Ini adalah pengalamanku saat awal-awal membangun Sekolah Luar Biasa…
Aku keluar masuk instansi “Pemerintah” yang katanya akan memberikan “bantuan” bagi lembaga yang membutuhkan dengan cara membuat “Proposal”.
Semalaman aku membuat banyak proposal untuk berbagai kebutuhan sekolah yang memang pada saat itu ruangan untuk sekolah kami belum dapat menampung siswa ABK yang ada.
Dengan modal tekad, keinginan yang kuat, ongkos yang minim dan juga bekal sehat badan dan jiwa yang stabil, ku mulai perjalananku dengan kereta ekonomi yang sesak, panas dan bau tujuh rupa, lalu ku teruskan dengan naik angkot, Alhamdulillah sampai pada tempat yang dituju…
Berbekal alamat dan “nama seseorang pejabat” yang harus aku temui akhirnya walau agak menunggu sedikit lama karena banyaknya yang bertamu pada “PEJABAT” tersebut akhirnya aku bisa menemuinya juga…
Aku : “Selamat siang pak…”
Pejabat : “Selamat siang…” anda siapa? darimana? ada keperluan apa”
Aku : “Kenalkan pak…saya Titin Sulistiawati, Kepala SLB Ayahbunda di kec. Parungpanjang Kab. Bogor Jawa Barat, saya datang ke tempat bapak untuk menenmui bapak, atas saran ”seseorang”..adapun keperluan saya kemarin berkenaan dengan keperluan untuk mengajukan proposa yang saya bawa…” (sambil memperlihatkan proposal)..Lalu menjelaskan secara sejelas- jelasnya tentang keberadaan SLB Ayahbunda dengan rinci dan dalam, dengan harapan sang “PEJABAT” paham akan tujuan dan harapan yang saya utarakan.
Pejabat : “Wah…kamu masih muda, cantik dan seksi juga pintar…saya tertarik dengan semua penjelasan kamu”…
Aku mulai berbunga-bunga…
Pejabat : (melihat dengan sekilas proposalku)…“begini dana yang kami miliki betul masih banyak tapi banyak sekali yang sudah terlebih dahulu mengajukan, karena saya ada rapat di Hotel …..(sambil menyebutkan sebuah hotel bintang lima) mau tidak kamu ikut saya ke hotel dan kamu tunggu di kamar saya selesai saya rapat kita bicarakan kembali proposal kamu…”
Aku : “tapi pak…rumah saya jauh dan kalau pulang malam nanti sulit kendaraan…” (aku tidak curiga sama sekali)
Pejabat : “Ah…gampang, nanti saya kasih ongkos buat kamu naik taksi langsung ke rumah kamu”…
Akhirnya aku menyetujuinya karena aku berfikir, kenapa tidak kesempatan bagus aku tak ambil.
Lalu kami pergi ke hotel yang dituju dengan mobil mewah milik si pejabat..(aku benar-benar bangga baru kali ini aku naik mobil pejabat dan mobil mewah lagi)…
Sesampainya di hotel sang pejabatpun membawa aku ke kamar hotelnya untuk menunggu dia selesai rapat dengan rekan-rekannya…
Menjelang maghrib sang pejabat masuk ke dalam kamar hotelnya…
Pejabat : “gimana…kamu nyaman disini?”
Aku : “Maaf pak..bagaimana kalau kita bicara diluar saja…kalau saya denga bapak didalam kamar ini buat saya tidak nyaman…” (aku sudah mulai jengah dan tak nyaman berduaan dengan laki-laki yang sepantasnya jadi bapakku)…”
Pejabat : “katanya kamu mau dapat bantuan dari saya…masa sih ngga ngerti apa yang saya inginkan?”..
Aku : “Maksud bapak apa?”
Pejabat : (Sambil berusaha memelukku dia berkata) “KAMU MAUKAN TIDUR DENGAN SAYA?”, nanti saya kasih kamu bantuan yang besar…”
Aku : “Maaf pak….lebih baik saya tidak mendapat bantuan dari bapak sama sekali, terimakasih…(Aku tak berpanjang lebar lebih baik aku selamatkan diriku).
Pejabat : “Oh ya…ya sudah saya juga tidak memaksa kamu, itupun jika “KAMU MAU TIDUR DENGAN SAYA” jika tidak mau kamu tidak akan dapat apa-apa…”
Akhirnya aku pergi dengan rasa syukur karena sang Pejabatpun tak berniat melakukan apapun padaku bila tidak ada KERELAAN dari diriku untuk “TIDUR BERSAMANYA”.
Aku pergi dengan ongkos yang minim dan Alhamduillah Allah telah melindungiku dan aku bisa sampai ke rumah dengan selamat walau hati kecewa.
Aku benar-benar tidak menyangka ternyata benar MORAL dan BIROKRASI Pejabat kita masih sekitar “SELANGKANGAN”.
Aku keluar masuk instansi “Pemerintah” yang katanya akan memberikan “bantuan” bagi lembaga yang membutuhkan dengan cara membuat “Proposal”.
Semalaman aku membuat banyak proposal untuk berbagai kebutuhan sekolah yang memang pada saat itu ruangan untuk sekolah kami belum dapat menampung siswa ABK yang ada.
Dengan modal tekad, keinginan yang kuat, ongkos yang minim dan juga bekal sehat badan dan jiwa yang stabil, ku mulai perjalananku dengan kereta ekonomi yang sesak, panas dan bau tujuh rupa, lalu ku teruskan dengan naik angkot, Alhamdulillah sampai pada tempat yang dituju…
Berbekal alamat dan “nama seseorang pejabat” yang harus aku temui akhirnya walau agak menunggu sedikit lama karena banyaknya yang bertamu pada “PEJABAT” tersebut akhirnya aku bisa menemuinya juga…
Aku : “Selamat siang pak…”
Pejabat : “Selamat siang…” anda siapa? darimana? ada keperluan apa”
Aku : “Kenalkan pak…saya Titin Sulistiawati, Kepala SLB Ayahbunda di kec. Parungpanjang Kab. Bogor Jawa Barat, saya datang ke tempat bapak untuk menenmui bapak, atas saran ”seseorang”..adapun keperluan saya kemarin berkenaan dengan keperluan untuk mengajukan proposa yang saya bawa…” (sambil memperlihatkan proposal)..Lalu menjelaskan secara sejelas- jelasnya tentang keberadaan SLB Ayahbunda dengan rinci dan dalam, dengan harapan sang “PEJABAT” paham akan tujuan dan harapan yang saya utarakan.
Pejabat : “Wah…kamu masih muda, cantik dan seksi juga pintar…saya tertarik dengan semua penjelasan kamu”…
Aku mulai berbunga-bunga…
Pejabat : (melihat dengan sekilas proposalku)…“begini dana yang kami miliki betul masih banyak tapi banyak sekali yang sudah terlebih dahulu mengajukan, karena saya ada rapat di Hotel …..(sambil menyebutkan sebuah hotel bintang lima) mau tidak kamu ikut saya ke hotel dan kamu tunggu di kamar saya selesai saya rapat kita bicarakan kembali proposal kamu…”
Aku : “tapi pak…rumah saya jauh dan kalau pulang malam nanti sulit kendaraan…” (aku tidak curiga sama sekali)
Pejabat : “Ah…gampang, nanti saya kasih ongkos buat kamu naik taksi langsung ke rumah kamu”…
Akhirnya aku menyetujuinya karena aku berfikir, kenapa tidak kesempatan bagus aku tak ambil.
Lalu kami pergi ke hotel yang dituju dengan mobil mewah milik si pejabat..(aku benar-benar bangga baru kali ini aku naik mobil pejabat dan mobil mewah lagi)…
Sesampainya di hotel sang pejabatpun membawa aku ke kamar hotelnya untuk menunggu dia selesai rapat dengan rekan-rekannya…
Menjelang maghrib sang pejabat masuk ke dalam kamar hotelnya…
Pejabat : “gimana…kamu nyaman disini?”
Aku : “Maaf pak..bagaimana kalau kita bicara diluar saja…kalau saya denga bapak didalam kamar ini buat saya tidak nyaman…” (aku sudah mulai jengah dan tak nyaman berduaan dengan laki-laki yang sepantasnya jadi bapakku)…”
Pejabat : “katanya kamu mau dapat bantuan dari saya…masa sih ngga ngerti apa yang saya inginkan?”..
Aku : “Maksud bapak apa?”
Pejabat : (Sambil berusaha memelukku dia berkata) “KAMU MAUKAN TIDUR DENGAN SAYA?”, nanti saya kasih kamu bantuan yang besar…”
Aku : “Maaf pak….lebih baik saya tidak mendapat bantuan dari bapak sama sekali, terimakasih…(Aku tak berpanjang lebar lebih baik aku selamatkan diriku).
Pejabat : “Oh ya…ya sudah saya juga tidak memaksa kamu, itupun jika “KAMU MAU TIDUR DENGAN SAYA” jika tidak mau kamu tidak akan dapat apa-apa…”
Akhirnya aku pergi dengan rasa syukur karena sang Pejabatpun tak berniat melakukan apapun padaku bila tidak ada KERELAAN dari diriku untuk “TIDUR BERSAMANYA”.
Aku pergi dengan ongkos yang minim dan Alhamduillah Allah telah melindungiku dan aku bisa sampai ke rumah dengan selamat walau hati kecewa.
Aku benar-benar tidak menyangka ternyata benar MORAL dan BIROKRASI Pejabat kita masih sekitar “SELANGKANGAN”.
Memang bu..saya juga pernah mengalamiseperti itu...saya memang akhirnya dikasih bantuan tanpa harus tidur dengannya...tapi setelah tahu saya menolak yg tadinya ramah dan sering nlp...jd judes.....dan gak dpt bantuan lagi....
BalasHapusDan Alhamdulillah kita terhindar dari perbuatan yang menghalalkan segala cara utk mendapatkan bantuan....bukan begitu, bu?
Hapuswah sampe segitunya pengalaman bu Titin....1!!
BalasHapusPengalaman yang berbekal tekad untuk maju tanpa harus mengorbankan harga diri, pak....
Hapuswah sampai segitunya pengalaman bu Titin....???
BalasHapusSemoga pengalaman saya ini dapat menjadi pembelajaran untuk teman-teman saya (para wanita), bahwa harus lebih hati-hati dalam meminta bantuan dan tak perlu mengorbankan diri untuk mendapatkan bantuan, bukan begitu pak?
Hapus