"KOTORAN ITU MENYELIMUTI TUBUH MUNGILMU”
Hari itu aku mendapat informasi bahwa ada seorang anak kecil dan berkebutuan khusus usia sekitar 9 tahun dengan kelainan autis.
Langsung tanpa menunda waktu lagi dengan ojeg langgananku, aku berangkat ke rumah yang akan aku lihat keadaannya.
Dengan bekal dan tekad bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak-anak
bangsa yang haknya sama dengan anak-anak lainnya yaitu mendapatkan
pelayanan dan pendidikan yang sesuai dengan kelainannya aku memberanikan
diri walau menurut informasi tetangga dan orang-orang sekitarnya bahwa
orang tuanya kurang ramah bila ada orang yang menegur dia bila
memperlakukan anaknya kurang sesuai pada tempatnya.
Sesampainya di rumah yang aku tuju, aku langsung masuk teras rumahnya
dan mulai tercium aroma-aroma yang tidak megenakkan untuk dihirup oleh
manusia pada umumnya.
“Assalamu’alaikum..selamat siang bu…”, dari arah depan rumah seorang ibu membuka pintu sambil menatapku dengan curiga…
“Wa’alaikumussalam, ada perlu apa ya bu…”, nadanya semakin curiga..
Jawabku : “Maaf bu…boleh bicara sebentar..sebelumnya saya akan
perkenalkan diri, nama saya Titin, biasa masyarakat sini memanggil saya
dengan sebutan bunda, mungkin ibu pernah tahu saya?…
Si ibu mendadak ramah : “Oh iya..ini bunda ya…maaf bun, ada perlu apa ya?
“Alhamdulillah kalau ibu mengenal saya…maaf kalau saya siang ini
mengganggu ibu tapi yang pasti Insyallah tujuan saya kesini dengan
maksud yang baik..menurut informasi yang saya dapat anak ibu memiliki
kelainan dalam istilah kami Anak Berkebutuhan Khusus…kalau saya boleh
lihat, dimana ya anak ibu?..”
“Aduh, maaf bun…anaknya susah diatur dan sering hilang jadi terpaksa saya kurung saja di kamar..”, Jawab si ibu.
“Oh, tidak apa-apa bu…dimana kamarnya?”….
Dengan berbagai alasannya si ibu seperti tidak ikhlas untuk aku melihat anaknya.
aku hanya bilang pada si ibu…”bu, saya datang kesini tanpa ibu minta,
saya datang kesini hanya melaksanakan kewajiban saya sebagai guru dari
Anak Berkebutuhan Khusus ketika saya dapat informasi tentang anak ibu,
saya langsung datang kesini dan saya tidak meminta bayaran apapun pada
ibu…apa saya meminta uang pada ibu? tidak kan?…jadi tolong bantu saya
untuk bertemu dengan anak ibu, Insyallah ibupun akan terbantu…”
Akhirnya si ibu memperkenankan saya untuk menemui anaknya..
“Astagfirullah…dalam hatiku beristigfar melihat keadaan didepan
mataku..seorang anak kecil mungil dengan tubuh yang mungil, dan takjubku
separuh dari bagian tubuhnya penuh dengan kotoran dari tubuhnya (alias
TAI)..dan ironisnya lagi sepertinya dia baru selesai memakan kotorannya
itu…
Semakin membuat aku terharu lagi tempat yang si ibu bilang kamar banyak
berserakan kotoran-kotoran yang sudah mulai mengering, air kencing dan
banyak belatung-belatung yang berlalu lalang…
Lalu ku peluk dia, dan Subhanallah..entah apa yang membuat anak itu
menerimaku dengan tangan terbuka, dia pun membalas memelukku, padahal
kata si ibu, dia akan takut bila melihat orang lain selain dari
keluarganya.
“bu…lihat anak ibu, dia baru saja memakan kotorannya atau tai-nya
sendiri..” (sambil ku perlihatkan tangannya)..apa ibu setega ini pada
anak ibu? apa ibu tidak beringinan anak ibu bisa memahami mana yang
harus dia makan dan mana yang tidak boleh dia makan?”…
Si ibu langsung memlukku dan menangis, dia mengatakan bahwa tidak
berkeinginan membuat anaknya seperti itu tapi dia tidak ada waktu untuk
megurusnya karena diapun harus berjuang mencari nafkah sejak suaminya
meninggal jadi dia terpaksa membiarkan anaknyaseperti itu.
Aku langsung membawa si anak ke SLB Ayahbunda tempat aku mengajar,
langsung aku mandikan dia dengan seksama agar tak ada lagi kotoran yang
melekat ditubuhnya. ku bersihkan badannya, ku sikat giginya, lalu ku
beri dia pakaian yang bersih dan wangi, ku bawa dia ke tukang cukur agar
kepalanya semakin bersih.
Subhanallah tubuh mungil itu kini bersih tanpa ada bau yang melekat dan tercium dari tubuhnya.
Sekarang dia tumbuh menjadi anak yang ceria, sudah mampu untuk mandi
sendiri, sudah bisa bermain dengan trampolin, sudah bisa merasakan geli,
sudah bisa tersenyum….
Trimakasih ya Robb…perjuanganku tak pernah ada yang sia-sia, anak itu
suatu saat akan mampu untuk memahami bahwa “Kotoranku tak layak untuk
aku makan”…
(diawal tahun 2012…..Aku Mencintaimu anak-anakku…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar