Ini bisa
jadi bahan renungan :
Saat saya
mengirim tulisan tentang kehidupan, sedikit sekali yang membaca. Tetapi saat
bersamaan seorang teman memunculkan tulisan tentang SEKS, tanpa diduga banyak
sekali yang membacanya.
Apakah kita
haus akan SEKS, sehingga ketika sebuah bacaan berbau SEKS tanpa kita duga
pembaca dan pemerhatinya lebih banyak dibandingkan sebuah bacaan dengan realita
kehidupan yang ada. Tetapi kadang ada manusia yang menghujat habis setiap
tulisan atau tayangan berbau seks. Tentunya kita belajar untuk bijak, bahwa
kenyataan yang ada mungkin sebagian dari kita memang masih haus akan pemahaman
tentang seks.
Masyarakat Indonesia masih menganggap tabu
akan semua yang berbau seks, sehingga dengan kita sadari sendiri secara
sembunyi-sembunyi kita mencoba mencari media untuk memenuhi kebutuhan kita
tentang pemahaman seks.
Sebuah
kenyataan yang benar-benar mencengangkan adalah ketika sebuah investigasi pada
sebuah “daerah” (maaf tidak disebutkan tempatnya) bahwa sekitar 50% siswa/i
SMP-SMA sudah aktif menjadi penikmat seks bebas diluar nikah. Apakah ini semua
degradasi moral pada kalangan remaja di Indonesia?
Sebuah cerita
yang cukup membuat saya semakin tercengang adalah disebuah sekolah SMP dan SMA,
usia antara 15-17 tahun, melakukan hubungan seks sehingga mengakibatkan
kehamilan. Dan selalu terulang setiap tahunnya. Bila di presentasikan dari usia
15-17 tahun di “sebuah” SMP-SMA yang sama dari siswa/i yang terdaftar di
sekolah tersebut sekitar 5% sudah menjadi penikmat seks bebas yang
mengakibatkan kehamilan.
Sebuah pendapat,
bila 5% persen seorang siswi hamil karena seks bebas adakah kemungkinan presentase
lebih besar lagi dari penikmat seks bebas dikalangan remaja yang sudah lebih
bisa mencegah kehamilan dengan tetap melakukan seks bebas?
Sebuah
fakta mencengangkan kembali, ketika disebuah kelas SMP “tertentu” diadakan pemeriksaan spontan
terhadap tas bawaan mereka, ada 1 siswi yang membawa kondom dan pil kb alasan dia
adalah agar tidak terjadi kehamilan setelah melakukan seks bebas.
Ckckckckck...sungguh ironisnya pergaulan remaja jaman sekarang.
Belum ada
survey yang terbuka tentang keadaan ini semua, tetapi apalah arti sebuah suvey
bila setelah itu tidak ada penanganan yang lebih intensif terhadap perubahan
prilaku siswa/i kita.
Kita
mencoba arif dalam hali ini, mengapa tidak diawali dengan kita sebagai
pendidikan memberikan pemahaman dan perlindungan seks terhadap anak-anak didik
kita. Mendidik mereka bukan hanya sekedar memberi pembelajaran untuk mencapai
target kurikulum tapi memberikan target tentang akhlak yang baik sehingga
meminimalisir seks bebas dikalangan remaja.
Mari bersama
“melakukan” bukan hanya “kagum” dengan presentase yang ada tapi aksi kita
sebagai pendidik, agar anak-anak didik kita lebih memahami tentang bahaya seks
bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar