan
pada Baby tentang keputusanku.
Sepertinya
amarah Baby mulai menurun, lalu dia memelukku dengan erat. “Tya..aku
kadang tak memahami pola fikirmu tapi aku selalu meyakini bahwa Tuhan memang
telah memilih kamu sebagai wanita yang dapat menjalani semua cobaan-Nya dengan
baik, aku hanya ingin kejujuran darimu, bagaimana perasaanmu saat ini dengan
menjadi istri kedua mas Satrio?”..Tanya baby dengan semua kegalauan
dibenaknya dan itu dapat kurasakan.
“Bab…I’m
Happy to be a second wife’s, dan aku bersyukur Tuhan beri posisi ini padaku
karena Tuhan telah beri aku anugerah terindah dalam hidupku memiliki suami yang
menghormati, menyayangi, dan melindungiku. Mas Satrio adalah pilihan Tuhan yang
terbaik untukku dan anak-anak kami”…. Jawabku dengan lugas dan
jelas.
Baby semakin
erat memelukku dan tangis mulai terdengar lirih dipelukanku. “Sweety..I
hope someday I can see you that you’re really happy to be a second wife’s,
someday sweety…”. Pernyataan yang menuntutku dari Baby sahabat yang
selalu menyayangiku.
“Oke,
dear..I will prove that, I’m happy to be a second wife’s..today, tomorrow and
until God gives me enough time to prove all…”.
Parungpanjang, 30 Desember 2007
For My
Children : Adinda Fauziah Juliana,
Fauzan Lazuardi, Citra Fauza
Ditheea.. Thanks for your support.
For Someone : Yang selalu memberi aku motifasi dan
selalu hadir
disetiap
kegalauan yang menghampiriku.
Don’t leave me alone because I need you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar