KUNIKAHKAN SUAMIKU
Namaku
Nur, usiaku 38 tahun, aku guru honor di salah satu sekolah swasta di
desaku, suamiku seorang PNS di salah satu dinas pemerintah daerah.
Kehidupan kami sekeluarga sangat bahagia. Kami dikaruniai 3 anak dari
hasil perkawinan kami, mereka sehat, lucu dan juga pintar, taat pada
perintah agama dan juga orang tua. Rumah mungil kami selalu ramai dengan
canda tawa dan keriangan mereka.
Aku adalah wanita yang sangat bahagia dengan segala syukur yang selalu kupenuhi
dalam hari-hariku karena Allah telah karuniai aku seorang suami yang
sangat menyayangi, mencintai dan melindungi kami sekeluarga dengan
limpahan dan curahan kasih sayang yang tak pernah luruh walau usia
perkawinan kami telah menginjak usia 15 tahun.
Tahun
demi tahun dalam usia perkawinan kami praktis tak pernah ada gejolak
yang berarti, hanya ada riak-riak kecil yang kadang justru menambah rasa
cinta kami karena dengan perbedaan-perbedaan yang ada menambah
keyakinan bahwa kami dipersatukan Allah karena kami saling menyayangi.
Rumah
kami yang mungil di salah satu perumahan tingkat menengah dapat kami
tata bersama dengan sentuhan kasih terindah karena kami mengharapkan
anak-anak kami tumbuh dengan baik di lingkungan yang baik pula.
Anugerah
terindah kami dapat selalu bersama dalam semua suka dan duka yang kami
jalani dari awal kami menikah, sesulit apapun permasalahan yang kami
hadapi dengan kebersamaan kami dapat menyelesaikannya tanpa ada yang
harus tersakiti.
Soneta Pagi Yang Indah
“Pagi sayang..”
setiap pagi suamiku selalu menyapa dengan kata-kata terindah bila
memanggilku lalu kecupan termanis selalu ia suguhkan untukku bila pagi
menyambut kami. “Pagi juga cinta..”
aku selalu membalas dengan kata termanis sebagai ungkapan rasa cinta
pada suamiku yang membuatku selalu merasa paling ia cintai. Lalu aku
peluk dengan kasih yang seakan tak terhenti walau waktu terasa merambah
dihadapan kami.
“Cinta…kopi
kasihku telah aku siapkan dimeja dan emmmm…nasi goreng bertabur pesona
asmaraku telah aku suguhkan untuk cintaku yang tak akan lekang karena
waktu” aku selalu siap memberi yang terbaik untuk suami terkasih, “Terima kasih , yang..” Jawab suamiku.
Kami
duduk bersama untuk sarapan pagi sebelum semuanya berangkat untuk
beraktifitas. Canda, tawa, rasa kebersamaan kami selalu kami awali di
pagi hari, karena setelah itu kami akan melakukan tugas kami
masing-masing, kami akan bersama lagi setelah seharian beraktifitas dan
berkumpul kembali pada sore harinya.
Lakon di Sekolahku
“Assalamu’alaikum, bu,,” sapaku pada teman-teman sejawatku di SLB tempat aku mengajar, “Wa’alaikumussalam bu Nur..” Jawab teman-temanku, “ Wah, bu Nur pagi ini bawa apa ya?” tanya bu Tati, “Ehm.. bu Tati paling cepet deh kalau soal makanan, bu Eva berkomentar, “Alaaaah, jangan sok imut deh…tadi aja sebelum bu Nur datang sudah pada nanya-nanya semua”, Pak Agus ikutan unjuk bicara, “Nunggu-nunggu apa Pak Agus?” tanyaku pura-pura tidak tahu apa yang mereka bicarakan, “Itu tuh bu…kita semua pada nunggu ibu pagi ini bawa makanan apa untuk kita semua, maklum dari rumah ngga pada makan, hehehe…” bu Yuli ikutan ngomong. “Ooh, itu…nih aku bawa bakwan dengan nuansa pelangi”, candaku.
Itulah
suasana pagi yang selalu ku rindukan di SLB “Pelangi Nusantara” tempat
aku dan teman-teman mengabdi. Walau gaji yang kami dapat tidak besar
sebagai guru honorer tapi kami sangat menikmati kebersamaan kami yang
tak dapat kami nilai dari jumlah rupiah yang kami dapat.
Semua
yang ada di SLB Pelangi Nusantara adalah kebahagiaan bagi kami,
anak-anak yang kami didik selalu memberikan cerita yang semakin hari
makin bervariasi, tiada jenuh di hati kami karena kami melakukannya
dengan keikhlasan.
Begitu
banyak anak-anak yang belum tersentuh untuk mendapatkan pendidikan yang
sesuai dengan pelayanan yang harus kami berikan pada mereka, walau
dengan keterbatasan alat belajar yang kami miliki tetapi kami tetap
semangat untuk terus berkarya dengan banyak memodifikasi alat bantu
belajar yang ada di lingkungan kami. Serta dengan banyaknya dukungan
dari kepala SLB Pelangi Nusantara yaitu Pak Sidiq, sungguh suatu
motivasi tersendiri bagi kami guru-guru di SLB Pelangi Nusantara.
Kami berharap dapat memberikan yang terbaik bagi anak-anak didik yang ada di sekolah kami, walau sekolah kami sekolah
yang sangat sederhana di kota kecil, namun kami terus berusaha agar
sekolah kami ini dapat terdengar gaungnya dengan pengabdian yang kami
curahkan pada SLB Pelangi Nusantara.
Hari
mulai beranjak ke sore hari, jam dinding sekolah kami telah menunjukan
pukul 15.00 setelah semua persiapan untuk esok hari telah kami
selesaikan dan akhirnya kami harus kembali ke rumah masing-masing.
“Bu Nur pulang bareng gak ?” ajak Bu Ihat yang memang rumah kami satu arah, jadi sah saja kalau Bu Ihat ikutan numpang di sepeda motorku yang belum lunas kreditannya (hehehhe emang baru bisa kredit). “Eh ini Bu Ihat tiap hari kerjaannya numpang mulu ke Bu Nur, kalau ngojek sudah berapa tuh?” canda Pak Agus, “ye… begitu tuh kalau orang iri, iri kan tanda tak mampu…” langsung saja Bu Ihat menyambar secepat kilat, “Ehmm ini berdua setiap hari saling ledek terus, entar lama kelamaan jadi saling jatuh cinta nih…” candaku, “idiiih… amit-amit deh mau sama Pak Agus, terus dijadikan istri kedua gitu ? entar dulu deh, lebih baik ngejomblo seumur-umur kalau jadi istri kedua sih…”
Tiba-tiba Pak Sidiq datang. “Sudah mau pulang bapak dan ibu ?” dengan hormat dan seperti dikomando kami menjawab bersama-sama sambil malu-malu karena ketahuan kerjaannya guyon terus. “Iya Pak…. kami pamit.”
Dan kamipun memberi salam pada Pak Sidiq Kepala Sekolah yang sangat
kami cintai karena selalu welas-asih pada anak-anak dan kami guru di
sekolah ini.
Mendung Mulai Menggelayut
Tak
ada yang berbeda dari pelayanan suamiku padaku maupun anak-anak. Selalu
terasa indah menemani hari-hari yang kami lalui. Hingga aku selalu
merasa menjadi orang yang paling disayang, dipuja dan dimanja oleh
suamiku, sampai pada akhirnya…
Hari
minggu adalah hari dimana kami sekeluarga biasanya berkumpul bersama
,bercerita, berdiskusi kecil, dan canda riang selalu mengiringi
kebersamaan kami, tetapi… pada hari minggu ini, Bang Ago suamiku ada
tugas kedinasan sampai dengan beberapa hari, sehingga kami sekeluarga berkumpul minus suamiku.
“Bu… kayaknya ada suara mobil berhenti depan rumah.” Emmi anakku yang pertama memecah keheningan kami (Emmi
Ayudia Nur Turanggo, anakku yang pertama kelas IX anak yang baik,
cantik, dan banyak prestasi yang telah dia raih, anakku yang kedua Yulia
Ananda Nur Turanggo kelas VII dengan bakat yang ia miliki, sudah banyak
berbagai kejuaraan menyanyi di kota kami telah ia raih, dan si bungsu
Farhan Aditya Nur Turanggo jagoanku yang paling gemar menggambar dan
melukis karyanya telah banyak diakui berbagai lomba menggambar dan
melukis di berbagai tempat, padahal dia baru kelas 5 SD).
“Assalamua;laikum…” terdengar suara salam dari luar . “Kak Indah… tumben dateng gak telpon dulu, aku kan bisa masak makanan kesukaan kakak dan abang.” Peluk cium dan jabatan hangat dariku membuka pembicaraan kami. “Om, Tante kok berdua aja sih ? Kak Ermi gak diajak?”, tanya Emmi “Kak Ermi nggak bisa ikut karena besok ada ujian di kampusnya, Kak Ermi juga titip salam buat Emmi, Yulia dan Dek Farhan” jawab Kak Indah.
“Oh… iya, Om Nasrul mau ajak kalian jalan-jalan, iya kan bang?” Kakakku selalu berusaha menyenangkan keponakannya, “Asyik… kemana nih om kita jalan-jalannya?” Tanya Yulia yang paling suka kalau Bang Nasrul ngajak jalan-jalan. “Ke tempat biasa kita kumpul-kumpul, oke nggak ?” Bang Nasrul langsung memboyong anak-anak untuk jalan-jalan bersama. “Hore….” teriak anak-anakku gembira (aku sempat terheran-heran, kok tumben aku dan Kak Indah nggak ikutan ya?… tetapi hanya dalam benakku saja).
“Nur, aku tak pernah ingin mencampuri urusan rumah tanggamu.” Kak Indah membuka pembicaraan denganku, dia adalah kakakku satu-satunya karena kami hanya dua bersaudara lain ibu (Ibu Kak Indah telah meninggal). “Memangnya kenapa kak? Ada apakah ?” tanyaku, dan dahiku mengkerut menahan tanya. “Aku juga tidak tahu pasti Nur, karena ini juga baru asumsiku, mungkin salah.” Kakakku menyambung kalimatnya. “Sudahlah
kak jangan pakai asumsi-asumsi segala kakak kan tahu aku paling gak
suka ngomong yang berbelit-belit, lagian aku kan orang yang paling siap
dengerin apapun”
“Bang Nasrul meminta kakak untuk ngomong langsung sama Nur tentang suamimu Ago” Kak Indah menatapku dengan lekat. “Ada apa dengan Bang Ago kak ?” tanyaku penuh dengan kegalauan. “Sebenarnya
sudah lama kami tahu, tapi bang Nasrul belum bisa memastikan jika
permasalahannya belum sejelas ini, hampir satu tahun ini kami berusaha
menutupi apa yang kami ketahui tentang suamimu Nur.” Kak Indah berusaha menjelaskannya dengan hati-hati padaku, aku terus mendengarkan dan menyimak dengan baik apa yang Kak Indah jelaskan.
“Nur… suamimu sepertinya ada wanita idaman lain dalam kehidupan rumah tanggamu..” Kak Indah berusaha menjelaskan dengan hati-hati padaku, andai aku bisa melukiskan perasaanku pada saat itu saat Kak Indah mengucapkan kata WIL (Wanita Idaman Lain) sungguh ya Allah aku tak dapat melukiskan dengan kata-kata perasaanku ini. Aku berusaha tegar dan ingin lebih memastikan apa yang Kak Indah
paparkan, tetapi bila informasi itu datang dari kakakku, aku sangat
meyakini sekali akan kebeneran berita itu karena aku tahu siapa kakakku
ini dia orang yang paling hati-hati dan dia sangat menjunjung tinggi akan kebenaran dan kejujuran dari setiap kata yang dia ucapkan.
“Kak, bila itu benar adanya, apa yang harus ku lakukan ?” isak tangis dan tetesan air mata mulai merambahi pipiku, Kak Indah memelukku dengan erat, aku merasakan rasa yang sama dari pelukan Kak Indah.
“Nur Adikku tersayang… kakak yakin kamu dapat menghadapi masalah ini
dengan baik, kita pikirkan dengan hati yang ikhlas dan sabar yakin Allah
akan bentu jalan keluarnya karena ini semua semata-mata ujian dari Allah untuk kamu Nur..”
Doa untuk Kekasih tercinta
Ya Rabb…
aku adalah insanmu yang lemah, aku sadar banyak sekali dosa-dosaku
padamu ya Rabb… kuserahkan diriku padamu sepenuhnya dengan semua cobaan
yang Kau berikan padaku, jadikan aku orang yang sabar dan ikhlas untuk
menerima semua cobaanMu, karena tanpa bimbingan dariMu aku bukan
apa-apa, tuntunlah aku agar tetap di jalanMu, yang Kau pilihkan untuk
orang-orang sebelumku jalan yang lurus dan atas RidhoMu, serta
bimbinglah Bang Ago untuk tetap berada di jalanMu agar dia tetap
menjalankan semua perintahMu dan menjauhi segala laranganMu, Ya Rabb….
aku serahkan semua permasalahanku padaMu karena hanya Engkaulah yang
Maha Mengetahui apa yang terbaik untukku dan suamiku, ku serahkan
suamiku padaMu karena dialah MilikMu, apapun yang terbaik untuk suamiku
adalah jalan terbaik yang Engkau pilihkan untuk dia dan aku yakin akan
kebenaran semuanya, karena hanya itu ya Allah… aku berserah diri padaMu
karena akaupun milikMu seutuhnya, hanya kepadaMu lah sebaik-baiknya
kembali, Amiin…
Ku tempuh Perjalanan untuk temui Kasihku
Ku
bawa mobil Nissan Juke merah kakakku dengan hati yang mulai damai
karena aku yakin Allah bersamaku, kubawa mobil Nisaan juke ini
sendiri…ya sendiri, ku tempuh perjalanan untuk temui kasihku, kadang ada
titik air mata tapi cepat kuusap sendiri..ya sendiri…
Tak
sulit mencari alamat rumah Romlah teman dekatku sekaligus calon istri
dari suamiku. Ku genggam erat hatiku agar aku mampu hadapi semuanya.
Kutatap teduh orang-orang disekitarku yang tampaknya terkejut dan terheran-heran melihat kehadiranku (istri dari
calon suami Romlah). Aku menyapa mereka dengan hangat, aku tanyakan
dengan ketenangan bahwa aku ingin menemui Romlah. Orang-orang mulai
ketakutan karena mengkhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan dengan kehadiranku yang mereka tidak menduga sebelumnya.
Akhirnya
aku dapat menemui Romlah dengan menyakinkan orang tua dan saudaranya
bahwa aku datang tidak dengan maksud tak baik tetapi aku hanya ingin
bicara langsung dengan Romlah.
“Nur…maafkan
aku..apapun yang akan kamu lakukan untukku aku akan terima tetapi aku
mohon jangan kau batalkan pernikahanku ini..”. Isak Romlah dengan permohonannya dan dia berusaha untuk memelukku tapi aku
tak bergeming, aku diam membisu, ku hela nafasku dengan tetap terdiam,
aku berusaha menekan rasa sakitku dan berusaha menyusun kata-kataku.
“Apakah kamu mencintai bang Ago, Rom?”. Tanyakan dengan masih tak bergerak tanpa tangisan. Romlah semakin erat memelukku. “Maafkan aku, Nur…”. Romlah masih dengan tangisannya (mungkin tangisan bahagia, entahlah…). “Kata-kata maaf darimu tak akan bisa merubah apapun, Rom. Aku hanya mau tanya sama kamu, apakah kamu mencintai suamiku?”. Nadaku mulai meninggi tapi aku masih bisa menjaga hatiku untuk tidak berbuat macam-macam. “Nur..aku memang sangat mencintai bang Ago tetapi bang Ago yang memaksa aku untuk menikah dengannya dan…….”. Belum
selesai Romlah menuntaskan kalimatnya aku sudah tak mau dengar lagi
kalimat kebohongan dan memojokkan lainnya tentang hubungan mereka. “Cukup!…tidak
usah berkelit dan mencari kalimat pembenaran lainnya tentang hubungan
kalian, mana bang Ago aku mau bicara dengan suamiku”, pintaku pada Romlah (
duuh…Ya latif, Duhai Yang Maha Lembut aku meminta suamiku sendiri pada
orang yang akan menjadi istrinya bang Ago, sungguh pemandangan yang
sangat menyakitkan tapi Allah Maha Baik memberi aku kekuatan untuk
melakukan ini semua).
Tak
lama kemudian bang Ago masuk ke dalam ruangan yang akan menjadi malam
pengantin mereka dengan nuansa ungu, warna kesukaan Romlah temanku dan
taburan bunga mawar merah bunga kesukaan suamiku. Harum bunga semerbak
merembah disekitar kamar untuk malam pertama mereka (walau dari tadi aku
berada di kamar ini aku tak dapat merasakan apapun hanya hati yang
mulai galau menyelimutiku tapi aku tetap berusaha selalu menyebut namaMu…Ya Robb, tetaplah bersamaku).
“Nur, maafkan aku..apapun yang akan kamu lakukan untukku aku akan terima karena semua ini adalah kesalahanku..”. Terdengar lirih suamiku menyusun kalimat yang sama seperti seperti yang
Romlah katakan padaku, bang Ago memelukku erat dan aku tak
bergeming…aku membisu. Ku hela nafasku dengan tetap terdiam dan aku
berusaha menyusun kata-kataku (sama seperti yang aku lakukan terhadap
Romlah).
“Bang…aku
sadar aku memang tidak sempurna tapi aku yakin bahwa kesempurnaan hanya
milik Allah semata, aku hanya bisa memasrahkan semuanya pada Allah,
abang sudah memilih jalan abang sendiri, aku yakin bila itu semuanya
yang terbaik untuk abang, pasti Allah akan memudahkannya..” kuusap lembut pipinya, tetes air mata mulai mengalir dari pipi suamiku yang lembut dan hangat yang selalu kubelai saat-saat kami berdua ; (Duuuh…seakan
aku ingin katakan, Ya Robb..kembalikan suamiku padaku tapi tak pernah
kuucapkan. aku teramat mencintai dan menyayanginya tak sanggup aku
menyakiti orang yang amat ku sayang dan ku cintai jadi biarkan hati ini
luka bila ternyata lukaku membuat dia bahagia).
Kunikahkan Suamiku
Duhai sang waktu yang terus merambah disisiku..
Bawa serta aku dalam petualangan harimu..
Dalam arungi nafas kehidupan yang membawa aku dalam dunia yang berbeda..
Untuk kuselami sehingga aku dapat memahami dan mengerti teka-teki yang selalu kau berikan pada perjalanan waktumu..
Denganmu aku dapat terus bersama dan menikmati perjalanan waktumu….
Aku
duduk dengan anggun disamping suamiku dan disisi lain dari suamiku ada
Romlah calon istri dari suamiku sekaligus teman dekatku. Aku terus ikuti
semua prosesi pernikahan suamiku dan Romlah, sampai akhirnya ijab kabul
tiba…
“Saya terima nikahnya dan kawinnya Romlah binti Haji Hasan dengan Mas Kawin Rp 1.487.500,- dibayar tunai…
(mas kawin yang sangat indah karena itu semua mempunyai makna tanggal,
bulan dan tahun lahir Romlah dan tahun pertama kali mereka merajut
kasih). Aku hanya terdiam dan terus berdoa dihatiku.
Ya
Robb..jadikan aku yang terbaik disisiMu, karena aku tak mengharapkan
yang terbaik disisi suamiku karena ada sisi yang lain disamping suamiku.
Aku
adalah pemenang disampingmu ya Robb..karena Engkau telah bimbing aku
pada jalanMu sehingga aku dapat ikhlas dan sabar menerima semuanya. Aku
terima istri dari suamiku dengan keikhlasan dan kesabaran karena tanpa
itu semua aku akan menjadi orang yang paling merugi dan
bila aku harus membenci aku hanya akan mengotori hatiku. Aku ingin
menjadi orang yang selamat dunia dan akhiratMu. Karena Allah menjanjikan
surgaNya bagi orang-orang yang selalu ikhlas dan sabar serta selalu
berada dijalanNya.
Puisi Cinta untuk Kasih
Simpati terus berdatangan padaku banyak yang berusaha
menghiburku tapi aku katakan pada mereka aku telah lebih dulu tenang
menghadapi semuanya karena aku telah Allah pilih menjadi wanita teruji
dihadapanNya.
Kehidupanku sudah tak sama seperti puisi cinta kami…
Kasih…
Lekatkan aku dalam tali asmaramu…
Membidik cinta…
Merajut asa…
Kasih…
Belaimu memanjakanku..
Merengkuh damai dalam asa cinta..
Berdua kita meniti waktu…
Kasih…
Cintaku merajah jiwa…
Sampaikan, bahwa kita tetap satu…
Parungpanjang, 27 Desember 2007
Kenangan saat aku menemukanmu dengan kekasih hatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar