Berkomunikasi
dengan manusia pada umumnyapun kadang mengalami hambatan. Hambatan bisa terjadi
karena pola fikir yang berbeda, tetapi bagaimana berkomunikasi dengan seorang
yang ingatannya terganggu (istilah lain orang gila)? Tapi saya mencoba
melabelnya dengan kata “orang kurang ingatan”, agar bisa lebih manusiawi
tentunya.
Beberapa
tahun lalu ada seorang “kurang ingatan” yang kelaparan di pelataran SLB
Ayahbunda, saat itu saya sedang membersihkan halaman depan sekolah (Kepala
Sekolah merangkap petugas kebersihan). Tiba-tiba “orang kurang ingatan” tesebut
menghampiriku, sementara ada beberapa orang yang saat itu ada di sekitar
sekolah mulai mengingatkan saya untuk hati-hati karena ada “orang gila”, kata
mereka.
Tanpa
sungkan aku bertanya padanya, “Nama kamu siapa?”, dengan tegas dan jelas dia
mengatakan bahwa namanya Jarot (entah apakah benar itu namanya) tapi aku yakin
saja bahwa memang namanya “Jarot”. Lalu aku lanjutkan komunikasiku dengan
Jarot, “Jarot, mau apa?”. Lalu dengan jelas Jarot menjawab, bahwa dia lapar dan
ingin makan.
Jarot makan Duren, hmmmmm, enak kata Jarot
Aku meminta
Jarot untuk menunggunya dan ku siapkan makanan untuknya. Selesai makan dan
minum, baru lah ku mulai lagi percakapan kami yang tertunda. Ku mulai dengan
asal muasalnya. Jarot menjelaskan bahwa dia datang dari Tanah Abang-Jakarta,
sampai di Parungpanjang ini dia dibawa seseorang naik mobil tapi dia sendiri
tidak tahu siapa yang membawanya.
Narsis bareng Jarot
Prasangka
ku mengatakan bahwa Jarot dibawa oleh Dinas Sosial Jakarta dan
dibuang/diturunkan di daerah Parungpanjang ini beserta rekan-rekan sejenis
Jarot, agar tidak banyak mencemari daerah Jakarta (Duh, kasihan kamu Rot,
dianggap polusi). Masih menurut pengakuan Jarot, dia masih memiliki ibu dan
bapak tapi ketika ku tanya nama ibu dan bapaknya dia bilang lupa.
Obrolan
semakin seru dan cukup menyita perhatian orang-orang di lingkungan sekitarku
yang menganggap Jarot adalah sejenis makhluk yang berbahaya, tapi semua karena
ketidak tahuan mereka dan ternyata Jarot makhluk Tuhan yang sangat bersahabat
dan terbuka serta membuka dirinya (sampai terbuka juga bagian “itu”nya Jarot)
bagi siapa saja.
Jarot
bercerita bahwa dia mempunya seorang anak perempuan, ketika aku tanya nama dan usianya
dia bilang lupa (Jarot sudah seperti politikus selalu lupa kalau ditanya
tentang segala hal) dan yang paling dramatis adalah ketika ku tanya istrinya.
Jarot langsung menangis dan keluar sumpah serapah yang awalnya sulit ku pahami.
Setelah
mulai reda sumpah serapahnya, aku mulai tertarik untuk mengorek keterangan
lebih banyak lagi tentang istri si Jarot karena dari sekian banyak yang dia
ceritakan setelah ku tanyakan tentang istrinya ternyata inilah kemungkinan
besar yang awal mula menjadikan Jarot makhluk Tuhan yang ingatannya
melanglangbuana.
Jarot
sangat membenci istrinya, dia mengatakan bahwa istrinya adalah perempuan
sundal, pelacur murahan dan sumpah serapah lainnya. Lalu aku bertanya mengapa
dia sangat marah pada istrinya, masih menurut Jarot bahwa dia menemukan
istrinya berselingkuh dan sejak saat itu dia sangat membenci istrinya.
Sudah tiga
tahun lebih ini Jarot adalah bagian dari kehidupan di SLB Ayahbunda, tak lupa
dan tak jenuh setiap pukul 06.00 pagi Jarot selalu minta jatah makan dan
setelah itu dia pergi kemana kaki membawa tubuhnya berjalan, sekitar siang hari
dia akan kembali datang untuk meminta makan dan minum dan kemudian pergi lagi.
Untuk tidur, Jarot tak tentu tempat untuk sekedar beristirahat. Tapi jarang
sekali Jarot tidur di pelataran SLB Ayahbunda.
Dengan sigap Jarot mengganti pakaiannya yang sudah lusuh
Jarot, dengan kemanjaannya mengganti baju
Satu
kelemahan Jarot yang aku tahu yaitu bila dia sudah ku minta untuk mandi, Jarot
langsung ambil langkah seribu dan dipastikan selama satu minggu ke depan dia
tidak akan menampakkan diri di SLB Ayahbunda.
Jarot cukup
manja padaku, dia tidak akan mau mengganti baju dan celananya yang kadang sudah
bau pesing, berdebu dan compang-camping tapi saat aku katakan “Jarot sayang, Jarot
ganteng-Jarot yang baik hati-tidak sombong-peramah dan sopan...Yuk, ganti baju
sama bunda...”. Dijamin dengan muka manis dan senyum yang menawan dia langsung
bilang “mau”.
Jarot
paling tidak suka saat dia diteriakkan “orang gila”, berkata kasar dan makian
padanya. Hmmmm...dijamin pasti ngamuk. Dia akan melempar apa saja yang ada
didekatnya. Jarot tidak berbahaya tapi bila sudah ada orang yang tidak
“menghargainya”, dia pasti marah. Sering aku berfikir, mungkinkah Jarot masih
ada ambang kesadaran antara dunia harga diri dan ketidak mampuan merawat diri?
Aku kagum
pada Jarot, selama 3 tahun lebih kami bersama dalam suka duka (jiiaaah, puitis
banget daaah) Jarot tak pernah ku lihat sakit. Sakit pilek, mencret-mencret,
muntah, masuk angin, sakit gigi (Jarot tidak suka kalau suruh sikat gigi),
sakit kusta atau penyakit kulit lainnya (padahal Jarot tak pernah mau mandi,
pernah mandi kalau terpaksa kehujanan) tak ada derita sakit yang ku lihat dari
Jarot. Apakah ini mendeskripsikan bahwa orang yang tidak memiliki fikiran akan
jauh dari penyakit? Kalau memang seperti itu, agar jauh dari penyakit kita
harus seperti Jarot “tidak punya fikiran”.
Setiap pagi Jarot dan aku belanja sayuran pada mang Oi
Ada lagi
yang aku kagumi dari Jarot, dia ternyata pandai main bulu tangkis terbukti saat
suamiku main bulu tangkis dia meminta untuk bermain bersam dan ternya jago pisan
euy. Wah, jangan-jangan Jarot frustasi gara-gara tidak diajak main di PELATNAS.
Jarot King, main Bulu Tangkis
Sebagian
orang mengatakan, kenapa Jarot tidak dibawa ke Dinas Sosial saja untuk
ditampung itukan tugas mereka (maksudnya Dinas Sosial) menurut sebagian orang.
Tapi menurutku, tak apalah hidup bersama kami walau hanya di pelataran SLB
Ayahbunda, tapi dia masih terpenuhi kebutuhan makan dan minumnya dan mungkin juga
perhatian serta kasih sayang (beeeuuuuh romanis banget).
Aku pernah
dibuat berbunga-bunga oleh Jarot, ketika dia mengatakan bahwa aku cantik sambil
memberikan senyum terindahnya.
Jarot oh
Jarot, kamu adalah bagian dari kehidupan ini tapi engkau terbuang begitu saja
dan apakah engkau masih mengenali anakmu?
Semoga
tidak semakin banyak lagi Jarot-Jarot lainnya yang hidup terlunta dan meminta
belas kasih orang yang bersimpatik padanya.
Catatan Kecil :
Siapapun dia dan bagai manapun keadaannya ketika dia merasa bahagia dan tersenyum menerima kita, Insyallah itu adalah doa untuk kita.
Tersenyumlah Jarot, karena senyummu adalah doa bagi yang semua yang peduli padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar