Saat ini
aku adalah wanita paling bahagia, memiliki suami yang mencintaiku walau tak
sempurna. Tidak hanya mencintaiku, dia pun menyayangiku, melindungiku juga
menghargaiku...sekali lagi walupun tidak sempurna.
Telah dia
dampingi aku selama 19 tahun ini, banyak cerita yang sering aku uraikan lewat
tulisan maupun lisan tentang dia. Banyaknya aral melintang tapi dapat kami
lalui bersama.
Kisah
tentang sebuah cinta yang begitu indah dan sempurna, menjadi harapan setiap
manusia. Dan saat ini sebuah film yang mengisahkan sebuah cinta yang begitu
romantis dan indah sedang booming “Ainun dan Habibei”.
Lalu cinta
seperti apakah yang aku miliki?
Apakah
suamiku pernah menyakitiku?
Ada yang
mengatakan bahwa cinta itu tidak menyakiti. Betul dan tidak salah, aku memang pernah
dia sakiti, dengan kata-kata, tingkah laku dan fisik. Entah...orang lain
mengatakan bahwa suamiku sudah tidak mencintaiku lagi. Tapi aku tidak memandang
dari sudut pada umumnya. Aku pandang dari sudutku sendiri karena ini adalah
hidupku, orang lain tidak merasakan apa yang aku rasakan.
Dia
menyakitiku, aku pandang sebagai ketidak tahuan dia dalam mengungkapkan atau
mengekspresikan rasa cintanya padaku. Dan tugasku sebagai istri adalah
memberikan arahan dan pandangan tentang arti mencinta sesungguhnya.
Aku ajarkan
dia bagaimana mengaplikasikan rasa cinta sesungguhnya sesuai dengan tuntunan
dan ajaran agama yang kami anut, juga etika yang ada di masyarakat.
Rumah
tangga adalah media pembelajaran suami-istri dalam membentuk suatu bahtera
rumah tangga yang Tuhan ridhoi tentunya dengan landasan dan kesepakatan yang
tertuang dalam kitab suci dan etika kemasyarakatan.
Apakah
suamiku pernah mengkhianatiku?
Seseorang
berkata, ketika pasangan kita sudah mengkhianati kita berarti dia sudah tidak
menyayangi kita. Ada benarnya tentu, itu pendapat orang lain. Tapi bagaimana
dengan pendapatku sendiri? Aku yakin cinta adalah anugerah terindah yang Tuhan
beri pada kita pada setiap umatNya. Dan Anugerah yang Tuhan beri untuk kita
harus kita jaga dengan semua kemampuan yang Tuhan beri.
Betul,
suamiku pernah mengkhianatiku. Dia mencintai wanita lain. Cinta adalah rasa
yang Tuhan beri pada setiap umatNya untuk kita manifestasikan pada orang yang
kita cintai...lewat kata, tingkah laku atau hanya rasa yang terpendam dihati.
Dan cinta
bukan paksaan dan kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk mencintai kita
atau untuk tidak mencintai kita. Suamiku memiliki rasa cinta
pada seseorang selain aku, aku berusaha keras dan tidak memaksanya untuk meninggalkan
rasa itu.
Aku
meyakini bahwa hati dan dirinya adalah miik Tuhan. Biarkan Tuhan yang
membimbingnya pada cinta yang memang pantas dia miliki, bukan sekedar rasa yang
bergejolak tak berarah.
Pembelajaran
terberat yang harus aku berikan pada suamiku untuk melalui dan mendampinginya
agar mampu melihat bahwa cinta bukan
hanya dari sudut hati yang membara, tapi cinta adalah keindahan yang Tuhan beri
untuk dijaga dan dilindungi.
Saat dia
mencintai orang lain, bukan ketersesatan cinta tetapi anugerah cinta dari Tuhan
dan pembelajaran akan keluasan hati untuk mampu bersahabat dengan lain hati.
Apakah
suamiku pernah membohongiku?
Kebohongan
merupakan suatu hal yang menyakitkan dalam kehidupan berumah tangga. Tetapi aku
memandang berbeda terhadap kebohongan itu yang dilakukan suamiku. Suamiku adalah manusia pada
umumnya, dia bukan malaikat yang bisa berkata apa adanya tanpa sedikitpun
berbohong.
Kebohongan yang
dilakukan suamiku adalah sisi kemanusiaan yang berusaha melindungi dirinya dari
kemarahan tanpa batas yang bisa saja aku lakukan padanya. Dia berusaha
melindungi dirinya dari kemarahanku ataupun berusaha melindungi agar aku tak
mengumbar amarah. Aku menyikapinya dengan berusaha memahami bahwa diapun butuh
melindungi dirinya.
Apakah
suamiku pernah mengabaikanku saat aku sakit?
Iya, dia
pernah melakukannya...aku bersyukur dia tidak ada bersamaku saat aku sakit.
Dengan begitu aku bisa belajar untuk merasakan bila seseorang yang kita cintai
yang harusnya hadir saat aku menderita tapi dia tak hadir mendampingiku
sehingga aku terus belajar bagaimana rasanya kehilangan seseorang.
Jiwa dan
hatiku, sudah mulai tertempa melalui kehidupan yang aku lalui. Dan setiap istri
menginginkan cinta yang sempurna, penuh dengan kasih sayang, perlindungan tanpa
pengkhianatan dan kebohongan.
Aku seperti
wanita lainnya, menginginkan itu semua. Tapi apakah akupun sesempurna itu
memberikan semuanya pada suamiku? Aku berkata TIDAK!. Aku bukan istri yang
sempurna dan akupun tak harus menuntut kesempurnaan pada suamiku.
Kesempurnaan
hanya milik Tuhan, tugasku adalah untuk belajar terus bersyukur bahwa Tuhan memberi
suami yang tidak sempurna padaku dan itu adalah hadiah Tuhan terindah untukku.
Tak perlu
sempurna untuk mencintai dan dicintai. Tapi belajar untuk mensyukuri nikmat
yang Tuhan beri pada kita itulah kesempurnaan yang sesungguhnya.
Suamiku
bukan Nabi yang mampu menghargai istri-istrinya tapi dia adalah sosok suami
yang terus belajar menghargai istrinya.
Suamiku pun
bukan Habibie yang mencintai Ainun istrinya, tapi dia belajar untuk mencintai
dengan jiwanya.
Suamiku
adalah pilihanku, dia tak sempurna dan dia tak sebaik Habibi ataupun suami
lainnya. Tapi dia berjuang untuk terus belajar lebih baik dari Habibie dan
suami lainnya.
Yakini apa
yang kita miliki adalah yang terbaik untuk kita, tentu Tuhan tak salah memberi
untuk kita.
Sempurnakan
apa yang kita miliki dengan terus bersyukur karena Tuhan selalu memberi yang
terbaik untuk kita.
Parungpanjang,
11 Januari 2013 pukul 16.00
Terinspirasi
dari Film Ainun dan Habibie, begutu banyak pasangan yang berharap cinta mereka
seperti dalam film ini. Tapi mereka belum menyadari bahwa mereka pun telah
memiliki cinta yang sebenarnya.
film ini. Tapi mereka belum menyadari bahwa mereka pun telah
memiliki cinta yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar